Kim Songsaenim berbaring di atas undakan di depan kelas dengan darah yang mengotori lantai disekitarnya dan sebuah pisau dapur yang tertancap di dada kirinya.

Kim Songsaenim mati. Dugaan sementara bunuh diri.

.

.

.

Kris duduk di bawah pohon di halaman belakang sekolah bersama Yoona dan Jessica. Keduanya bungkam, terlalu terkejut dengan kejadian yang terjadi satu jam yang lalu. Wali kelas mereka tewas dengan pisau yang tertusuk di dada, dugaan sementara bunuh diri.

Memang, kemarin seorang wanita tua yang diketahui bernama Kim Seol Yoon–isteri korban–melapor kepolisi karena suaminya telah menghilang selama 48 jam. Kris baru saja mau memulai penyelidikannya tentang kasus itu pagi ini, namun dia malah mendapatkan kabar kalau korban ditemuka di sebuah ruang kelas. Hal ini menjadi banyak perbincangan diantara murid-murid.

Sekolah dibubarkan sembilan belas menit yang lalu. Tetapi Kris tidak bisa memulangkan Yoona dan Jessica begitu saja, begitu pula dengan dua saksi lainnya Huang Zitao dan Tiffany Hwang. Mereka berempatlah yang jaraknya sangat dekat dengan tubuh korban. Kepolisian membutuhkan kesaksian mereka sebagai kunci dari kasus ini.

Kris sangat ingin memulangkan Jessica, sebelumnya gadis itu menangis histeris seperti murid perempuan lainnya, walau sekarang Jessica sudah lebih tenang. Yoona, sungguh Kris tidak mengerti dengan gadis itu. Dia sama sekali tidak menangis, namun wajahnya terlihat shock berat. Yoona duduk sambil memeluk kakinya, pandangannya tertuju keujung sepatu dengan mata melotot dan tubuh bergetar. Hanya Yoona yang menampilkan ekspresi seperti itu, seolah dirinyalah penyebab meninggalnya Kim Joon So.

"Aku akan memulai penyelidikan," Kris mulai angkat bicara. "Kalian harus bekerja sama denganku agar penyelidikan ini berjalan lancar."

Tidak ada jawaban. Tapi keduanya mengangguk. Kris bangkit, dia tidak mungkin melakukan penyelidikan disini. Mereka harus pergi ke lokasi kejadian. "Ayo kembali ke kelas kalian."

.

.

.

Tubuh Kim Joon So sudah tidak ada ketika mereka berdiri di ambang pintu kelas. Namun bercak darah dan barang-barangnya masih tertinggal disana sebagai bukti. Kris menatap kedua murid SMA itu, sedikit khawatir. "Baiklah, ayo kita mulai," Kris mendesah pelan. "Yoona-ssi, bisa kah kau menunggu di luar? Penyelidikan akan dilakukan secara bergantian."

Yoona mengangguk lalu mundur ke belakang. Merapatkan punggungnya ke dinding lalu pintu kelas ditutup rapat. Saat itu juga tubuh Yoona merosot ke bawah. Ia kembali memeluk kakinya. Bagaimana ini bisa terjadi? Ia baru saja menyelamatkan Jessica, tapi dua minggu kemudian Kim Songsaenim malah bunuh diri. Yoona merasa kemampuannya sangat tidak berguna, harusnya ia bisa menolong Kim Songsaenim, seperti ia menolong Yoona.

Lebih dari lima belas menit Yoona duduk di depan kelas sambil mengerutuki dirinya sendiri lalu suara pintu yang digeser membuatnya mengangkat kepala. Jessica keluar kelas dengan wajah yang basah karena air mata, kontan Yoona langsung bangkit. Jessica sedikit membungkuk ke arah Kris kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata. Menatap punggung Jessica yang mulai menjauh membuat Yoona berpikir, gadis itu harus menenangkan dirinya dulu.

"Yoona-ssi," Yoona menoleh. Kris berdiri di sana di atas undakan dekat bekas darah yang mengering. "Kini giliranmu."

Bukan pertama kalinya Yoona melihat darah, ia agak sedikit terbiasa. Melangkah masuk, menutup pintu, dan berdiri di samping Kris.

"Seperti yang kau lihat," Kris menunjuk lantai tempat Kim Joon So ditemukan. Garis putih yang membentuk tubuhnya terlihat sangat kontras dengan lantai kayu berwarna coklat gelap. "Disinilah tubuh Kim Joon So ditemukan."

In a DreamWhere stories live. Discover now