Namun saat Matt dan Ashley beranjak mundur, tanpa sengaja sepatu boot gadis itu menginjak ranting. Suaranya langsung bergaung keras di hutan yang tertelan kesunyian malam itu.

Pemburu itu tampak mendongak, menyadari kehadiran mereka.

"Ashley, cepat lari!!!" seru Matt.

***

"Kemana kita akan pergi, Elle?"

Elle tampak menyeret tasnya, "Sejauh mungkin dari Mike dan pacarnya yang murahan itu! Sudah kuduga ini ide yang buruk, namun kau terus saja memaksa pergi ke sini!"

"Maafkan aku, Elle." Jung Soo sendiri juga bingung sebab barang-barangnya masih berada di pondok, "Tapi kemana kita akan pergi?"

"Naik cable car sialan itu dan segera pergi dari sini."

"Tapi kan Josh yang punya kuncinya."

Elle berbalik. Gadis itu baru menyadarinya.

"Tapi kau tahu cara mengoperasikan cable car itu kan? Josh pasti pernah mengajarimu."

Jung Soo dengan enggan mengangguk.

"Bagus," Elle meneruskan langkahnya melintasi tumpukan salju. "Berarti kita tak perlu kunci itu. Aku tahu cara kerja alat itu. Ayahku yang membuat alat itu untuk keluarga Josh."

"Ayahmu bekerja untuk keluarga Washington?" Jung Soo tampak terkejut, "Aku tak pernah tahu hal itu."

Elle dalam hati mendengus kesal. Ya, ayahnya memang pegawai setia keluarga Washington. Bahkan ayahnya melakukan segalanya untuk keluarga itu. Karena itu, Josh dan kedua adiknya tak pernah memandangnya sama seperti teman-temannya. Dalam kepala mereka sudah terpatri identitasnya sebagai putri pembantu mereka yang paling setia, bukan teman "sederajat" mereka.

Ia muak akan semua itu. Ia muak pada Dawn dan Hope yang selalu mendapatkan apapun yang mereka mau sejak kecil. Ia muak pada Josh yang senantiasa menolak cintanya, bahkan hanya memandangnya sebelah mata. Ia sudah muak selalu direndahkan!

Karena itu, setahun lalu, ketika akhirnya mendapat kesempatan untuk membalas dendam pada Dawn, iapun tak melewatkannya begitu saja.

"Dawn dan Hope ..." kutuk Elle dalam hatinya, "Semoga kalian membusuk dimanapun kalian berada."

***

Pembunuh itu menyeret tubuh rusa yang tadi ia santap. Sial, pikirnya, kehadiran dua anak tadi mengacaukan makan malamnya. Namun tenang saja. Ia punya banyak hidangan setelah malam ini.

Dari kejauhan ia melihat dua orang sedang berjalan menapaki salju.

Elle dan Jung Soo.

Iapun menjatuhkan rusa itu di atas salju.

Ada hal lain yang lebih penting untuk ia buru.

***

Elle bersorak dalam hati ketika melihat stasiun pengendali cable car itu. Akhirnya ia akan pergi dari tempat terkutuk itu.

Gadis itu mengerti benar cara kerja alat ini. Asalkan ada listrik, pasti alat ini bisa bekerja.

Elle masuk ke dalam stasiun pengendali. "Ceroboh sekali Josh membiarkannya tak terkunci." bisik gadis itu dalam hati. Ia mencoba menyalakan tuas generatornya, namun gagal.

"Jung Soo," teriaknya, "Coba naik ke atas! Sepertinya ada masalah dengan kabelnya."

"Ke atas?" pemuda itu sama sekali tak mengerti apa yang harus dilakukannya, namun ia tetap patuh dan naik ke atas.

"Ups," ujarnya sambil menjaga agar kakinya tak tergelincir. "Licin sekali di sini."

Jung Soo memandang jurang gelap yang menganga di bawahnya. "Tinggi sekali di sini," pikirnya. Rasa takut mulai naik ke ubun-ubunnya. Agrofobia mulai menendang dalam aliran darahnya. Ia melihat kabel-kabel dimana bagian atas cable car meluncur adalah kabel-kabel tipis namun sekuat baja, yang melintang hingga ke ujung stasiun yang lainnya. Ada tiga kabel di sana dengan jarak yang menurutnya tak terlalu lebar.

"A ... apa yang harus kulakukan di sini?" teriaknya masih dengan ketakutan.

"Kau lihat ada panel di bawahmu? Cepat buka!"

Jung Soo merangkak dan melihat sebuah panel dan berusaha membukanya. Di dalamnya ia melihat kabel-kabel yang mengkristal.

"Kabelnya membeku." teriaknya, "Mungkin ini yang membuat listriknya tak mau menyala."

"Coba kau atasi itu!" teriak Elle dari bawah.

"Ba ... bagaimana caranya?'

"Astaga, kau laki-laki kan? Cari cara dong!" Elle mulai gerah dengan kekikukan pemuda itu.

Jung Soo mengambil pisau lipat dari sakunya dan mulai mencoba mematahkan kristal-kristal es itu. Ia sesekali bergidik karena hembusan angin.

Sementara itu, Elle menanti dengan tak sabaran di dalam kabin stasiun, sambil mencoba menghangatkan diri.

Ia sama sekali tak menyadari akan keberadaan sosok yang tengah mengintainya dari belakang.

BERSAMBUNG

HINGGA FAJAR MENJELANGWhere stories live. Discover now