CHAPTER 4

528 54 7
                                    


"Jadi Josh pernah bergabung dengan klub film?" Jessica masuk ke dalam dapur bersama Mike sambil tertawa terbahak-bahak.

"Ya, dia baru bergabung dengan tim futbol setelah aku mengajaknya. Saat itu dia awalnya menolak, namun akhirnya mau karena Matt sudah terlebih dahulu bergabung dengan kami."jawab Mike sambil melirik ke arah Lyra yang sedang mematikan kompor gas saat Jessica sedang tak memperhatikannya.

"Astaga, aku tak menyangka Josh pernah seculun itu. Lho, dimana Matt dan Ashley?" tanya Jessica kepada Lyra.

"Tadi kulihat mereka keluar." jawab Lyra sambil meraih telepon genggamnya. "Ah, aku tak bisa menghubungi Josh di atas. Aku segan kalau harus masuk kamarnya."

"Percuma, tak ada sinyal di sini." kata Jessica, "Dari dulu memang begitu."

"Ya," Mike membuka lemari es dan mengambil beberapa makanan. "Justru karena itu kami menyukai tempat ini. Hening, tak ada gangguan internet. Kami semua bisa bercengkerama tanpa salah satu sibuk menatap layar smartphone."

"Bagaimana jika ada kondisi darurat?" tanya Lyra.

"Kau pikir kenapa proses pencarian Dawn dan Hope terlambat dilakukan?" kata Mike sambil mengigit sebutir apel.

Jessica segera menyikut pemuda itu."Mike, serius kau menyinggung hal itu?"

"Lyra orang baru di sini, kurasa dia berhak tahu." jawab Mike dengan santai, "Hanya ada satu radio untuk melakukan panggilan darurat. Radionya oldschool sekali. Josh memilikinya dan hanya ia yang bisa menggunakannya. Namun malam itu Josh benar-benar dalam kondisi mabuk. Pencarian Dawn dan Hope baru dilakukan sehari setelah mereka hilang karena kami harus menunggu Josh sadar."

"ARGH!" tiba-tiba terdengar rintihan pemuda itu.

"Ada apa, Sayang?" Jessica menoleh.

"Bibirku teriris ... astaga, untung aku belum memakannya!" Mike menunjukkan isi apel itu kepada kedua gadis itu.

Ada silet tertanam di dalamnya.

"Astaga, mengerikan sekali!" jerit Lyra, "Siapa yang melakukannya?"

"Dimana kalian beli ini?" Mike segera membuang apel itu.

"Di kota seperti biasa. Astaga, aku harus memberitahu Josh tentang hal ini ..."

"Tak perlu, tak perlu ..." Mike melarangnya, "Tak usah mengganggu Josh untuk masalah sepele seperti ini. Biarkan saja ia beristirahat. Pasti berada kembali di sini bersama kami membangkitkan kenangan buruk baginya. Aku tahu kok apa yang terjadi dengannya."

"Apa maksudmu?" tanya Lyra.

"Aku tahu dia sempat dirawat di rumah sakit jiwa selama beberapa saat karena depresi setelah kedua adiknya hilang. Karena itu ia tak pernah lagi datang ke sekolah. Dia sudah menceritakanmu tentang hal itu bukan?"

Lyra memicingkan mata, "Belum. Ia tak pernah menceritakannya."

"Ups," Mike meralat, "Berarti aku terlalu banyak bicara" ia lalu menggerakkan jarinya ke depan bibirnya seperti sedang menutup resleting. "Mulai sekarang aku akan menutup mulutku."

"Mungkin memang sebaiknya mulutmu itu teriris silet biar kau kapok, Mike."cibir Jessica.

"Kok kamu bilang begitu, Sayang?" Mike segera berkumur dengan air keran untuk membuang darah dalam mulutnya. Setelah selesai ia menghadap ke kedua gadis itu dan bertepuk tangan.

"Ini akan menjadi malam yang membosankan, girls!" ucap Mike, "Jadi siapa di sini yang mau kuajak bermain papan Ouija?"

***

HINGGA FAJAR MENJELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang