[4]

37.2K 3.2K 184
                                    

Hari itu, ujan turun cukup deras.

Keano masih kejebak macet di suatu tempat di deket Cihampelas sana, dan Kara udah nungguin dia sekitar satu jam di sini. Ujan emang anugerah, tapi kan, kalo gini caranya, nyusahin soalnya Kara jadi nggak bisa pulang. Mana ujannya nggak keliatan kayak bakal berhenti dalam waktu dekat ini, lagi.

"Ra, belum pulang?" suara seseorang mengagetkan Kara yang lagi sibuk menghangatkan telapak tangannya. Cewek itu berbalik, hanya untuk menemukan figur Dylan yang tinggi.

"Belum." Jawabnya.

"Keano mana?"

"Kejebak macet. Lo nggak ikut mabal sama dia?"

Dylan tersenyum, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, tadi gue ada ulangan fisika. Bahaya kalo gue mabal."

"Ooh." Jawab cewek itu.

"Jadi lo mau pulang gimana? Nungguin Kean?"

"Nggak tau. Kean masih di Cihampelas. Kesel, dia mah kalo mabal gak tau diri. Nggak ke Jogja sekalian aja apa?"

"Ya namanya juga cowok, Ra." kata Dylan. "Ya udah, gue anter, gimana?" tanyanya.

"Hah?"

"Gue anter pulang, Ra. Daripada nungguin Kean. Lama."

"Hah?"

"Yeu, cantik cantik lemot."

"HEH!" Kara memukul bahunya. "Kurang ajar."

"Hehe. Ampun. Ya udah, gue anter ya? Nggak gue culik kok, suer."

"Tapi, Kean..."

"Nanti gue yang kabarin. Oke? Oke dong."

"Yaudah." Kara mengiyakan. Daripada nungguin Kean se abad? Tar Kara keburu jamuran, mending sama Dylan.

"Nih, pake." Dylan menyodorkan jaketnya.

"Lha,terus lo pake ap –Dylan!!" Sebelum Kara menuntaskan kalimatnya, Dylan keburu berlari kearah mobilnya. Tak lama, Kara menyusul dan masuk ke dalam mobil cowok itu.

"Lo kenapa malah lari sih? kan jadinya lo basah gitu." Ujar Kara. "Padahal pake berdua gitu."

"Hm. Mauan."

Pipi cewek itu merona, sadar apa yang dia ucapkan merupakan sebuah kesalahan. "Ish, anjir. Bukan gitu, kan—"

"Hehe iya tau kok. Mending gue aja yang basah. Kalo pake berdua lo juga bakal kena basah soalnya."

Uuu how sweet.

"Yee, Ra, nggak usah jadi blushing gitu juga kali." Kekeh Dylan seraya menstarter mobilnya.

"Apasih, najis."

"Btw, nyari yang anget-anget dulu yuk."

"Apa?"

"Cream soup?"

Yha Kara sih mana bisa nolak kalo dikasih makanan. Jadi ya dia mah iya-iya aja. Mana gratis lagi, ihiw, senank nya hidup ini.

Jadi, nggak lama kemudian mereka sampai di suatu café. Bukan café sih, tempat makan ayam yang dari sabang sampai merauke juga ada cabangnya. Mari sebut aja merknya, kei ef ci.

Kara lalu duduk di salah satu kursi, ngebiarin Dylan mesan makanan buat mereka berdua. Cewek itu sibuk scrolling-scrolling timeline path-nya, nge love-love in moment semua temannya sampai berhenti di salah satu moment milik Sacha.

Sacha? Jadi ini, cewek rahasia yang Keano deketin tapi nggak mau bilang sama Kara?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sacha? Jadi ini, cewek rahasia yang Keano deketin tapi nggak mau bilang sama Kara?

"Ra," Dylan menaruh nampan di hadapannya. "Nih, makan."

Kara mengangguk, menggumamkan terimakasih lalu mulai makan.

Cewek itu masih mikirin kenapa Keano nggak mau bilang sama dia kalau dia lagi nge-PDKT in Sacha, sampai dia mendadak sadar kalau Dylan lagi menatap dia tanpa henti sejak tadi.

"Apaansih, Dyl, kok ngeliatinnya gitu banget?" tanyanya. "Ada yang salah ya?" Kara cepat-cepat membuka front cameranya dan berkaca.

"Iya. Salah. Salah banget."

"Hah apa?"

"Salah lo kelewat manis. Gue jadi susah berhenti ngeliatinnya."

Yha mampus.

****

Kara nyampe di rumahnya ketika matahari nyaris terbenam 3.5/4 nya di Barat. Keano duduk di atas kap mobilnya yang diparkir di depan rumah Kara, dan menatap cewek itu penuh selidik –nyaris sinis ketika melihat Dylan dibelakang kemudi– bikin Kara nggak tahan pengen ngomel.

Nggak, Keano nggak boleh marah karena Kara pulang sama Dylan. Alasannya adalah;

1) Keano telat jemput

2) Keano jalan sama sacha

3) Kara juga berhak jalan sama siapa aja yang bisa jemput on time dan mulangin dia dengan selamat sentosa ke rumah.

"Apa lo liat liat?!" tanyanya judes.

Keano meloncat turun dari mobilnya lantas mencegat Kara didepan pintu rumahnya. "Dari mana?"

"Makan."

"Sama Dylan?"

"Bukan. Sama A Jajang. Ya iya lahkan lo liat sendiri."

"Kenapa nggak bilang sama gue?"

"Kenapa lama jemput?"

Keano memalingkan wajahnya. "Macet."

"Ya udah kalo gitu gue bisa pulang sama dia kan? Daripada gue nungguin lo, se abad ga nyampe-nyampe." Kara membuka pintu rumahnya, lantas tanpa bilang apa-apa langsung naik ke lantai dua bersama Keano yang membuntutinya. Cewek itu membanting diri di sofa kamarnya, lalu berpura-pura sibuk pada laptop, padahal lagi mikirin apa tujuan Keano ngintilin cewek itu ke kamarnya.

"Gue lagi ngedeketin cewek."

"Sacha, iya, gue tau." Ujarnya."Kenapa baru bilang sekarang?"

"Gue.." ucapan Keano menggantung di udara untuk beberapa saat. "Gue takut lo nggak suka sama dia."

Kara cengo sesaat. Nggak suka? Gimana ceritanya Kara bisa nggak suka sama Barbie se-sempurna Sacha? Meskipun Sacha terhitung sebagai nyai-nyai eksis di sekolah yang followers instagramnya sanggup jajanin lo sebulan, dia nggak sombong atau judes. Sacha malah kehitung baik hati, nggak suka nyindir apa lagi ngelabrak kayak temen-temennya.

Intinya sih, Kara nggak punya alasan buat nggak suka sama Sacha.

"Ngapain juga gue nggak suka sama dia?" tanya Kara. "Lagian, dari dulu lo gonta-ganti cewek nggak pernah nanya gue suka sama dia atau nggak. Lo cuma bilang lo deketin dan voila!"

"Ya justru itu, Ra. Jangan-jangan, gue pacaran nggak pernah awet tuh gara-gara gue nggak pernah minta restu dari lo."

"Yakeles, Kean. Ngaco deh lo."

"Ya kan, siapa tau? Kali aja lo nggak rela kalo sahabat lo punya pacar, soalnya nanti gue jadi sering sama pacar gue." kata Keano. "Atau ternyata lo suka sama gue gitu, kayak di FTV-FTV."

"Yee sinting." Kara menimpuknya dengan guling. "Ngapain juga."

"Tenang aja ya, Ra. Gue nggak akan gitu kok. Nggak usah jadi kangen yah, kalo gue jalan sama pacar gue."

"Amit-amit jabang orok."

Sebenernya sih, Kara nggak pernah mikirin itu dari dulu. Kean jadian sama si ini, si itu, ya bodo amat.

Tapi, karena Kean ngomong gitu barusan, Kara jadi ngerasain sesuatu hal aneh yang nggak seharusnya dia rasain. Semacem..

Iya juga, ya.

****

Aloha!
Dadah.
I'll see you next week yah. Babay.

TinkerbellWhere stories live. Discover now