Part 3

3.2K 379 16
                                    

Not Dating

Apa keputusan untuk menyetujui pernikahan ini benar, ataukah salah? Yuki bertanya dalam hati pada dirinya sendiri dihadapan cermin besar didalam kamarnya. Segurat senyuman tergambar tipis dibibirnya. Semacam ada rasa yang tak biasa dalam hatinya ketika Dia menatap dalam mata Al. Siapa yang tak mengenal seorang Al Ghazali? Walaupun Al bukan seorang model atau public pigure, orang-orang pasti mengenalnya. Seorang pemuda tampan, keturunan dari keluarga terhormat, dengan segudang prestasi dan kesuksesan yang Ia capai dalam bisnisnya. Tak ayal, wajah dan prestasi Al cukup sering dimuat dalam berbagai majalah bisnis. Tak lama kemudian senyuman tipis diwajah Yuki pudar, enyah tatkala mengingat percakapannya bersama Al. Al tidak menginginkan pernikahan ini, tergambar jelas dalam kata-kata yang Dia ucapkan padanya. Al enggan menerima, tapi tak dapat juga menolak.

Yuki mendesah pelan masih menatap diri dalam cermin, "Aku juga tidak dapat menolak."

Yuki merebahkan dirinya diatas tempat tidur, setelah Ia membersihkan wajahnya dari riasan makeup dan berganti pakaian. Ia mengambil buku agendanya diatas nakas, tepat disamping tempat tidurnya, untuk melihat scedule pekerjaannya esok hari. Saat akan mengembalikan buku agenda ketempatnya semula, selembar kertas foto terjatuh tak sengaja. Yuki mengambinya dan melihat foto hitam-putih itu. Ia tesenyum, itu adalah foto dirinya sendiri saat masih berusia 7 tahun bersama seorang anak lelaki yang kisaran usianya hanya terpaut satu tahun diatasnya. Memakai seragam Sekolah Dasar, bergandengan tangan, saling menatap dan tersenyum ceria khas anak kecil. Seingat Yuki, walaupun kebersamaan mereka sangat singkat, anak lelaki itu adalah teman kecil yang paling dekat dengannya saat itu.

"Cinta monyetku." Ucapnya lalu mengembalikan foto itu ketempat semula. Yuki mencoba menutup matanya untuk terlelap, walaupun wajah Al dan ucapannya masih melintas dipikiran Yuki.

***
Putaran waktu bergulir dengan cepat.
Al sedang berada di Singapura, tepatnya disebuah perusahaan besar untuk menemui rekan bisnis yang akan bekerja sama dengan perusahaannya. KL Group berencana membangun sebuah hotel dinegara yeng terkenal dengan lambang kepala singa tersebut. Al tengah disibukkan dengan beberapa berkas perencanaan dan perjanjian kerjasamanya. Tak lebih dari 15 menit kedepan, Ia akan mengadakan rapat bersama rekan bisnisnya untuk membahas segala sesuatu demi kelancaran pembangunan hotel.

Al tersentak saat mendengar suara deringan pada telepon pribadinya, menandakan panggilan masuk. Ekspresi terkejut tergambar jelas pada raut wajahnya sesaat setelah melihat nama yang tertera di layar teleponnya.

Michelle is caling...

Ini adalah panggilan pertama dari Michelle setelah Al mengakhiri hubungan dengannya. Al berdeham keras, seolah memperingati asistan pribadinya yang ikut menatap pada layar telepon Al.

Asistan pribadi Al hanya diam dan dengan cepat menundukkan wajahnya kembali, berpura-pura sibuk membaca dokumen dihadapannya.

Dengan berat hati Al menolak panggilan itu. Tak dapat dipungkiri, sebenarnya Al ingin sekali menerima panggilan dari Michelle. Empat bulan lebih Al tidak mendengar suara Michelle, Ia hanya dapat melihat dan mendengar suara Michelle ditelevisi saat sinetron, iklan dan berita tentangnya disiarkan. Itupun, hanya sesekali saat Ia tidak disibukkan dengan pekerjaannya. Dan kenyataan buruknya adalah Al sangatlah sibuk, tidak banyak waktu luang untuk Ia bersantai hanya untuk sekedar menonton acara televisi.

Al mendesah dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang Ia duduki. Memejamkan matanya, sesaat merasakan kerinduannya pada Michelle sebelum bayangan wajah Yuki melintas dipikirannya. Seolah mengingatkan, pernikahan mereka yang akan terlaksana hanya dalam satu minggu kedepan.

Marry You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang