7. mengenali cinta Allah

1K 79 3
                                    

Anisa beranjak dari tepi ranjangnya dan berusaha mencari sesuatu yang bisa ia kenakan untuk melakukan sholat, namun hasilnya nihil saat ia tak menemukan pakaian yang layak untuk ia gunakan, tak ada pakaian panjangnya yang tersisa setelah kejadian tadi. Anisa melipat dan merapikan kembali semua baju-bajunya dalam lemari yang sempat diobrak-abrik oleh orang tuanya.

"Semua bajuku sudah tidak ada lagi yang lengan panjang. Aku harus menutup auratku dengan apa?" ucapnya membuang nafas panjang.

Ditengah kebimbanganya, ia melihat tumpukan sprei dilemarinya, hingga terlintas ide difikiranya untuk menggunakanya sebagai pengganti mukena. Diambilnya dua sprei yang digunakan sebagai atasan yang Ia model seperti jilbab yang menutup setengah badanya dengan menggunakan beberapa peniti sebagai penguatnya agar tidak lepas dan sprei satunya lagi digunakan sebagai bawahan yang diikat seperti sarung. Anisa memandang dirinya dicermin dengan penampilanya yang sekarang

"Ini mungkin jauh dari kata layak untuk bisa digunakan sholat, tapi sprei-sprei ini bersih. Aku tidak tau apa ini pantas untuk digunakan sholat, tapi yang aku tau Allah maha memahami situasi hambanya yang dalam kondisi darurat seperti sekarang. Kalau aku tidak menggunakan sprei ini, maka aku tidak bisa mengerjakan sholat" guman Anisa lirih. Akhirnya ia pun mengerjakan sholat menggunakan sprei tersebut. Setelah selesai sholat perasaannya mulai tenang dan emosinya stabil kembali. Saat ia melipat spreinya, Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Rizky dilayar ponselnya, ia segera mengangkatnya dengan semangat

"Assalamualaikum mas" sapa Anisa

"Waalaikumsalam Nis, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Rizky memastikan

"Alhamdulillah mas, baik. Mas Rizky sendiri gimana?"

"Alhamdulillah mas Rizky jg baik Nis"

"Mas Rizky, apa besok kita bisa ketemu? Ada yang ingin Nisa sampaikan mas" ucapnya ragu

"Ada apa Nis? Iya Nis mas bisa kok. Katakan saja dimana tempatnya nanti mas pasti akan datang menemuimu" tergurat kekhawatiran dalam hatinya saat mendengar suara Anisa yang terdengar sendu mengingat orang tuanya juga melarang keras dirinya untuk memeluk islam.

"Nanti alamatnya Nisa kirim lewat SMS ya mas. Maaf kalau Nisa selalu merepotkan mas Rizky terus"

"Gpp Nis, mas Rizky tidak merasa direpotkan kok. Kalau begitu beristirahatlah, ini sudah malam. Kalau kamu butuh apa-apa mas siap membantu ko Nis" ucap Rizky meyakinkan

"Iya mas, makasih atas perhatian mas Rizky. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" Rizky menutup telfonnya.

"Aku tidak mungkin menceritakan ini semua pada mas Rizky ditelfon, akan lebih baik kalau aku menyampaikannya secara langsung besok saat aku bertemu dengannya" bisiknya dalam hati

***************
Pukul 8.45 Rizky datang menemui Anisa ditempat mereka janjian untuk bertemu. Tapi sesampainya Rizky disana Anisa belum ada ditempat, ia mulai menghkawatirkan kondisi Anisa, entah apa yang terjadi pada gadis itu sehingga ia mengajaknya bertemu diluar kota seperti ini. Anisa sengaja memilih tempat yang agak jauh dari kotanya agar tidak ada yang mengenalinya.

"Assalamualikum mas" sapa Anisa dengan mengatupkan tangan

"Oh iya waalaikumsalam Nis" jawab Rizky setengah kaget. Ada kerinduan disorot mata pemuda itu saat melihat wajah Anisa yang terlihat begitu tegar, masih teringat jelas dalam memorie ingatanya beberapa bulan lalu seorang gadis yang berjuang keras berusaha mencari jati dirinya hingga mendapatkan suatu hidayah yang kini sedang ia perjuangankan ditengah keluarganya yang menentangnya

"Maaf mas, Nisa telat ya.."

"Gak ko Nis, mas Rizky juga belum lama datang. Ayo duduk dulu" ucap Rizky ramah.

Secerca Cahaya DikegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang