6. Perjuangan

857 76 1
                                    

~Kamar Anisa~
Dalam situasinya yang kalut Anisa mengambil qur'an yang ia letakan dilaci, mencium qur'an tersebut dan mendekapnya penuh kelegaan. Ia membuka qur'an tersebut perlembar dan membaca arti dari setiap ayat, kala itu dia membuka QS. Ar-Rahman yang membuat air matanya menggenang saat mengetahui makna dari masing-masing ayat yang membuat hatinya terenyuh. Begitu banyak makna indah yang tersirat didalamnya hingga ia tak mampu berkata apa-apa apalagi menyangkal kebenaranya, ada ketenangan dalam hatinya yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

"Aku akan teguh dengan pendirianku dan akan tetap meyakini agamamu sebagai hal yang hakikih ya Allah" ujar Anisa lirih. Ia berjalan kembali menuju kopernya dan mengambil jilbab yang diberikan Rizky padanya. Anisa kembali teringat sesuatu, ia merabah saku celananya dan mengambil kertas didalamnya

"Syukurlah nomer mas Rizky masih ada. Jika aku menceritakan masalahku pada mas Rizky mungkin aku akan mendapat jawaban dari kesedihanku" ucapnya. Tanpa berfikir panjang ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi nomernya, belum sempat panggilan itu tersambung Anisa mematikan panggilanya

"Enggak-enggak saat ini aku gak boleh mengganggu mas Rizky dulu dengan masalahku, dia akan melamar Zahra malam ini, aku gak mau merusak hari bahagianya" Anisa meletakan ponselnya diatas ranjang, baru saja ia melangkahkan kakinya ia dikejutkan oleh dering ponselnya, matanya membulat saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya

"Mas Rizky :) " wajah Anisa terlihat begitu sumringah, kesedihan yang ia rasakan seakan hilang saat orang yang akan dihubunginya justru mala menghubunginya lebih dulu. Dengan sigap ia mengangkat telfon itu

"Hallo assalamualaikum" salam Rizky dari sebrang

"Waalaikumsalam mas Rizky, ada apa mas kok tumben menghubungiku? Bukanya mas Rizky hari ini mau melamar Zahra ya?"

"Iya Nis insyaallah, doakan semoga semua lancar ya. Mas hanya ingin memastikan keadaanmu, bagaimana kabar kamu Nis?"

"Iya mas, pasti aku doakan semoga acara lamaran mas Rizky lancar. Kabar ku kurang baik mas, keluargaku sudah tau kalau sekarang aku telah memeluk islam dan mereka menentangku seperti dugaanku sebelumnya" jawab Anisa sendu ketika mengingat kembali perlakuan orang tuanya terhadapnya

"Bersabar dan berikhtiarlah Nis, mas yakin kamu bisa menghadapi ujian ini. Kamu harus kuat dan berjuang demi Allah, ini adalah ujian pertamamu untuk menguji keimananmu. Percayalah Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan hambanya, jika kamu mendapatkan ujian seperti ini berarti menurut Allah kamu mampu untuk melewati semua ini :) " tutur Rizky

"Iya mas, Nisa akan teguh pada agamaku. Justru yang membuatku sedih itu bukan karena tamparan papa, tapi karena kerasnya hati mereka yang tidak mempercayai Tuhan, aku ingin membawa mereka menjadi manusia beragama mas, dan sekarang Nisa bingung bagaimana cara ku bisa sholat bila mukenaku telah dirobek papa"

"A,,, apa??? papa mu sampai menamparmu? Kamu yang sabar ya Nis, sebuas-buasnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri, suatu saat nanti semoga Allah memberikan hidayah juga untuk kedua orang tuamu. Jika mukenamu tidak ada maka pakailah baju muslimu dan jilbab yang ku berikan waktu itu, kemudian pakailah kaus kaki yang bersih. Kamu bisa sholat menggunakan itu bila dalam kondisi terdesak" jelas Rizky

"Baiklah mas, terima kasih atas saranya. Nisa akan melaksanakan sholat seperti saran mas Rizky. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Hati Anisa mulai tenang setelah mendapat penjelasan dari Rizky ditelfon tadi, ia menjalankan sholat seperti yang disarankan oleh Rizky. Setelah menjalankan sholat, ia juga mengkaji dan mendalami Al-qur'an terjemahnya. Anisa semakin yakin bila islam adalah agama yang dicarinya selama ini.

Secerca Cahaya DikegelapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang