1 - Beginner

Mulai dari awal
                                    

'Apa dia membiarkan aku disini?' Ayay bertanya dalam hati. Mata dan tubuhnya bekerjasama berputar-putar mengamati sekitar.

Tak menemukan ide akhirnya Ayay memilih terduduk dilantai, tepat di sisi pintu kamar Leon. Ayay tak tau apa yang harus dilakukannya karna Leon tak memberi petunjuk apapun untuknya.

dibukanya kepalan tangan yang sedari tadi menggenggam secarik kertas. Dibukanya kertas yang ternyata adalah photo dirinya dan Saen. Ditatapnya lekat photo yang menapkan photo keduanya tengah tersenyum lebar lalu berlahan-lahan menyobek photo tersebut hingga menjadi potongan kecil.

"Aku tak boleh memikirkanmu lagi. Aku sudah menikah. Jika aku melupakanmu, itu bukan salahku karna kau yang pergi menghilang dariku."

Ayay meremat kencang serpihan photo yang disobeknya. Tak disadari cairan-cairan bening mengalir dipipinya tanpa permisi. Dipejamkan matanya berharap cairan bening itu tak terus terjun dari sudut matanya. Cukup lama bermain dengan dilema, Ayaypun tertidur dengan tangan yang masih memegang serpihan photo.

******

Cahaya matahari berlomba masuk menerobos masuk melalui celah-celah gordeng sebuah kamar. Seorang gadis yang berada didalamnya tengah tertidur dikasurnya menggeram ringan karna cahaya yang menusuk matanya yang kala itu masih terbawa buaian kasur.

Ayay mengangkat tubuhnya dari kasur dan termenung sejenak. Matanya menatap pakaian yang tengah dikenakannya. Ya, Gaun pengantin masih membalut sempurna ditubuhnya bahkan makeup yang dipakainya masih menempel diwajahnya.

"Apa ini kamar Leon?"

Ayay mengamati sekitar namun tak ada satupun tanda-tanda yang menunjukan ini adalah kamar seorang pria. Dengan pemikiran seadanya Ayay menarik kesimpulan kalo ini adalah kamar lain di rumah ini.

"Apa dia yang menggendongku ke kamar ini?" Tanya Ayay pada dirinya sendiri yang tentunya tak berjawaban.

Digeretnya badannya dari kasur empuk yang membuainya lalu menuju lemari pakaian lalu dibukanya lemari pakaian itu. Dilihatnya sedetail-detailnya pakaian yang ada disana. Semua pakaian itu adalah miliknya dan tak ada satupun pakaian laki-laki didalamnya. Ayay menarik napas pelan lalu menghempaskannya. Satu lagi fakta yang diketahuinya bahwa dirinya dan Leon tidak sekamar. Entah dia harus senang atau sedih, perasaannya campah, tak berasa.

Tak ingin lama berkecambuk dengan pikirannya, Ayay menarik sebuah dress bewarna pink lalu melangkah ke arah meja rias yang sudah Full Set alat kosmetik. Ayay menduduki kursi meja rias lalu menatap kosong pantulan dirinya dicermin, mengamati setiap inci dirinya.

"Saat semua ini terlepas maka aku sudah masuk ke dunia baru tanpamu, Saen," ujar Ayay pada dirinya dicermin lalu mulai menghapus makeup diwajahnya.

Hal penting yang harus dilakukannya adalah menghapus semua makeup dan mengganti gaun pengantin yang sangat menyesak tubuhnya ini.

Setelah selesai dengan dirinya Ayay beranjak turun kebawah. Ya, kamarnya ada dilantai 2, berbeda dengan kamar Leon dilantai dasar dan hal itu baru disadarinya saat dirinya dihadapkan dengan tangga yang kurang lebih memiliki 33 tangga.

Matanya jelalatan mencari makhluk hidup yang sudah bergelar sebagai suaminya kemarin, namun nihil. Tak ada seorangpun dirumah ini padahal ini masih pagi. Pikiran-pikiran liar seketika hinggap di kepalanya, apa Leon sengaja menghindarinya? Atau memang dirinya yang bangun kesiangan untuk ukuran pria itu?

Setiap hari Ayay terus mencoba bangun lebih cepat dari hari sebelumnya karna setiap kali terbangun, Ayay tak pernah bisa bertemu Leon seolah menandakan takdir mereka memang tidak dapat menyatu. Bahkan, dimalam hari dirinya yang sudah berniat menunggu Leon, malah tak sengaja tertidur.

Sampai 5 hari berlalu datar akhirnya Ayay dapat melihat Leon dan mengutarakan apa yang ingin diucapkannya. Ya, pagi ini Ayay menangkap Leon yang kala itu hendak beranjak pergi.

"Aku dan kau tidak bisa terus begini," ujar Ayay pada punggung Leon.

Langkah Leon tersendat seketika mendengar suara Ayay. Meski terkejut, Leon menoleh dengan wajah datar.

"Jangan menghindar dan bersikap seperti biasa saja," ucap Ayay seraya mendekati Leon."Aku tak ingin menjadi beban."

Leon terteguh mendengar perkataan Ayay. Matanya tak sengaja bertemu pandang dengan mata hazel Ayay dan seketika itu juga langsung mengalihkan pandangnya.

"Aku hanya tak ingin merebut pacar adikku," ujar Leon lalu pergi, meninggalkan Ayay yang kini membatu ditempat.

********

Jarum jam menunjukan pukul 12 lewat 48 menit. Ayay menatap jam bewarna coklat di dinding yang terus berputar, seolah menggoga dirinya. Kaki jenjang bergerak ke kanan dan ke kiri tak menentu. Jika seseorang melihatnya, mungkin mereka akan mengira Ayay tengah berlatih menari atau sejenisnya.

Malam ini mata Ayay masih terjaga karna besarnya gejola yang menghantui dirinya. Setelah mendengar kata-kata Leon untuk pertama kalinya, Ayay tak henti-henti berpikir. Bagaimana dia bisa berpikir kalau dirinya masih berstatus pacar adiknya? Padahal Ayay sudah bersusah payah menghapus kata itu dari pikirannya dan siap menatap masa sekarang. Apa semua pria seperti itu?

Dihempaskannya tubuhnya disofa lalu kembali berpikir keras.

Cekrekkk, suara pintu terbuka.

Ayay yang terduduk disofa sontak berdiri dan langsung menatap Leon yang nampak kaget melihatnya yang berdiri tegap menatap kearahnya.

"Izinkan aku memerankan peranku sebagai istri," ucap Ayay langsung membuat Leon kebingungan. " Aku tak butuh cinta ataupun kasih sayangmu. Hanya 3 bulan, setelah itu kita bisa berpisah."

"Apa alasanmu?" tanya Leon akhirnya.

"Aku punya alasan sendiri," jawab Ayay tertunduk lalu kembali menungak. " Dan juga, aku bukan pacar siapapun karna aku sudah menikah."

Penegasan Ayay membuat Leon sedikit terteguh. Dipandanginya seksama Ayay yang kalah itu memandang serius dirinya.

Tiba-tiba senyum simpul mencuat kepermukaan. "Aku sudah memasak, cobalah sedikit masakanku," ujar Ayay mengubah topik lalu beranjak ke dapur.

Leon masih mematung didepan pintu melihat perubahan sikap Ayay lalu entah angin dari mana, Leon mengikuti Ayay kedapur, lebih tepatnya ke meja makan. Leon tak sadar responnya ini menuntunnya masuk ke takdir Ayay.

Note: Cinta mengajarkanmu untuk berani memulai dan berani mengakhiri saat semua berakhir

SIDE (YOU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang