Drt....Drrrt..drrt....

Handphone ku ini berbunyi,

Pesan diterima
23:01

Shinta Naomi
I miss you, can you call me?

Gadis ini, membuatku tersenyum simpul saat ini. Segera ku meletakan sentuhan kearah panggilan untuk menghubunginya.

"Hay..udah tidur?
"Bodoh, kalau aku sudah tidur mana mungkin aku menelfonmu!"

Candaku kepada gadis yang ada di seberang telefon ini.

"How youre day?"
"Okay..and so bored to me, and you? How about you?"

"Yah ..melelahkan, maka dari itu aku merindukanmu..suara cemprengmu itu kinal!"

"Oh ayolah bunda, tidak bisa kah kau lebih mesra dengan sahabatmu yang menggemaskan ini"

Oke mungkin dibalik sana shinta sedang menahan muntah atau mual menghiraukan canda ku yang begitu garing itu.

"Oke..okey...I Miss you kinal"

Ada apa dengan shinta, apa dia sedang sakit. Mendengar suaranya sangatlah berat, apakah dia sakit.

"Bunda kau sakit?"
Tanya ku spontan karena terlalu khawatir dengan dirinya, sahabat terbaik ku sejak kecil setelah sinka.

"Aku gak yakin kinal.."
Ucapnya lirih, seolah dia mengeluarkan air mata di balik sana.

"Kamu harus istirahat, mungkin kau terlalu stress dengan pekerjaanmu selama ini shinta...akan ku temui kau besok pagi"

Saat aku memanggil namanya shinta,jangan tanya lagi bahwa aku sangat mengakhawatirkannya lebih demi apapun saat ini. Aku paham sahabatku yang satu itu, saat dia terakhir menangis seperti itu akibat kondisi sinka yang drop atau ada hal yang lain ia sembunyikan dari diriku.

"Okay..Love you kinal"
"Love you too bunda..."

Bibbb

Sambungan itu terbutus, tampaknya shinta memang dalam kondisi tidak baik malam ini. Dia dan aku sering seperti ini, saling bertukar isi hati dan juga pikiran saat banyak.masalah yang selalu hadir diantara kita.

~~~

Ke esokan harinya, aku bangun tepat pukul 7 udara di sini tepatnya saat aku membuka jendela saat pagi hari ini sangat betah kuhirup. Seolah otak yang kini masih pusing dengan beberapa urusan pekerjaan menjadi ssdikit ringan.
Segera ku bergegeas menuju kamar mandi dan membersihkan diriku dari cucuran keringat semalam aku tampak begitu kacau dengan beberapa pekerjaan.

Setelah mandi,ku langsunkan saja langsung ke basement apartemen dan menyalakan infra merah mobil milik lidya yang masih di pinjamkannya kepada ku.

Sebenarnya tidak enak hati tiap hari aku menumpang padanya, tapi tak apa dia kan juga sudah ku anggap seperti keluarga.

Ku injak pedal gas secara santai dan seperti biasanya aku menikmati suasana singapura pagi hari. Burung di pinggir jalan dan juga keramaian beberapa orang berjalan kaki.
Jauh berbeda dengan jakarta, sehingga memudahkanku untuk mengarang beberapa judul baru untuk novel ku.

Beberapa menit, aku telah sampai di ruang parkir apartemen milik shinta dan sang pujaan ku. Aku begegas menata pakaian dan mengunci kembali mobil spott milik lidya itu.
Sesaat aku ingin memencet tombol itu, aku hanya dapat berdiam diri karena kaki yang masih kaku karena saat ini aku telah di punggungi oleh gadis cantik begitu cantik. Dia membuka pintu tanpa menyadari keberadaanku.

Tooku ni Ite Mo (End)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ