Arman dan Bu Rahma

106 3 0
                                    

Kedua alis mataku saling bertautan, berusaha mencari jawaban atas pemandangan yang baru saja kulihat. Namun, tak kutemukan jawaban apapun, akhirnya kuputuskan mendekati mereka.
"Arman ? Kau menunggu siapa ?"tanyaku heran. Aku sengaja menanyakan tujuan Arman terlebih dahulu, agar tidak memalukan jika nanti dia bukan datang untuk menjemputku. Sedangkan kulihat bu Rahma sudah menghilang dari pandanganku, entah kemana.
"Hai, Lina. Gadisku yang cantik. Tentu saja aku menjemput kamu, memangnya siapa lagi yang akan ku jemput ?"sahut Arman dengan jurus gombalnya.
Hah ? Apa aku tidak salah dengar ? Apa tadi yang dia katakan menjemput aku ? Bukannya tadi dia sedang bermesraan dengan bu Rahma ? batinku dalam hati. Mendengar, nama bu Rahma darahku seketika mendidih. Aku tak bisa menahan lagi untuk tidak bertanya,"Hah ? Menjemputku ? Lalu, apa yang kau sebut tadi ? Bermesraan dengan wanita lain ?"tanyaku dengan volume suara yang tinggi. Aku tak bisa sabar lagi dan menahan lebih lama lagi rasa penasaranku.
"Wanita ? Wanita yang mana ?"tanya Arman bodoh. Entah ia menderita kepikunan mendadak atau memang bodoh.
"Wanita yang mana kau bilang ? Tentu saja, bu Rahma si perawan tua itu ."jawab Lina jengkel.
"Bu Rahma ? Oh jadi, wanita yang kau maksud itu bu Rahma, dia dosenmu bukan ? Kurasa dia cantik untuk wanita seumuran dirinya. Dan, asal kau tahu ya, dia itu bukan perawan tua . Dia sudah punya kekasih."sahut Arman geram. Ia tak bisa terima jika wanita yang di cintainya disebut perawan tua.
"Kenapa kau jadi membelanya ? Aku tak suka itu, atau jangan-jangan, kau suka padanya ya ?"tanyaku langsung. Aku sedang malas berbasa-basi. Ia tau betul tipe cowok seperti apa Arman itu, dia tidak akan membela wanita jika ia tidak cinta terhadap wanita tersebut.
"Tidak, aku tak suka padanya ! Aku hanya tidak suka dengan sebutan perawan tua itu."sahut Arman bohong. Ia sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain, agar Lina tak melihat bola mata Arman yang telah menyimpan rapat seribu dusta tentang Lina, tentang hubungannya, tentang bu Rahma ."Sudahlah, ayo masuk. Aku tidak mau bertengkar lagi denganmu. Sudah, tidak perlu kita bahas lagi masalah itu."ujar Arman mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Aku pun masuk ke dalam mobil Arman, dan menghabiskan sepanjang perjalanan pulang dengan diam membisu.
Sebenarnya ada hubungan apa ya antara Arman dan bu Rahma ? Sepertinya, aku harus mencari tahu sendiri. batinku dalam hati.
Naluri detektifku muncul lagi, sebenarnya naluri ini sudah lama kupendam sejak terakhir aku terjebak dalam penyanderaan yang dilakukan oleh Irwan. Untunglah, Irwan tewas akibat satu butir peluru yang di tembakkan dari pistol salah satu anggota polisi menembus dada kiri Irwan.

Secret AdmirrerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang