September 2015 - Pertengkaran pertama

Depuis le début
                                    

Dari penampilannya yang hanya menggunakan jeans dan kaus, Arga menebak kalau Oriana pasti tadi sangat panic dan buru-buru hingga dia tidak memedulikan penampilannya.

Oriana yang tertidur, tidak sadar bahwa kepalanya telah menyender di bahu kokoh milik Arga. Arga reflek tertawa... Oriana jauh lebih manis ketika tertidur seperti sekarang.

"Keluarga Ibu Liliani Soedjono..." panggil seorang suster.

Oriana yang mendengar nama ibunya dipanggil, mendadak bangun dan kaget. Pertama karena ada Arga di sampingnya dan kedua seorang suster yang memanggilnya untuk memberitahukan informasi penting.

"Saya anaknya, Sus, ada apa?"

"Ibu Liliani sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat."

Oriana mengangguk, "Terus kondisinya gimana?"

"Nanti dokter yang akan menjelaskan."

Oriana mengangguk dan kembali duduk. Kenapa Arga bisa ada di sini? Oriana sudah sangat lelah, jadi dia putuskan untuk tidak bertanya atau berbasa-basi kepada suami gantengnya itu.

"Gimana kondisi Mama?"

"Hmm, tadi sempat kritis tapi untungnya masih bisa diselamatkan," jawab Oriana seadanya. "Itu buah buat Mama?" tunjuknya pada parcel buah di samping Arga.

"Iya, saya bingung mau bawa apa."

Oriana mengambilnya dan mengucapkan terima kasih. Tapi ada sesuatu dalam hatinya yang menyuruhnya agar tidak terbuai oleh kebaikan Arga.

"Kalau kamu mau pulang, pulang aja. Nanti aku salamin ke Mama," ucap Oriana saat melihat brankar milik mamanya keluar dari ruang UGD.

Arga tampak mengeryitkan keningnya tapi dia tidak menggubris ucapan Oriana dan malah mengikuti langkah istrinya sampai mereka di ruang VIP.

"Papa ke mana?" Arga bersuara lagi.

"Papa pulang sebentar."

Oriana duduk di kursi sebelah brankar mamanya, sementara Arga memilih duduk di sofa dan membaca Koran yang disediakan. Sungguh kehadiran Arga di sini sangat menyiksa bagi Oriana... apa maksud Arga melakukan hal ini padanya?

"Gimana Mama?" tanya Papa yang baru saja datang.

"Kondisi mama udah lumayan stabil tapi masih harus dipantau Pa. Kalau kondisinya semakin baik, mungkin operasi bisa segera dilaksanakan," tutur Oriana.

Papa terlihat lega ketika mendengar penjelasan Oriana. "Sekarang kamu pulang dulu, gantian istirahat," kata Papa.

"Aku aja yang nginep di sini, Pa."

Papa melirik pada Arga, "Tuh udah dijemput sama suami kamu."

Oriana menggerutu kenapa kehadiran Arga malah menyulitkannya, padahal dia ingin sekali menjaga mamanya.

"Ar, aku boleh kan nginep di sini?" tanya Oriana pada Arga.

"Boleh. Tapi kamu pulang dulu, istirahat sebentar... nanti malam saya antar kamu ke sini."

"Tuh denger kata suami kamu."

Kenapa Arga jadi perhatian begini sih???

"Pa, saya sama Oriana pulang dulu," Arga pun bangun dari sofanya dan menunggu Oriana agar bergerak menurutinya.

Dengan berat hati, Oriana mencium pipi mamanya lebih dulu sebelum pulang lalu bersalaman dengan papanya.

"Papa mau makan malam apa?"

"Nggak usah mikirin Papa... pikirin dulu suami kamu. Kamu seharian di sini, udah ngurusin makan dia belum?"

Oriana gelagapan sendiri! Mana pernah dia mengurusi makan Arga, kan Arga-nya yang nggak mau diurusin!

"Yaudah-yaudah, aku pulang!"

***

"Pakai mobil saya aja," ketika mereka sampai di parkiran.

"Terus kalau nanti aku mau ke sini lagi gimana? Naik taksi? Repot ah!" Tolak Oriana mentah-mentah atas usul Arga.

"Nanti saya antar."

Oriana reflek berhenti. Ini lelaki maunya apa sih? Kadang dingin, kadang panas...

"Kamu nggak perlu merasa memiliki kewajiban sebagai suamiku, Ar! Aku bisa kok bohong dan tetap menjaga nama baik kamu di depan orang tuaku. Tapi nggak usahlah memperlakukan aku kayak sekarang," ucap Oriana meledak-ledak.

"Kamu ngomong apa sih?"

"Kelakuan kamu yang kayak gini, bikin semuanya jadi abu-abu! Jangan bohongin orang tua aku dengan kebaikan kamu yang cuma pura-pura, supaya kamu bisa dibilang suami yang baik," cecar Oriana.

Arga diam, terlihat kilatan kemarahan di matanya. Tapi itulah yang ada dipikiran Oriana sekarang. Sikap Arga yang seperti ini, jelas-jelas hanya akan menyulitkan kondisi mereka berdua.

Oriana berbalik dan berjalan menuju mobilnya terparkir, dia tidak ingin menunggu Arga memberikan penjelasan, karena Oriana yakin penjelasan apa pun tidak akan memberikan efek apa-apa.

Tanpa disangka, Arga menarik lengannya. Membuat langkahya terhenti. Sejenak Oriana menyadari, kalau dia telah berhasil membuat Arga benar-benar marah.

"Saya nggak berpikir serumit itu. Saya datang, karena saya peduli dengan kondisi mama kamu."

"Peduli kamu bilang? Buat apa? toh akhirnya kamu juga akan menyakiti mereka kan? Nggak usah sok peduli sama aku dan keluargaku," teriak Oriana makin kesal dan membuat matanya berkaca-kaca. Kondisi mamanya yang sempat kritis dan ditambah Arga yang bersikap bak malaikat. Semuanya tumpah ruah dalam satu emosi bernama air mata. Dan, Oriana benci menunjukkan kelemahannya.

"Lepas, aku mau pulang!'

Bukannya melepas, Arga malah mencengkram tangan Oriana makin kencang...

"Kamu pulang sama saya."

Oriana yang sudah lelah, sudah kehabisan tenaga untuk melawan Arga.

"Setahun Oriana! Selama setahun kamu adalah istri saya. Masalah kamu dan keluarga kamu juga jadi tanggungjawab saya."

Kamu bener-bener bajingan, Arga!!!

***

Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant