1. Distance

2.5K 114 21
                                    

DEAN melangkahkan kakinya di sepanjang koridor sekolah menuju mading. Langkahnya terhenti seketika saat melihat gerombolan murid yang berdesakan demi melihat daftar kelas baru mereka. Dean mendengus, kemudian memutar balikkan tubuhnya menuju kantin. Enggan berdesakan.

Dean Rafandra Alvarez. Siswa kelas 12 di salah satu SMA swasta elite di Jakarta. SMA Pertiwi. Anak dari seorang Dirut di perusahaan ternama Jakarta.

Cowok ini famous banget di sekolah. Ganteng banget.banget.banget. Tubuhnya tinggi, otot-ototnya juga mulai terbentuk sempurna. Meskipun umurnya baru tujuh belas, tapi dia mampu menggaet banyak kaum hawa. Poin paling pentingnya, Dean ini kalo senyum manis banget, macem gula aren gitu.

Dia termasuk salah satu dari sekian cowok Most Wanted di sekolahnya, dari mulai adik kelas, kakak kelas, bahkan teman se-angkatannya banyak yang ngejar.

Sesampainya di kantin, Dean memilih tempat pojokan kantin dan mengeluarkan ponsel. Kemudian mengetikkan pesan di group LINE-nya.

Dean: P

Dean: P

Dean: Eh kampret! Sini dong temenin gue di kantin!

Dean: Jomblo nih gue!

Dean: Woy

Dean: Nyet!

Dean: Ah kampret, gaada yang waro lagi

Dean: Njirr

Chandra: SPAMM BANGSATT!!!

Adam: Apaan deh lo Yan, bicik!

Sayang Mantan: HAHAHAHAHAHA. Dean, kesian amat. Jones ye lo?

Dean: Terserah lah!

Dean: Pada di mana sih kalian wahai para babu-babu?

Dean: 'Sayang Mantan' siapa? Seenak jidat ngatain gue Jones

Chandra: 'Sayang Mantan' si Evan, Yan!

Sayang Mantan: Lu sendiri yang bilang

Sayang Mantan: Eh Chandra kampret, lo buka kartu gue

Adam: Mau lo ganti nama apa pun juga pasti ketauan nyet! Orang ini grup cuman 5 orang

Dean: Evan bego!

Sayang Mantan: Kampret! Gue kan pinter dan rajin shalat :p

Dean: Bacot lu

Chandra: Bacot lu (2)

Adam: Bacot lu (3)

Bani: Bacot lu (999+)

Sayang Mantan: Monyet!!!

Bani: Yan, gue otw kantin

Dean: Wookkeee, gercep Ban!!!

Dean mematikan handphonenya dan menaruhnya kembali ke dalam saku celananya. Matanya menyapu ke sekeliling penjuru kantin, tak ada siapa-siapa. Hanya ada dirinya sendiri di kantin, mungkin orang-orang lebih senang berdesakan melihat pembagian kelas baru. Namun tidak bagi Dean, dia tidak suka keramaian. Gak suka desek-desekkan pula.

"Yan!" panggil Bani saat sudah melihat Dean yang tengah duduk di pojok kantin.

"Ah! Akhirnya lo dateng juga, gue takut nih sendiri. Gimana kalo ada dede emesh yang tiba-tiba godain gue?" aku Dean yang dibalas Bani dengan toyoran di kepalanya.

"Dede emesh pala lu!"

Dean terkekeh. "Gue kan punya banyak fans, gitu. Banyak dede emesh pada jadi secret admirer gue."

"Hai my baby bagong gue semuaaaaaaa!" Teriak Evan sambil berlari kecil menghampiri kedua sahabatnya—Dean dan Bani. Diikuti oleh Adam dan Chandra yang berjalan di belakangnya.

"Eh somplak! Berisik banget sih lo, malu-maluin gue tau?" protes Dean menoyor kepala Evan, saat mereka sudah berkumpul semua.

"Gue kan emang udah biasa malu-maluin lo, Yan!" ujarnya sambil cengengesan.

"Bacot ah lo."

"Eh, Yan! Lo udah liat mading belum?" tanya Bani mengalihkan pembicaraan, agar tidak ada lagi keributan di antara Dean dan Evan.

"Belum. Males gue, harus desek-desekan. Kalo lo?" tanya Dean penasaran.

"Udah. Anjir gue dapet wali kelas Ma'am Esther." Bani memasang raut muka kecewa.

"Modar lo."

"Mampus lo Ban!"

"Makan tuh si Esther." Dean juga ikut meledek.

"Dan jangan lupa Yan, lo se-kelas sama gue." ucap Bani yang seketika membuat teman-temannya terbahak. Apalagi Evan, sampe batuk-batuk tuh anak saking puasnya ngetawain Dean.

"Berisik ah lo pada! Di tahun terakhir gue sekolah, kenapa mesti dapet wali kelas yang bikin gue like in the hell sih?" protes Dean pada teman-temannya, suara gelak tawa pun meledak kembali.

"Eh Ban, terus gue se-kelas sama siapa?" tanya Evan antusias.

Bani menahan senyumnya, kemudian berujar, "Lo sendirian Van, gak dapet temen. Sedangkan Adam satu kelas sama Chandra."

"Yes!" seru Dean semangat.

Tak ada tawa kali ini, semuanya memperlihatkan wajah mengejek kepada Evan.

"Ah kampret lu pada. Gue sendiri? Why? Why?" teriaknya membahana.

✖✖✖

"Misi dong misi! Gue juga mau liat kelas baru gue!" teriak seorang gadis yang menggunakan topi dengan posisi lidahnya ke belakang. Lengan bajunya dilinting, rambut diikat tanpa poni dan yang jelas pakai topi. Cewek itu tomboy. Suaranya udah macem preman pasar.

"Woles dong Fin, gue juga pengen liat kali! Kita tunggu aja mereka pergi, baru giliran kita." tegur salah satu cewek dari kerumunan itu.

Dua lainnya mengangguk, meng—iya—kan perkataan cewek barusan. Lintang Ayudya Pradipta. Atau yang akrab dipanggil Lintang. Cewek cantik, manis, pintar, tapi gak terlalu famous. Ia punya sifat yang cenderung cuek kalo dekat dengan orang baru di sekitarnya. Siswi kelas 12 IPA, SMA Pertiwi. Putri dari Arga Pradipta, seorang novelis terkenal. Yang karyanya sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Setelah kerumunan itu mulai menipis, Finka—sang cewek tomboy tadi, menyeret Lintang dan kedua temannya—Adischa dan Gesty menuju mading utama. Di sana terpampang jelas nama Lintang Ayudya Pradipta masuk kelas 12 IPA 1, dengan Wali kelas Mrs.Esther. Mampus lo, Lintang!

"What de? Gue dapet wali kelas Mrs.Esther? Gue gak se-kelas sama kalian? Dan..." Lintang memicingkan matanya mendapati nama laki-laki yang satu kelas dengannya.

"Dean Rafandra Alvarez"

✖✖✖

a/n:

huhuhu maaf banget kalo ini jelek :')
bahasanya mohon di maklum ya, Dean and d'genk kan anak nackal. Ups. Maksudnya nakal. Jadi ya ngomongnya gak jauh beda kayak gitu.

Mohon bantuan vote+comment nya yaaaaaa!!

With love,

Astia🌸

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang