By The Fire We Sing

Start from the beginning
                                    

Yaya. Itu suara jeritan Yaya.

Fang membuka matanya. Dengan panik mencari-cari keberadaan kerudung pink atau topi dinosaurus. Tidak ada, hanya pita api yang menari semakin liar di depannya.

Jeritan yang lain. Kali ini suara Ying, diikuti oleh Gopal. Setiap detik kian mengeras, menusuk telinga Fang tanpa belas kasih.

"S-sialan! Apa yang terjadi?!"

Ular api meliuk mendekat, berkumpul menjadi satu membentuk api unggun raksasa. Kali ini Fang bisa merasakan panas membakar kulitnya yang mengharuskan Fang untuk bergerak mundur. Fang terus menggoncangkan kepalanya dengan harapan suara itu hilang.

"...Fang..."

Jantung Fang berhenti. Itu suara Boboiboy, namun seolah tenggelam dalam air. Putus asa memanggil Fang agar mengangkat kepala dan menatapnya, ke dalam kobaran api. Dan itu yang ia lakukan.

Keringat dingin jatuh dari wajah yang memucat seperti baru melihat hantu—menatap mata darah para makhluk bayang.

Nafas Fang berubah sesak. Ingin sekali ia lari dari mata merah yang menghantuinya saat malam. Namun ketika Fang membalikan badan kakinya tidak bisa bergerak. "Apa-apaan ini?!" Fang mengutuk ketika mendapati sulur-sulur hitam telah menjangkar kakinya di tempat. Dan sepasang mata merah terbelalak lebar dalam kobaran api.

merah—darah—Boboiboy—tertawa—merah—darah

Fang berteriak. Kedua tangan menggenggam kepalanya yang berdenyut ketika kilasan penglihatan itu tidak mau berhenti. Terus memberinya tampilan berdarah yang sama dan tawa Boboiboy yang ganjil.

Kini Tubuh Fang jatuh meringkuk. Mulut menganga lebar dengan jeritan sunyi—tenggorokannya sudah tidak lagi mampu bersuara. Mata tertutup rapat, namun air mata menyisip keluar besimpati akan rasa sakitnya.

'Hentikan!' Fang menjerit. Diikuti oleh gema jeritan yang sama oleh Yaya, Ying, dan Gopal bergema di sekitarnya. Menjerit seolah lidah api menjilati kulit mereka.

"Hentikan hentikan hentikan HENTIKAN!' Fang berusaha menutupi kepalanya, berdenyut liar bersama detak jantungnya yang tidak karuan. Dan suara Boboiboy seolah tertawa di atas penderitaanya.

Mata merah diam memperhatikan dari dalam api. Menatap senang saat melihat tubuh kecil itu meringkuk kesakitan. Sangat rapuh, sangat rentan. Api berkobar lebih terang, memantulkan kilatan liar di permukaan merah darah.

"Sebentar lagi, Fang. Sebentar lagi.."

.
~Shadow Tamer~
.

Fang membuka matanya perlahan. Manik amethyst bergerak lelah memindai kamar asing yang ia diami. Memori kemarin malam pun mulai bermunculan dan Fang mengerang lelah, kembali membenamkan wajahnya di bantal dan enggan untuk bangun. Mungkin ia bisa kembali tidur. 5 atau 10 menit mungkin? Ya, itu ide yang terdengar bagus...

BRAK!

"Pagi Fang! Ayo bangun bangun! Jangan jadi pemalas! Sarapan sudah siap!"

...Sebelum seorang bocah jingga penuh semangat mendobrak pintu kamarnya membuat Fang bangun seketika.

"Ngh, sialan kau Boboiboy. Ugh, ini masih pagi. 15 menit lagi.." Fang mengerang jengkel. Dengan mata masih tertutup ia meraba-raba selimut yang kemudian ia tarik agar membungkus seluruh tubuhnya, berusaha kembali tidur.

Boboiboy menggeleng-gelengkan kepalanya. "Huf, ya ampun. Ini sudah siang, Fang. Apa kau mau ku seret keluar?"

Dari gundukan selimut Fang menjawab,"Coba saja kalau bisa." Menantang Boboiboy secara tidak langsung.

Shadow TamerWhere stories live. Discover now