The Harmony of Death

19 4 0
                                    

"Suara itu.... Lantunannya...."

"Legenda dari Dewa...."

"Gumaman dari dewa teragung dan terbesar...."

"Yang selalu kita puja dan kita takuti...."

"Sang pencipta dan Dewa Maut...."

"Lantunannya membawa kita pada.... Kematian?"

Semuanya memandang kearah Taygeta memastikan.

"Bukan.... Bukan hanya kematian, tetapi kepergian.
Pergi ketempat yang berbeda. Untuk hidup, hanya berbeda" Electra angkat bicara.

"Maksudmu? Ibu? Mengirim kita pada...."

"TIDAK! Ia tak mungkin begitu, ia tak bisa! Ia hanya hamba yang diberi karunia untuk menjadi petunjuk. Menjadi pembimbing. Dan.... dan dia.... hanyalah hamba yang.... yang menerima segala takdir yang diberikan oleh-Nya.
Dia tidak mungkin mengirim para putrinya menuju kehidupan yang masih dipertanyakan ini!" Jelas Alcyone.

"Ya... memang dipertanyakan. Tuan Schiwzt hanya bilang "Awal bisa menjadi Akhir" Apakah ada kata-katanya yang lain?"

"Ya... dia bilang kita mirip ibu. Tapi apa itu membantu?" Jawab Pleione.

"Entahlah tapi apapun itu, kita akan siap. Ya kan?"

"Ya! Ayahanda sudah mempersiapkan kita untuk segala rintangan kehidupan. Termaksud kematian." Jelas Maia.

"Jadi kita akan siap tentang apapun itu, walaupun kita tak akan pernah mengetahui kapan atau dimana Dewa kematian atau sang pencipta menghampiri kita!"

Ya, semua mengangguk dengan penuh kepastian untuk sesuatu yang tak pasti. Tetapi mereka yakin akan satu hal yang pasti, kematian adalah milik semua makhluk hidup.

Semenjak hari itu, semangat hidup mereka kembali. Mereka kembali menjadi tujuh saudari yang masyarakat kenal lagi.

Bangun pagi untuk melihat sang surya terbit, mandi di air terjun dewi, membantu yang lain, bekerja di tempat lama ayahnya, dan tidur larut malam untuk membuat kalender bintang sendiri.

Mereka bahkan terlihat lebih bahagia dari sebelumnya, dan rakyat yang lain pun ikut bahagia untuknya. Terlebih Dandale....

Wajah tua dengan rambut acak putih itu terlihat bahagia. Dengan mata tuanya dan senyum dari bibir keriputnya, melihat mereka bahagia.

"Tugasku selesai sudah.... Mereka bahagia.." ucapnya dengan lemas diatas kursi goyang didekat jendelanya, membiarkan matahari senja menjadi hal terakhir yang membuatnya bahagia sebelum tidur dalam denting jam terakhirnya.

Hembusan nafas terakhirnya tepat saat matahari terbenam. Buaknlah dewa maut yang mengantarnya, melainkan Sang Helios, Sang Surya.

Pemanjatan doa untuknya berlangsung khidmat. Mereka semua tersenyum ikhlas melihat kobaran api yang melahap tubuh tanpa nyawa Dandale.

Sedih... pasti, tetapi apalah daya bagi seorang manusia yang tak bisa menentang kehendak yang Kuasa.

***

Hari menyedihkan itu berlalu, walau masih sangat tersimpan dipikiran benak mereka senyum hangat dari sosok Mr. Dandale mereka.

Menatap rumah tua nan elok itu sangat membangkitkan kenangan itu.

Empat belas langkah kaki pun memasuki rumah itu. Mereka ditugaskan untuk membersihkan rumah itu supaya tetap terjaga.

"Hey Maia! Lihat! Surat wasiatnya. Ditunjukan kepada kita. Stempel yang unik" seru Alcyone senang.

"Ya. Kau benar. Sebaiknya setelah bebersih kita pergi menemui Tuan Xavior. Bagaimana?" Semuanya pun setuju dengan pendapat Maia. Tuan Xavior Manes adalah orang yang biasanya menjadi Jubir orang-orang didesa Northorn.

***

"Kalian benar. Ini memang suratnya, dan ini ditunjukan kepada kalian" ujar Tuan Manes.

"Apa isinya tuan?"

"Kalian belum membacanya?"

"Tidak tuan. Kami tak ingin terjadi sesuatu yang menjadi isu kabar jalanan tuan"

"Ya. Kalian memang terlalu pintar dan bijak untuk masalah ini. Ayah kalian memang terbaik"

"Tuan... apa isi surat ini? Entah mengapa aku merasa kami harus mengetahuinya secepat mungkin"

"Kalian mungkin bisa. Tetapi aku tidak"

"Apa maksudmu tuan?"

"Bacalah sendiri!" Tuan Manes menyerahkan surat itu kepada Pleione. Dia membacanya keras supaya yang lain bisa mendengar.


'Kapal Caspian akan segera berlabuh.
Mereka akan berlari
Merpati akan berterbangan
Bintang bintang akan berpesta
Dan yang menggoreskan sejarah'

Sungguh.. surat yang aneh. Tetapi jelas satu hal. Kapal Caspian, kapal kemenangan. Tapi untuk siapa?

The Story Of The PleiadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang