Dandale Von Scwitz

36 4 0
                                    

Sebuah rumah kayu jati dengan ukiran ukiran dari legenda beberapa dewa berhias atap berwarna merah yang berkesan hitam menarik.

Berpagarkan beberapa bunga anyelir dan melati yang khas di desa tersebut, menyambut hangat kedatangan ketujuh saudari tersebut.

Diketuknya pintu kayu mahoni yang berbentuk bulat beraroma khas.

"Ya" dibukanya oleh seorang pria paruh baya yang berumur lebih muda dari ayahnya, 57 tahun.

Ya dia adalah tuan Scwitz. Tetua di desanya setelah ayahnya. Carinae dan dia sudah kenal lama sekali. Bahkan sejak kecil mereka selalu bersama, mereka saling mencintai...
Ya, cinta sebagai saudara. Carinae pun memperkenalkan Rowands padanya, dan akhirnya mereka bertiga menjadi sahabat paling dekat...

Mereka saling mencintai dan menyayangi..
Peduli sesama lain..
Melindungi sesama..
Selalu bersama dalam canda maupun tangis
Suka maupun duka....

"Selamat siang tuan Scwitz. Maaf mengganggu waktumu. Kami adalah putri dari tuan Rowands dan kami ingin bertanya beberapa hal tentang ....." ucap Maia. Tetapi seketika tuan Dandale....

"Oh kalian. Ayo ayo masuklah...." suruh Dandale untuk para putri tersebut.

Pintu kayu mahoni harum pun menyambut kedatangan mereka. Ditambah teko porselein antik berisikan teh hijau hangat menghangatkan suasana.

"Ohoho. Ayolah duduk disini...." ditepuknya sebuah kursi panjang porselein coklat kayu yang berhias bantal kapuk merah menyala, mempersilahkan mereka untuk duduk disana.

"Tuan kami...."

"Shh shh shh.... aku sudah mengetahui maksud kalian datang" potong Dandale saat Maia mulai berbicara. "Maksud anda tuan?" tanya Taygeta.

"Ya.... kalian tadi mendatangi Zeus bukan. Dan tujuan kalian kesini adalah untuk menanyakan tentang kepergian ibunda kalian bukan. Tidakah aku benar?

Apakah kalian tau mengapa ibunda kalian itu pergi dan bukan meninggal?" urai Dandale panjang lebar.

"Maaf sebelumnya. Tadi aku tak sembari mendengar percakapan kalian" sambungnya.

"Ya....tak masalah Tuan. Dan ya....engkau benar sekali tuan. Kami sangat ingin mengetahuinya. Kami tahu kau sahabatnya sejak kecil, jadi tolong bantu kami mengungkap misteri ini...." mohon Sterope.

"Ia ta hanya sahabat, tetapi juga saudari... saudariku yang usil....

Uuhhh.... kenangan terindah

Baiklah... ibunda kalian Carinae Ariande Rosevelt lahir dengan anugrah sebagai pendamping. Ia sudah ditakdirkan akan menemani dan memandu sebuah bintang atau konstelasi. Dan tugas itu menurun kepada kalian semua.

Dan hari itu, malam itu, langit telah memanggilnya untuk menjadi pemandu bagi para manusia. Dan ia pergi, tetapi ia tidak meninggal. Hanya pergi ketempat lain. Dan dalam hal ini... langit selatan.....

Kalian pastinya mengetahui sistem Eta Carinae bukan.

Ya.... Eta Carinae adalah sebuah bintang pembimbing bagi para penghuni bumi ini. Dan segera kalian akan menjadi seperti itu.

Kalian akan menjadi pendamping bagi Centaurus dilangit Utara.... Ya seperti itulah yang kuingat dan yang kutahu.

Apa kalian tahu... kalian memang mirip Carinae.... sangat..." tutur Dandale dengan mata berkaca-kaca mengingat masa lalunya bersama Carinae.

Ketujuh saudari tersebut terbelalak mendengar apa yang tadi tuan Dandale katakan. Dan itu hampir memecahkan misteri mereka....

"Tuan, terimakasih atas informasinya, tetapi kami ingin bertanya satu hal lagi padamu. Apa boleh" kata Electra memecah suasana.

"Ya. Katakan saja anakku.." jawab tuan Scwitz menghapus air matanya.

"Kapan takdir tersebut akan menjadi?" jawab Electra.

Pertanyaan yang dilontarkan Electra membuat Dandale tertegun. Bahkan keenam saudarinya yang lain.

"Aku tak tahu menahu tentang hal tersebut, tetapi aku hanya bisa katakan bahwa awal bisa menjadi sebuah akhir" jawab Dandale.


*******

Hari semakin larut membawa mereka untuk kembali. Mereka keluar dari rumah antik tersebut tepat pada saat sang dewa surya mulai tenggelam bersama dengan cahaya terangnya tepat di cakrawala bumi barat.

Cahaya oranye dan merah menyelimuti desa senja itu dengan sedikit sinar putih menambah kesan hangat dan menenangkan pikiran mereka sementara waktu.

Dan saat hari berganti malam, udara dingin mulai menyeruak menembus chiton Yunani mereka.

"Aku tak tahu menahu apa yang harus kita lakukan. Tapi berjanjilah.... Walau bagaimana pun kita The Pleiades, kita tak akan pernah terpisahkan. Walau saat waktu mendatang...." ucap Maia tegas.

Ia tahu hari itu akan segera tiba, entah dari mana firasat itu datang, tetapi ia yakin itu benar.

Dandale tak terlalu memberikan petunjuk yang pasti tentang hal itu. Tetapi ia mengatakan "Awal bisa menjadi Akhir..."

Kata-kata Dandale itu terus menerus menyelimuti pikiran Pleione.... Ia seperti pernah mendengarnya disuatu tempat,

Tetapi dimana?....

The Story Of The PleiadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang