Complicated→8 : Dodit dan Paris

146K 10.2K 281
                                    

Hati gak selamanya bisa di paksa dan di teken.

💔💔💔

Dodit duduk menyilangkan kakinya di teras rumahnya sambil memakan chicken nugget yang di gorengkan mamanya tadi.

Suasana rumah Dodit sepi. Di rumah besar ini, Dodit hanya tinggal bersama mama dan para asisten rumah tangganya. Papa dan mama Dodit bercerai ketika usia Dodit menginjak 8 tahun.

Papa pergi membawa adik perempuan Dodit yang waktu itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 5. Dengan tangisan histeris dan pukulan-pukulan dari tangan kecilnya, Dodit berusaha mengambil adiknya kembali.

Tapi apadaya. Tenaga Dodit dan papanya jelas berbeda jauh.

Dodit dengan berat hati harus merelakan adik kesayangannya, Alya, pergi bersama papa.

Marah? Tentu. Tapi mama tidak pernah mengajarkan Dodit untuk membenci papanya. Karena sejahat-jahatnya papa, papa tetaplah papa Dodit. Yang pernah menyayangi Dodit dengan setulus hatinya.

Nath, Rama, dan Kenny tau, bahwa di balik sikap pecicilan Dodit, ada kesedihan dan luka batin yang mendalam.

Makanya, Dodit akan selalu menghibur Karen jika ia sedih karena perilaku Nath. Dan mungkin, karena posisi Dodit yang selalu bisa menghibur Karen, mulai muncul rasa suka dan ingin memiliki di benak masing-masing.

"Dodit," pangil Renata, mama Dodit.

Dodit yang sedang fokus dengan handphone dan chicken nugget nya terlonjak.

"Apasih, ma. Bikin Dodit kaget aja," jawab Dodit membuat mama menyengir lebar, lalu sedetik kemudian, ekspresinya berubah.

"Mama mau bicara serius sama kamu," ucap mama membuat Dodit memelaskan wajahnya.

"Dodit belum punya calon, ma. Astaga, lagian Dodit masih SMA. Mama udah kebelet mau punya cucu biar kayak tetangga kita ya, ma?" tutur Dodit membuat mama memijat pangkal hidungnya.

"Bukan soal itu, Dodit."

"Teyus coal apa dong mah?" tanya Dodit dengan suara sok imutnya, membuat mata mama seketika berkaca-kaca.

"Kita harus pindah ke Paris selesai semester satu ini. Kamu ngelanjutin sekolah disana ya, sayang.." ucap mama dengan suara bergetar, siap menerima respon Dodit yang sebentar lagi akan mengamuk.

"Paris?" ulang Dodit dan mama mengangguk.

"Aku gak mau." tolak Dodit membuat mama menghela nafasnya.

"Setelah urusan kita selesai, mama janji bakalan langsung pulang kesini." ucap mama meyakinkan Dodit.

"Dodit tetep gak mau, ma. Dodit gak mau ninggalin temen-temen Dodit. Ma, ayolah. Dodit cukup kehilangan Alya. Dodit gak mau kehilangan Nath dan yang lainnya juga." ucap Dodit dengan nada kesedihan di dalamnya.

"Ini demi hidup kita ke depannya, sayang. Kamu sekolah disana, kuliah di sana, dan semuanya bakal baik-baik aja. Demi masa depan kamu, sayang. Masa kamu lebih pilih temen-temen kamu daripada mama?" jawab mama sambil mengelus lembut rambut Dodit.

Dodit menepis tangan mamanya, lalu bangkit berdiri.

"Jelas aku pilih mereka. Mama inget ga waktu Dodit harus ngejalanin terapi supaya pribadi Dodit gak murung lagi sehabis perceraian kalian? Siapa yang nemenin Dodit, ma? Siapa? Nath sama yang lain kan, ma. Mama kemana? Mama kerja sampe malem, pergi makan di luar sama temen-temen mama. Mama inget gak siapa yang bela-belain tidur di rumah sakit buat nemenin Dodit? Nathan ma. Yang Dodit harepin itu, mama. Bukan Nathan atau Rama atau yang lain." ucap Dodit dengan emosi yang sudah meluap.

"Mama inget siapa yang selalu ada buat ngerayain ulang tahun Dodit? Nathan dkk ma. Dodit tau kok, mama kerja buat Dodit. Tapi Dodit gak perlu uang atau harta ma. Dodit maunya mama disini sama Dodit. Nemenin Dodit." sambung Dodit dengan mata yang berkaca-kaca.

Sedangkan Renata, ia sudah menangis sesegukan mendengar penjelasan yang selama ini Dodit pendam.

"Dodit gak ada maksud buat bikin mama nangis kayak gini. Tapi memang ini faktanya. Ini yang Dodit pendem selama ini. Dan mama gak bisa maksa Dodit buat selalu ngikutin apa yang mama mau. Dodit ini manusia. Manusia punya hati yang gak selamanya bisa di paksa dan di teken." ucap Dodit menyeka air mata yang sudah turun.

"Dodit pergi dulu. Mama hati-hati ya di rumah," pamit Dodit meraih kunci motornya lalu mencium pipi mama dan pergi.

Pergi meninggalkan Renata yang masih terisak mendengar semua penjelasan yang Dodit berikan. Dan tujuan Dodit kali ini satu, rumah.

💦💦💦

"Paris?" tanya Rama, Nath, dan Kenny serentak sesaat setelah Dodit menceritakan masalahnya.

Mereka sedang duduk di salah satu bangku kafe.

Dodit menggebrak meja dengan frustasi, "Iya!". Membuat beberapa orang memperhatikan mereka dengan tatapan penuh tanya.

"Gue gak ijinin, bodoamat." ucap Nath.

"Gue sama kayak pipi," ucap Rama.

"Gue juga sama kayak Aurel," ucap Kenny.

"Gimana sama Azriel?" tanya Kenny, mengarahkan pertanyaan itu kepada Dodit.

"Gue.. Bingung. Gue gamau.. Tapi, gue gak enak sama mama.." lirih Dodit.

Seketika, matanya berkaca-kaca mengingat segelintir kenangan bersama Nath dkk yang tiba-tiba saja terulang.

"Gue gaenak nolak mama, sementara kalian semua tau kalo dari dulu mama yang banting tulang kerja buat gue. Tadi aja waktu gue frontalin uneg uneg gue, mama nangis sampe sesegukan. Gak tega.." ucap Dodit.

"Kita gak mungkin biarin lo pergi Dit.. Tapi kalo emang kata tante Ata ini yang terbaik buat lo, kita bisa apa?" ucap Rama.

"Lagian kan tante Ata bilang kalo itu buat kebaikan lo. Nanti kalo lo udah lulus sma, kita bakal ketemuan. Lo libur disini, nanti kan libur panjang tuh sampe kuliah, nah lo puas-puasin disini. Nanti kalo udah lulus kuliah, lo juga balik ke sini lagi kan? As simple as that." ujar Kenny.

"Jadi kita cuma ber tiga." tanya Nath.

"Sorry.." lirih Dodit.

"Yaudah gapapa. See you on top." ujar Nath, membuat mata Dodit berkaca-kaca.

"Makas-" ucapan Dodit di cekal oleh Rama.

"Alay najis. Baru seminggu masuk semester satu, lo udah kayak mau pergi sekarang. Santai, Dit."

Dodit tersenyum penuh arti, lalu merangkul ketiga sahabatnya itu.

"Dit, foto dulu sono Dit. Gue mau coba kamera iPhone 7 baru gue nih," ucap Kenny mengeluarkan handphone milik apple keluaran terbaru.

"Gue juga beli itu," ucap Dodit sinis.

Dodit berjalan kearah yang di tuju Kenny, lalu berpose.

"Bodoknya mau aja dijadiin bahan percobaan," ucap Rama membuat Kenny, Dodit maupun Nath tertawa.

*mulmed*

Gue gatau apajadinya gue tanpa kalian, batin Dodit.

👊👊👊

YEA
Jadi ceritanya ini part khusus Dodit. Hehehehe

Votenya ya yangbep😚
griertoast.

Complicated [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang