Chapter V

3.1K 216 5
                                    

Hari itu hujan lebat membasahi kota Konoha. Langit gelap seakan tengah bersedih menggambarkan perasaan yang sama Namikaze Naruto. Dinginnya hujan yang membasahinya saat itu seakan tidak dapat dirasakan lagi oleh Naruto. Kekosongan didadanya terlalu sakit untuk merasakan perasaan yang lain. Hari itu adalah hari pemakaman ibunya. Hari dimana akhirnya ibunya terbebas dari kangker yang menggerogoti tubuhnya. Namun kenapa rasanya begitu sakit untuk Naruto, air matanya terus mengalir tidak dapat berhenti.

"Naru, sudah saatnya kita pulang sayang" kata Minato dengan suara parau. "Naru, masih mau disini sebentar lagi aja pa!" kata Naruto tidak jelas menahan tangisannya untuk beberapa saat. Tubuh Naruto sudah mulai gemetar, pandangannyapun kosong, membuat Minato sebagai ayah seakan gagal menjaga anaknya. "Naru ayo kita pulang sekarang" kata Minato mendekap erat tubuh kecil yang rapuh itu. "Mama pasti juga bakalan sedih kalo melihat kita kayak begini" kata Minato lalu tanpa aba-aba langsung menggending putranya untuk di bawa pulang. Mata Naruto tertuju pada makam ibunya yang semakin kama semakin menjauh.

"Naruto! Kamu tau ini jam berapa?" pertanyaan itu keluar dari mulut Minato dengan suara yang sedikit meninggi. Naruto menarik nafas dalam "Oh, papa udah pulang" jawab Naruto acuh. "Kamu itu dari mana! Kamu tau ini udah jam berapa?" Naruto melirik sinis jam diding di ruang tamunya "Naru dari ulang tahun teman" "Sampe jam segini?" Minato kembali menaikkan suaranya. "Baru jam 2 kok pa, santai aja! Naru ngantuk naru mau ke kamar" Belum sempat Naruto bergerak dari tempatnya "Namikaze Naruto sekarang kamu duduk di sini!" bentak Minato. Dengan kesal Naruto berjalan menuju samping ayahnya. "Kamu kenapa sekarang? Papa benar-benar kecewa sama kamu. Kamu itu.." belum sempat Minato menyelesaikan perkataanya " Papa apa-apaan sih. Emang apa yang papa tau tentang Naru. Papa aja baru pulang. Ngapain Naru harus seharian dirumah kalo Naru selalu sendirian. Naru bosan, capek!" semua perasaanya selama ini seakan meledak, keluar bersama air mata yang jatuh membasahi wajahnya. "Naru capek, Naru mau tidur" kata Naruto terisak, suaranya terdengar tidak jelas karena bercampur tangisan. Suasana diam beberapa saat. Hanya tangisan Naruto yang terdengar. "Naru, sebentar lagi papa akan menikah" Naruto seakan tidak percaya apa yang didengarnya. "Menikah?" tanyanya tidak percaya. "Papa, sebenarnya mau secepatnya mempertemukan kalian. Tapi sebelum itu papa mau kamu bisa bersikap baik" Hati Naruto seakan hancur. Ayahnya akan pengganti ibunya dengan orang lain. Baru 3 tahun ibunya meninggal. Ayahnya sudah akan menikah lagi. Rasanya terlalu sakit hingga seperti tidak nyata. Naruto tertawa. Tawanya beercampur dengan tangisannya. "Haha, Naru ga nyangka semudah itu mama dilupain" Naruto berdiri dari tempat duduknya. "Naru harap yang mati itu bukan mama. Tapi papa! Naru benci sama papa" parlahan Naruto berjalan menuju kamarnya. Minato mengusap pelanya yang langsung pusing melihat reaksi Naruto.

Udara dingin membuat sekujur tubuh Naruto menggigil sudah hampir 10 menit dia berdiri didepan pagar rumahnya. Di temani angin dingin Naruto setia menunggu Utakata. Dari kejahuan Naruto melihat lagu mobil Utakata. Naruto langsung menarik napas lega. "Udah aku bilang juga kamu mending bermalam aja. Masa jam 3 gini kamu minta di jemput" Tangis yang ditahan Naruto sejak tadi langsung keluar tak tertahankan "Huah... Utakata aku nyesal bangat tadi pulang" Utakata langsung kaget karena tiba-tiba Naruto menangis "EH, tenang dulu kamu kenapa?" dengan suara tidak jelas yang bercampur tangisannya Naruto menceritakan semua kejadian tadi pada Utakata. "Udah kamu katanya cowok gitu aja udah nangis. Kalo papa kamu mau nikah lagi yah itu kan hak dia" Naruto mengangkat bahunya menarik napasnya dalam "Kamu ga ngerti! Enak aja kamu bisa bicara gitu. Toh bukan kamu yang ngerasain!" Tangisan Naruto terdengar semakin keras, Utakata berusaha tetap konsentrasi mengendarai mobilnya. "Naruto berisik tau!! Kamu bilang aku ga ngerti? Dari aku kecil orang tua aku udah kawin cerai!! Bagianmana yang menurut kamu aku ga ngerti?" rasa menyesal langsung muncul saat Naruto mendengar perkataan Utakata. "Maaf aku ga tau" jawab Naruto, wajahnya masih berlumuran air mata tapi suara tangisanya sudah mulai mereda. Melihat wajah Naruto yang tertunduk sedih sambil menahan air matanya membuat perasaan Utakata menjadi tidak enak. Walaupun mereka seumuran tapi Utakata selalu merasa Naruto sudah seperti adiknya. Naruto yang kekanak-kanakan, manja, dan suka membuat masalah, benar-benar tipe orang yang tidak bisa melakukan apapun sendirian. Tapi wajahnya yang lucu dan selalu riang membuat siapapun selalu ingin membantunya. Sepanjang perjalanan ke rumah Utakata, Naruto tertidur. "Naru bangun kita udah sampai" Ucap Utakata pada Naruto. Perlahan Naruto membuka matanya. Utakata segera turun daari mobil, dia masih menggunakan celana pedek dan baju tidur karena dia langsung menuju ke rumah Naruto begitu sang sahabat menelpon. Sedang Naruto belum ganti baju sejak dari ulang tahun Bee. Dia terlalu kesal pada ayahnya untuk ingan mengganti bajunya.

Me And HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang