Sembilan belas.

72K 5.8K 88
                                    


"Akhhh Damian" aku tersentak refleks memanggil namanya ketika kurasakan sesuatu menarik ekorku.
Damian refleks menoleh kearahku.
" Ivy " teriaknya terkejut ia menyelam dengan tergesa gesa kebawah air begitu tubuhku tenggelam.

Aku terus mencoba menghentakkan ekorku, rasa sakit menjalar di area itu.

Sesuatu itu menarik ekorku semakin dalam. Damian berenang dengan cepat kearahku. Ku coba menggapai gapai tangannya.

      HAPPPP

      Damian berhasil menangkap pergelangan tanganku. Ia berusahan menarik tubuhku. Namun sesuatu yang menarik kakiku tidak mau kalah,  ia semakin kecang menarik ekorku. Aku hampir menjerit merasakan rasa sakitnya. Damian berenang lebih dalam. Ia melihat dengan jelas sebuah rantai berduri mengikat ekorku. Damian memegang rantai itu tampa peduli telapak tangannya tertusuk duri duri pada rantai. Ia menarik rantai itu hingga terputus dari ekorku. Tangannya yang penuh darah membuat warna air  danau di sekitar kami yang semulanya bening berubah menjadi merah.

    Mataku terbuka lebar, peluh keringat membasahi tubuhku, nafasku tidak beraturan. Aku...

Aku bermimpi....

Mimpi itu terasa sangat nyata, rasanya seperti pernah terjadi. Damian dia ada di mimpiku. Apa kami memiliki hubungan ??

Ku rasakan Damian memeluk tubuhku semakin erat.

" Apa kau bermimpi buruk" jarinya bergerak mendongakkan wajahku.

Ku anggukan wajahku pelan, mimpi itu sangat menakutkan.

" Dengarkan aku Letta, tidak selamanya mimpi hanya bunga tidur. Terkadang mimpi adalah kenagan yang terkubur dalam otakmu" ucap Damian sambil tersenyum tipis.

" Kenangan yang terkubur " aku berujar lirih nyaris tampa suara.

Mataku mengerjap, damian bangkit mengambil air untukku di atas nakas.

" Minumlah, ini akan sedikit membuatmu tenang" Ia menyondorkan air itu padaku.

Aku mengambilnya kemudian meneguknya.

Perasaanku sudah sedikit membaik, mimpi itu terus berputar. Oh astaga.

Aku yakin Damian pasti ada hubungannya dengan ini semua,  mimpi itu, aku yakin itu bukan hanya sekedar mimpi. Damian bilang mungkin saja mimpiku adalah ingatanku yang terkubur.

Di mimpiku kulihat Damian memanggil seorang gadis yang sangat mirip denganku dengan nama Ivy. Gadis itu sangat mirip denganku. Terlalu mirip. Banhkan lebih mirip dengan foto bunda saat ia masih muda, yang kata ayah mirip.denganku.

Apa Ivy adalah aku....

     Tapi....

Arrghh entahlah ini semakin memusingkan
                      …………………

Suara gorden yang di sibak membangunkanku, seorang pelayan mendekatiku. " Mari nona, waktunya madi" ujar pelayan itu.

Aku mengangguk kaku memasuki bilik kamar mandi.

Apa aku sudah memberi tahu, besar kamar mandi ini benar benar bisa untuk bermain sepak bola.

     aku segera mandi kemudian melangkah keluar, di luar aku langsung di sambut lima orang pelayan, mereka menyondorkanku pakaian seragam sekolahku.

Damian serius tentang ijinnya semalam.

Sukurlah...

Aku kembali memasuki kamar mandi memakai seragam sekolahku kemudian keluar. Pelayan pelayan ini menggiringku menuju meja rias. Mereka yang menyisir rambutku, memoles bedak bahkan membawakan tasku.

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang