Empat

120K 9.1K 92
                                    


……Ivy……

kedua bola mataku mengerjap,
Silau....

Cahaya terang langsung menyambut kedua bola mataku.

Ini di mana ???

Tempat ini asing ....

Aku mencoba bangun tapi ada yang menghalangi pergerakanku.
Sesuatu yang berat melingkari pinggang rampingku. Aku menunduk melihat benda apa itu.

Sebuah lengan kekar memeluk pinggangku!

Dan aku yakin itu pasti lengan pria.

Aku mencoba menyingkirkan lengan tersebut. Namun yang terjadi malah tubuhku tertarik hingga menubruk sesuatu yang keras, lengan itu semakin memeluk pinggangku dengan erat.

"Selamat pagi, " bisikan di telingaku membuatku tersentak.
Ia memelukku dari belakang membuatku tidak dapat melihat seperti apa rupannya.

"Si-siapa kau?" tanyaku lirih, aku ketakutan.

Pria itu menyusupkan kepalanya pada ceruk leherku. Mengecup leherku berkali kali.
"A-ap-apa yang kau lakukan?" aku mengigil merasakan sensasi sensasi geli di leherku.

"Nikmati saja sayang ..," bisiknya.

"Ayo bangun, dan mandilah," ucapnya sambil menarik tubuhku.
Ia mengecup sekilas bibirku, kemudian tersenyum manis.
Mataku membelak lebar menerima perlakuannya.
"Apa yang kau lakukann!" teriakku sambil menutup bibirku dan menatapnya dengan mata melotot.

Pria gila!

Dia terkekeh melihatku yang melotot tak percaya melihat perlakuannya.

"Aku mengecup benda merah muda kenyal manis yang ada di wanjahmu, yang terlihat seperti memangil manggilku untuk melahapnya," jawab pria gila itu santai.

Aku melotot garang melihatnya.

Dia mengendongku di depan tubuhnya. "Kau-kau mau apa?" tanyaku terkejut ia mengendongku ala bridal style.

pria gila itu menggendongku masuk kedalam kamar mandi. Aku baru sadar ekorku sudah berganti menjadi sepasang kaki.
"Kau mau apa?!" tanyaku terkejut.
"Hanya ingin mengantarmu menuju kamar mandi, aku yakin meski ekormu sudah berubah menjadi sepasang kaki akan tetap terasa sakit karena kau hentakan kuat-kuat kemarin," jawabnya panjang lebar.
"Kemarin?" ucapku lirih. Ingatanku memutar ulang kejadian kejar di kejar kemarin.
"Jangan -jangan kau?!"teriakku terkejut.
"Jangan-jangan apa sayang," ucapnya dengan nada mengoda.

Belum sempat aku memukul dadanya tiba-tiba tubuhku di baringkannya ke dalam sebuah bak dari keramik berwarna putih. Air langsung memenuhi bak putih itu air yang bercampur dengan busa-busa. Berlahan lahan kakiku berubah menjadi ekor.

Ia memperhatikan ekorku dengan intes. Menyentuhnya, mengelusnya dengan lembut. Mataku mengikuti setiap pergerakan tangannya.
Ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku, mengecup bibirku singkat kemudian beralih mengecup keningku.
"Mandilah ... jika sudah selesai panggil aku, aku tahu pasti kakimu sakit karena kejadian kemarin," ujarnya lembut, ada sedikit rasa bersalah pada matanya. Apa dia menyesal membuatku memaksa ekorku berenang dengan cepat kemarin.

"Ah ya panggil aku Damian," lanjutnya sambil tersenyum manis.
Jantungku memompa dengan cepat melihat senyumnya. Kurasakan kedua pipiku memanas.
Perasaan apa ini?

Aku memalingkan wajahku malu. Aku yakin pipiku pasti sudah memerah sekarang.

Damian terkekeh kemudian berjalan keluar dari kamar mandi.
Aku langsung mandi setelah ia keluar.

      .............................................

Aku menggigit bibirku gelisah aku sudah selesai mandi. Tapi aku tak bisa bangkit. Bak mandi ini terlalu kecil untukku bergerak. Aku ingin mengubah ekorku menjadi sepasang kaki. Tapi air ini terlalu banyak. Mantra akan sia-sia dibaca bila air masih mengenai ekorku.

Aku terlalu malu untuk memanggil Damian, apalagi setelah perlakuannya yang errrr manis itu.

Cklekk

Aku terlonjak kaget tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Membuat mataku reflek menatap asal suara itu.

"Apa kau suadah selesai mandi?" Itu Damian
Aku mengangguk ragu-ragu.
"kenapa tidak memanggilku ?"tanyanya sambil berjalan kearahku.
"Ak-aku...aku ...." Aku bingung ingin bilang apa.

Ia mengangkat tubuhku dari bak mandi tadi. Mengendongku dalam keadaan masih menjadi mermaid.

Entah kenapa aku merasa malu. Aku menyembunyikan wajahku pada dada bidangnya. Rasanya begitu nyaman.

Ia membarinkan ku keatas tempat tidur, tidak peduli kulitku yang masih basah. Tangannya terulur menyentuh ekorku.
Mataku terbelak kaget. Dengan sendirinya ekorku berubah menjadi sepasang kaki.

Aku mengangkat wajahku memperhatikan wajahnya yang juga memperhatikanku. Matanya membuatku tersesat begitu dalam dan kelam. Membuatku tengelam kedalamnya. Kami berpandangan cukup lama hingga aku tersadar.
"Kau sebenarnya siapa??" tanyaku ragu-ragu, aku menundukan wajahku bingung dengan apa yang harusku lakukan sekarang.

Jari-jarinya terulur mengangkat daguku, membuat pandangan kami kembali bertemu.
Ia tersenyum tipis menatap mataku.
"Belum saatnya kau tahu, yang harus kamu ingat hanya kamu adalah milikku." jawabnya sambil tersenyum tipis.

Krrruuuukkkkk kkkkruyyuuukkk

Pipiku memerah aku kembali menundukan wajahku, perut sialan kau merusak suasana.

Aku meruntuki perutku yang sulit diajak kompromi.

"Lapar hem??" tanyanya dengan nada menggoda. Aku mengaguk ragu-ragu.
"Baiklah mari kita sarapan." ajaknya.
Aku menoleh kearah tubuhku. Se-sejak kapan aku mengunakkan gaun ini. Gaun merah marun panjang hingga menutupi kedua kakiku.

Ia menggendongku keluar dari kamar ini.

"Damian??" panggilku

"Apa sayang??"balasnya.

"Untuk apa kau bawa aku kesini ?" tanyaku hati-hati.

"Karena tempatmu memang di sini sayang." Sahutnya santai.

"Kapan aku boleh pulang ??" tanyaku hati-hati. Damian menoleh kearahku menatap kedua mataku tajam. Matanya memerah menyeramkan.

"KAU-TIDAK-AKAN-PERGI-DARI-SINI." balasnya tajam,dingin dengan penekanan pada setiap kata-katanya. Membuatku meneguk ludah melihat wajah menyeramkannya.

         ..........................................

Aku terdiam setelah sarapan tadi wajahnya tak kunjung membaik, ia tetap memasang wajah penuh emosinya. Apa aku salah bertanya??

Aku tidak tahu. Tapi aku harus segera keluar dari tempat ini. Aku tidak mungkin mau tinggal bersama orang asing yang bahkan tidak aku kenali. Dengan tertatih-tatih aku mencoba berjalan menuju balkon. Menundukan wajahku kebawah. Setinggi apa bangunan ini. Aku tidak yakin aku akan selamat bila nekat terjun kebawah.

cklekkk

"Apa yang sedang kau lakukan ?" Suara dingin Damian membutku terlonjak kaget.
Refleks kaki melompat kecil membuat rasa sakit sekaligus ngilu menjalar di area kakiku. Aku mengaduh begitu aku jatuh terduduk.

"Kau...."ujar Damian penuh amarah.
Ia mengendongku kasar.

"apa yang kau lakukan hahh!!!" bentaknya kasar begitu ia membarikanku keatas tempat tidur mebuatku menciut menatap wajah marahnya. Ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku kemudian berbisik.

              ....................................

TBC...

Segitu dulu ya...
Aku fast update karna mungkin besok nggak bisa update. Jadi aku percepat hari ini juga. Dan thanks banget yang udah ngevote cerita abal abal karya saya ini.
Habis baca jangan lupa Vomment ya... Aku sangat butuh dukungan kalian buat ngelanjutin cerita ini .

I'm Demon mate [Revisi lambat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang