Chapter 4 : The Show

2.9K 430 15
                                    

Jenny berteriak dramatis dan menuduhku sengaja menumpahkan minuman ke gaunnya. Ia bahkan mengucapkannya dengan berlinang air mata, seolah bahwa gaun yang basah karena minuman adalah sebuah kiamat, akhir dari segalanya.

Demi menyempurnakan aktingnya, ia memasang tampang memelas berlebihan, dan sesenggukan?
Dan tanpa bisa dicegah, adegan itu menciptakan tatapan iba dari sekian banyak orang yang ada di ruangan.
Dan sudah bisa dipastikan, mereka menghakimiku.

Aku nyaris bersumpah serapah! Bagaimana mungkin Jenny melakukan hal ini padaku?

Aku masih mencoba berpikir dan mencari cara untuk membela diri ketika perempuan tinggi semampai itu beranjak, lalu berlari meninggalkan ruang jamuan dengan berderai air mata.

Yang benar saja. Apa dia berharap Kim Mingyu akan mengejarnya, membujuknya, lalu memeluknya seperti yang terjadi di drama-drama?

Dan aku cepat mengambil keputusan. Sebelum semua itu terjadi, aku bangkit. Aku harus mengalihkan perhatian semua orang di ruang jamuan, termasuk Kim Mingyu. Jika tidak, Jenny akan menang telak. Semua orang akan terus-terusan perhatian padanya, iba padanya.

"Aku tidak sengaja melakukannya," ucapku segera.

Dan usahaku berhasil. Tatapan mereka yang tertuju pada kepergian Jenny kini beralih padaku.
Sempat merasa jijik, tapi toh akhirnya aku melakukan cara yang sama seperti yang dilakukan Jenny.
Memasang muka memelas, dan ketakutan.
Dan aku siap mengeluarkan air mataku jika itu dibutuhkan.

"A-aku tak sengaja melakukannya, sungguh," bibirku bergetar, tampak gugup.
"Aku tadi hanya ingin meletakkan minuman itu di depannya. Tapi ...," dan air mataku menitik.

"Aku ... aku akan minta maaf padanya," aku membungkuk dengan hormat lalu beranjak. Membenahi bagian bawah gaunku yang nyaris tersingkap, aku berlari-lari kecil menuju pintu keluar.
Sampai akhirnya aku mendengar panggilan itu.

"Hana!"

Langkah kakiku terhenti dan aku berbalik.
Sesaat aku tertegun ketika menyaksikan Kim Mingyu bangkit dari kursinya lalu berlari ke arahku.

Aku mematung, bingung.
Apa yang akan ia lakukan?

Belum hilang kebingunganku, aku kembali dibuat tak mengerti ketika pria itu melepaskan jas nya lalu melingkarkannya ke pinggangku.

"Aku tak tahu pasti apa yang terjadi dengan gaunmu. Tapi ini terlalu pendek dan jujur aku tak nyaman melihatnya," ucapnya tanpa melihat ke arahku. Tangannya sibuk mengaitkan ujung lengan jas dengan ujung yang satunya. Rupanya ia berusaha menutupi bagian bawah rokku dengan jasnya.

Kedua mataku mengerjap takjub, lalu memandangi lelaki yang hanya berjarak sekian senti dari wajahku.

"Terima kasih. Tapi aku benar-benar tidak melakukannya. Aku tidak secara sengaja menumpahkan minuman padanya," suaraku bergetar dan air mataku kembali menitik. Aku berusaha menyapu butiran-butiran di pipiku dengan punggung tangan.

Mingyu mendongak dan menatapku lembut.
"Temuilah dia. Dan selesaikan masalah di antara kalian dengan baik," ucapnya sambil meremas bahuku dengan pelan. Setelah itu ia berbalik dan kembali ke kursinya.

Dan akupun kembali melangkah, kali ini dengan jas Mingyu yang melilit di pinggangku, menutupi sebagian pahaku yang tadinya terekspose berlebihan.

Aku baru saja keluar dari pintu ruang jamuan ketika dari arah berlawanan aku menyaksikan Jun berlari ke arahku dengan nafas terengah.

"Aku membawakanmu gaun lain," ucapnya langsung ketika telah sampai di depanku. Pemuda itu menatapku dan tampak cemas seketika.

"Hana, apa kau baru saja menangis? Apa karena masalah gaunmu?" nada suaranya terdengar khawatir.
"Itu ...,"
"Aku sudah berhasil membawakanmu gaun lain. Tadi aku menemui penata kostum dan memintanya mendapatkan gaun lagi. Dan, aku mendapatkannya. Jadi, jangan bersedih lagi ya," ia menyodorkan sebuah tas kecil ke arahku.

SWEET HOMEWhere stories live. Discover now