Chapter 2 : Audition

3.4K 442 11
                                    

 Sebelum berangkat audisi, aku dan Lizzy sempat termangu di depan lemari baju. Kami sempat berdiskusi sebentar untuk memutuskan baju apa yang akan ku kenakan.
Masalah baju memang terlihat sepele, tapi kami tetap saja dibuat pusing untuk mengenakan baju yang tepat. Ini demi menarik perhatian, ingat? Jadi, masalah baju tak bisa dianggap remeh.

"Apa menurutmu si chaebol itu akan datang ke tempat audisi?" tanyaku.
Lizzy mengangkat bahu.
"Entah, bisa iya, bisa tidak." jawabnya tak yakin. "Kenapa?"

Aku bersedekap sembari menatap deretan baju di lemariku, tak berniat segera menjawab pertanyaan Lizzy.

"Well," aku menyibakkan rambutku yang panjang bergelombang, yang hari itu memang sengaja ku urai. "Sesuai info yang kita dapat kemarin. Kim Mingyu adalah sosok putra bangsawan yang sangat sibuk. Ia mengurusi banyak bisnis di banyak tempat, banyak negara. Saking sibuknya dia, bisa dikatakan bahwa aktifitasnya monoton dari bangun pagi, sampai ia menutup mata di malam harinya. Dari yang kita dapatkan dari internet, pria itu tidak pernah ke diskotik, tidak pernah ke club, ia bahkan tidak merokok maupun minum alkohol. Setiap harinya ia berkutat dengan aktivitas formal, dan bertemu dengan orang-orang yang selalu bersikap formal pula."

Lizzy mendengarkan analisaku dengan seksama.

"Jadi, katakanlah ia akan ada di tempat audisi, maka menurutku ...," aku mengulurkan tanganku ke deretan baju di depanku,"baju yang paling pas adalah ... ini," ku raih celana belel, "dan ini," lalu sebuah tank top warna putih polos, lengkap dengan cardigan denim yang panjangnya di atas pinggang, dengan lengan seperempat siku.
Aku menunjukkan paduan baju itu pada Lizzy.

Tatapan perempuan itu nampak protes.
"Baju ini tidak elegan. Bagaimana mungkin kau akan ikut audisi dengan mengenakan ini?" ujarnya.

"Lizzy, katakanlah Kim Mingyu ada di sana untuk ikut mengaudisi peserta, pakaian seperti inilah yang mampu menarik perhatiannya. Bukankah tadi aku sudah bilang, hidup lelaki itu monoton. Apa yang ia lakukan selalu saja bersifat resmi, formal, begitu-begitu saja. Dia pasti sudah menemui ribuan perempuan yang cantik, yang elegan. Dan aku yakin, yang datang ke audisi nanti pasti dandanannya seperti itu. Jadi ...," aku menatap Lizzy penuh arti.
"Aku ingin menunjukkin sisi lain padanya. Sisi yang lebih fresh, kasual, dan simpel. Dan, dandanan seperti ini pasti bisa menarik perhatiannya," jelasku.

Lizzy menatapku dengan takjub.

"Wow, kau pintar, Hana. Kau selalu pintar menarik perhatian orang lain," ucapnya.
Aku mengangkat bahu cuek.
"Masalahnya, bisa saja prediksiku salah," sekarang aku yang mulai terdengar ragu.

Iya, bisa saja aku salah prediksi, salah strategi.
Bisa saja hidup Kim Mingyu monoton, tapi ia menikmatinya.
Bisa saja ia terbiasa bertemu perempuan cantik nan elegan dimana memang seperti merekalah seleranya.
Dan bisa saja ia tak tertarik padaku.
Bisa saja ia menolakku.
Dan bisa saja ia tak hadir dalam audisi tersebut.

"Tetap saja itu strategi yang bagus," cetus Lizzy. "Setidaknya kau cantik. Mengenakan baju seperti ini kau makin kelihatan menarik," sekarang ia yang nampak antusias.
"Ayo kita lakukan," ia meraih baju di tanganku, meletakkannya di atas tempat tidur, untuk menemukan aksesoris apa yang paling cocok.
Ia juga meraih stiletto hitam setinggi 7 cm dari rak sepatu.

"Aku bisa bayangkan kau akan terlihat sangat seksi," ucapnya.

Aku kembali tersenyum ragu. Ah, entah. Berhasil atau tidak, setidaknya aku sudah mencobanya.

***

Dan begitulah akhirnya. Sesuai rencana, aku datang ke tempat audisi dengan mengenakan baju yang lebih simpel dan kasual. Stiletto, celana belel, tank top putih polos dipadu cardigan denim dengan potongan sederhana sepinggang. Aku bahkan batal mengenakan aksesoris kalung demi bisa menunjukkan tulang selangkaku.
Lizzy bilang collarbone ku seksi, dan tak ada salahnya aku menunjukkannya pada orang lain.
Rambutku yang panjang bergelombang sengaja ku urai. Banyak yang mengatakan aku lebih berkharisma ketika surai kecoklatanku ku biarkan tergerai begitu saja.

SWEET HOMEWhere stories live. Discover now