ONE - Meet Again

Mulai dari awal
                                    

"Assalamualaikum....." Ibuk Hesty memulai pembukaannya.

Aku menatap Thata yang terlihat gugup karena sebentar lagi giliran kami yang maju ke depan untuk presentasi. Kalau aku sudah biasa tampil ke depan tapi tidak dengan sahabatku yang mengidap demam panggung.

"Baiklah untuk anak kami Rasyelia Jesica Salvira dan Alginta Karisma akan menjelas kannya...."

Aku sangat memperhatikan wajah panik Thata saat buk hesty memanggil nama kami berdua.

"ta kamu pasti bisa ! Tenang aja, aku ada disamping mu dan kamu jangan takut salah" Bisik ku pada Thata sambil menggenggam tangannya yang mendingin selama perjalanan kami keatas panggung.

"Assalamualaikum...."

Aku menjelaskannya secara optimal, membuat mereka mudah mengerti. Thata juga mulai rileks dan aku melihat dia semakin percaya diri. Aku tersenyum bangga melihat sahabatku yang tidak demam panggung lagi. Aku terus memperhatikan thata sampai aku mengetahui kenapa thata tidak demam panggung lagi. Tepat lurus dari pandangan thata, ada seorang pria tampan yang lengkap dengan jasnya yang memperjelas dirinya sebagai pengusaha. Dia adalah Bisma Karisma, kakak kandung Alginta Karisma. Pantas saja thata tidak gugup karena dia hanya menatap kakaknya, begitu pun dengan kakaknya.

Senyum ku luntur saat tatapan sinis kakaknya thata tertuju padaku. Untung saja presentasi kami sudah selesai dan ditutup dengan tepuk tangan yang meriah. Hatiku sedikit kesal dengan tatapan tak bersahabat itu. Apa masalahnya padaku? Sampai dia menatapku seperti itu. Setelah penampilan kami selesai, kami langsung memasuki ruang kelas seperti yang di perintahkan Ibuk Hesty.

"untung saja ada kakak ku syel karena dia aku percaya diri tadi...."tutur thata sepanjang perjalanan kami ke kelas.

Setibanya di kelas, aku melihat kerumunan siswa di kelas sebelah. Aku penasaran tapi aku cukup menutupi ke kepoanku dengan berjalan kearah mereka tanpa tergesa-gesa.

"ada apaan fer??" Seseorang di sebelahku bertanya pada temannya. Aku memasang telingaku untuk menyimak dengan baik, berita-berita yang akan dia sampaikan. Thata yang juga berada di sampingku berusaha menerobos kerumunan itu.

"si diego berantem sama sahabatnya, katanya sih gara-gara cewek tapi gue kurang tau.."
Oh ternyata diego, Si Playboy kelas teri yang berkelahi dengan sahabatnya sendiri. Sudahlah, itu tidak terlalu penting. Aku menarik thata yang masih melihat kerumunan itu.

"udahlah ta, itu nggak penting..." Ucapku dan berjalan kearah kelas ku.

Hanya tersisa satu jam pelajaran yang bisa ku ikuti sebelum jam istirahat. Seseorang yang melewati kelas ku membuat perhatian ku teralihkan. Sepasang mata itu lagi. Aku membenci tatapan sinisnya itu. Untung saja dia lebih tua dari ku, sehingga aku tertuntut untuk sopan padanya.

"Thata, kakak kamu nyariin tuh" Bisikku pada thata agar dia cepat pergi dari depan kelasku .

Pandangannya tak lepas dariku, entah mengapa aku merasa dia dendam padaku. Bukannya masalah waktu itu sudah selesai. Aku memperhatikan Thata yang sedang berbincang dengan kakaknya dari dalam. Aku melihat ia yang tersenyum sambil menatapku dan aku segera mengalihkan pandanganku agar dia tidak kepedean.

Aku melihat thata yang kembali masuk ke kelas. Aku kembali menatap dirinya yang tersenyum manis padaku. Tiada lagi tatapan sinis itu.

"Hei ! ada masalah apa kamu dengan kakakku?" Pertanyaan dari thata membuatku termangu.

"Tidak ada, aku rasa masalahku dengan kakakmu selesai." Jawabku tapi thata masih menatapku. Seakan tidak puas dengan jawabanku.

"Ceritakan padaku semuanya, agar masalah mu cepat selesai." Thata memegang tangan ku, memaksa ku untuk bercerita tapi ingatlah pak admi masih ada disini untuk menerangkan rumus-rumusnya.

"nanti, jam istirahat..." Setelah mengatakan itu aku kembali melebur bersama soal-soal fisika yang di beri pak admi.

****

Setelah aku menceritakan semua tentang pertemuan aku pertama kali dengan kakaknya. Wajahnya memancarkan kebahagiaan yang aneh.

"Kenapa??" Tanyaku yang sangat ingin tahu maksud dari ekspresi anehnya itu.

"Ternyata kakak ku normal, setidaknya dia bisa tertarik pada pada wanita walau anak kecil sepertimu...." Ya! Aku kembali menelan fakta bulat-bulat kalau umurku masih dibawah sahabatku thata. Aku memutar mataku malas, menatapnya panjang dan bersiap menyiapkan kata-kata tidak terima ku.

"Kecil-kecil gini aku magic! dan bisa nyusul kamu ke kelas ini, dan apa tadi kamu bilang ? kakak mu tertarik...padaku?? tidak mungkin!!" kebetulan sekali pada kata-kata terakhirku bell kembali berbunyi, menandakan jam pelajaran kembali dimulai.

Aku sungguh lelah dengan semua yang kulalui hari ini. Semoga saja semua itu berakhir hari ini. Aku tidak ingin bermasalah dengan keluarga sahabat ku. Apalagi dengan kakaknya thata tapi satu hal yang bisa ku simpulkan setelah pertemuan kami lagi, dia sempat tersenyum manis padaku. Senyum yang benar-benar manis.

Thanks reader. Jangan lupa vote dan vomentnya kalau kalian suka 😍😍😍

MY LITTLE GIRL [SEBAGIAN BAB TELAH DI HAPUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang