1. Titipan Berdarah

405 44 61
                                    

Mendadak Gabrielle merasa merinding saat seorang gadis berambut panjang menghampirinya.

Sewaktu Gabrielle hendak melihat kakinya 'napak' atau tidak, eh gadis itu malah berbicara. Mau tidak mau Gabrielle mengangkat wajahnya memandang wajah gadis itu.

Laaahhh?? Pucat bangettt???!!

"Lo penulis yah?"

"Eh? Apa? Lo ngomong ke gue?"

"Ya. Lo Gabrielle kan?"

"I-iya, tapi gue bukan writer, gue cuma reader doang"

"Tapi lo punya account Wattpad kan?"

"Errr..iya sih, tapi..."

"Gue mohon lo mau baca diary ini, dan jadiin bahan tulisan lo."

"Hah?? Lo mau gue apa? Gue kan udah ngomong kalo gue bukan..."

"Pokoknya lo kudu ambil diary ini, baca, dan jadiin cerita. Gue yakin lo bisa. Gue tahu tulisan lo sepuluh taon yang lalu pernah nampang di majalah remaja."

"Ehh?? Sepuluh taon yang lalu lo bukannya masih umur..."

"Gue gak bisa jelasin napa gue tahu soal karya tulisan lo itu. Emang sih tampang gue kayak anak sekolahan di mata lo kak. Tapi gue ga seperti yang lo pikirkan. Ingat, penampilan bisa menipu."

"Hmmm...."

"Please kak, gue gak punya banyak waktu lagi."

"Oke, misalnya diary ini udah gue baca trus udah gue jadiin cerita di Wattpad, apa ada untungnya buat gue gitu? Trus untungnya buat lo apa?"

"Untung buat lo, seenggaknya nyawa lo bisa terjamin gak bakalan gue jadiin sasaran untuk gue bunuh atau hantuin.
Untungnya buat gue, kelak kalo tiba waktunya gue pergi, maka cerita lo ini bisa ngungkapin fakta tentang kenapa dan ada apa dengan gue."

"Apaan sih? Bunuh? Hantuin? Pergi ke mana? Fakta? Tambah gak ngerti gue ? Lo gila apa?"

"Iya, gue gila...."

"Ehh??"

"Ini sekedar biaya buat lo bikinin cerita gue."

"Eh, gak usah.. Gue tuh nulis cuma hobby doang. Ya kalopun akhirnya dijadiin buku itu cuma faktor keberuntungan. Hehe.. eh, ehem.. Lagian, blom tentu gue mau ngabulin permintaan lo!"

"Gue ikhlas koq ngasi ini. Gue tahu lo penasaran, buktinya dari awal lo udah langsung menerima tuh diary di tangan elo. Kikikikiiii... Grrrmmm.. dari mata lo, gue tahu kalo lo bakalan ngabulin permintaan gue, kak."

"Hihhh..! ketawa lo mengerikan!! Kayak..eh, lupain gue ngomong apa. Ehem,, err...ya....tergantung sih, apa isi diary ini.."

"Oh ya, sebelum gue pergi, gue mau nitipin sesuatu. Gue yakin barang ini bakalan jadi sumber inspirasi buat tulisan lo. Lagian, barang ini emang berkaitan dengan diary bersampul hitam ini."

"Barang?"

"Kelak bakalan ada seseorang yang pantas buat milikin nih barang, yang pasti bukan elo. Gue cuma nitipin bentar. Lo kudu inget, kak. Ini titipan. Bukan buat elo!!"

"Idiiihhh..pa'an sih lo. Gajes.."

"Nih...tolong lo simpen baek-baek. Udah waktunya gue kudu cao. Bye!"

"Barang ap...ehh? GITAR ??"

***
.

Gabrielle's POV

"Sialan. Tuh cewek.. orang atau... Hiiihh..", batinku. Masih merinding.

Sesosok gadis berambut panjang hitam. Tadi tiba-tiba menghampiriku saat sedang bersantai membaca story-story karya para penulis yang -menurutku- keren di Wattpad.
Suasana taman yang biasanya ramai, mendadak sepi kurasakan.

Nada bicaranya datar. Sangat datar. Tetapi sewaktu dia tertawa.. bulu kudukku terasa berdiri. Merinding mendengar suara tawanya.
..

Sejenak mataku memandang tiga barang pemberian gadis aneh yang menghampiriku di taman tadi.
Bodohnya, sedikitpun tak terpikir olehku untuk menanyakan namanya.

Kulangkahkan kakiku, mendekat dan mengamati ketiga barang yang kini teronggok manis di sudut kamar kost-ku. Tepat di bawah poster besar yang menampilkan gitar Lenny" - Stevie Ray Vaughan's 1965 FFender. Poster peninggalan Suryo, dia yang masih kurindukan.

Sebuah diary bersampul hitam pekat yang tidak pernah kutemukan seumur hidupku, "koq ada yah, diary yang wujudnya mengerikan kek gini?"

Sebuah gitar. Ada sebentuk kartu kecil terikat pita hitam di bagian pengatur kunci senarnya, bertuliskan: JANGAN PETIK SENAR GITAR INI JIKA KAMU MASIH INGIN HIDUP.

"Idiihh..! Gak minat gue!"

Entah kenapa tanganku tergerak untuk mengamati bagian belakang gitar tersebut.

"Hah?? Apa ini? No-noda da-rah??

Dan, satu barang lagi. Sebuah cek dengan nominal angka yang cukup besar. Melotot mataku membacanya.

"Sa-sa-sa-tu.. SATU MILYAR???!!", pekikku. Terkejut. Tersadar bahwa sewaktu di taman tadi aku terlalu tegang untuk melirik ke deretan angka yang tertera di cek tersebut.

Oke! Gila!! Ini asli gila, aneh, menakutkan, mengerikan, horor.
Tapi aku tahu bahwa aku HARUS meneruskan project ini.

Aku mengambil notebook kesayanganku, peninggalan Suryo, almarhum kekasihku 7 tahun yang lalu, dan mulai mengetik,

____
NEXT PROJECT
29 Mei 2016

Klien:
Gadis aneh berambut panjang berbaju seragam SMA, tanpa label nama maupun atribut apapun yang bisa memberikan petunjuk nama maupun asal sekolahnya.

Referensi:
1. Sebuah buku diary bersampul hitam pekat
2. Sebuah gitar akustik merk 'Gibson' dengan sebuah kartu pesan dan noda darah (masih segar) di bagian belakang.
3. Sebuah cek senilai satu milyar rupiah.

Kategori: HOROR

Enter.
File name: GUITAR
Save as type: Word Document
SAVE

File-Exit Word
SHUT DOWN.
____

Sambil merebahkan diri ke ranjang, aku membuka halaman demi halaman yang kusut dari buku diary bersampul hitam itu.

"Weww?!"

Tersentak dengan bercak-bercak darah di setiap halamannya.
Tapi aku memutuskan untuk tetap mulai membaca....
.

*to be continue..

==========

.
Gue gak bisa kasi penjelasan panjang kayak di Story gue yang lain,,
Yang pasti sebagian dari kisah ini adalah NYATA.

INI HOROR.

Udah, gitu aja 😰

{AL}

29.06.2016

😱

GITAR Where stories live. Discover now