Part 10 - Bantuan Dari 'Teman'

5.5K 476 6
                                    

Kantin sekolah tampak sangat sunyi, pasalnya saat ini siswa-siswi sedang belajar di kelasnya masing-masing. Tapi lain halnya dengan Reva. Dengan santainya ia memakan mie ayam di depannya, Reva memang sengaja bolos karena sekarang sedang berlangsung pelajaran Pak Bimo. Dan males banget harus ketemu wajah Pak Bimo di kelas.

Ia melirik jam tangan berwarna gold yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Jam 10, harusnya sekolah Gita lagi istirahat," gumam Reva.

Ia mengambil ponsel di saku roknya kemudian menekan beberapa tombol tidak lama ponselnya berdering ada sebuah panggilan masuk.

"Halo babe!" sapa Reva.

"Ngakunya orang kaya, pake mobil audy, tapi pulsa buat teleponan aja engga bisa! Huh!" sindir Gita karena Reva hanya mengirimkan SMS untuk segera meneleponnya katanya sih urgent banget.

"Gue kaya karena gue irit Git! Eh btw gimana sama guru les private yang lo janjiin ke gue itu? Harus gercep (gerak cepat) soalnya sebulan itu cepet banget Git!" ujar Reva dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Rencananya siang ini gue mau ke sekolah terus ngasih kabar baik kalau gue udah ketemu gurunya, eh tapi lo udah telepon gue duluan, ya udah sekalian aja ya, nanti siang ketemuan sama gue dan gurunya di cafe Abadi oke?"

Reva tersenyum lebar, sambil mengangguk-angguk senang. "Oke, oke, thanks a lot ya Git!"

"Iye sama-sama eh bel masuk barusan bunyi gue masuk ke kelas dulu ya!"

"Ya elah bolos napa kali-kali! Gue juga lagi bolos nih, ke GI yuk!"

"Sori gue 'kan anak teladan Na, gue engga mau citra gue di sinirusak! Lagian gue baru kemaren ke GI bosen gue!"

"Pencitraan lo kayak artis aja!"

"Bodo amat! Dah dulu ya, udah bel nih!"

"Eh-"

TUT ... TUT ...

Reva mendengus menatap layar ponselnya kemudian matanya menyapu seluruh kantin. Dan ia terkejut ketika matanya bertatapan dengan gadis yang tempo hari ia tolong namun sangat menyebalkan sehingga membuat ia menyesal telah menolongnya.

"Ck! Ngapain coba tuh cewek songong di sini, jangan-jangan dia juga berandal?" gumam Reva sambil mengetuk-ngetukan sumpit mie ayamnya ke meja.

Kinan yang sedang menyeruput jus jeruknya menggedikan bahu kemudian duduk di salah satu meja kantin. Ia bukan anak berandal seperti dugaan Reva, Kinan adalah salah satu murid terpintar di angkatannya, dan ia bisa berada di kantin saat ini karena telah menyelesaikan ujiannya.

"Neng, engga mau pesen makan?" tanya seorang pria paruh baya yang merupakan penjual bakso langganan Kinan.

"Boleh deh, mumpung kantin belum rame," jawab Kinan.

"Oke sebentar ya Neng, racikan baksonya masih seperti biasa 'kan?"

Kinan hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Setelah mendapat respond dari pelanggannya. Pak Goro, si penjual bakso melesat ke dalam kedainya dan mulai membuat pesanan Kinan.

Seperti biasa, sambil menunggu Pak Goro meracik baksonya, Kinan membaca buku biologinya. Namun kegiatannya harus terhenti karena diinterupsi oleh kegaduhan yang terjadi di tengah kantin.

"Heh cewek sok pahlawan!" ujar Thera kepada Reva yang sedang meminum es kelapanya.

Reva mendongak kemudian matanya menyipit. Di belakang Thera ada 6 cowok berbadan besar, tiga diantaranya adalah orang-orang yang telah menyerang Cillo tempo hari, dan tidak lupa ada beberapa teman Thera yang perempuan berjaga di dekat pintu kantin.

DesgraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang