"Ar, kok di dapur?"

"Tadi mau ngambil gelas buat minum."

"Tunggu di luar, gih."

"Yaah, malah ngusir." Arland mengambil gelas. "Takut nggak fokus yaa?"

"Ih, nggak. Udah buruaan. Udah telat nih."

"Tapi sayang dulu."

Seanna membulatkan mata. "Nanti ada Surti."

"Nggak pa-pa." Arland cuek-cuek saja, mencium pipi Seanna. Dan tanpa diduga, seusai cium pipi, bibir Arland parkir lagi di bibirnya.

Kalau kayak begini kan...

Kan...

"Mmh...Ar, udah dong."

Tapi ucapan Seanna kontras dengan tindakannya. Seanna malah membalas ciuman Arland, dan jadilah mereka diam-diaman di dapur karena saling membekap mulut satu sama lain.

"Aku ke kamar dulu ya, Sayang." Arland pun pamit setelah bayangan Surti muncul dari pintu dapur. Lengkap dengan senyum riang.

"Hmm." Seanna menjawab malas-malasan sebelum kembali memfokuskan diri untuk memasak.

Dasar, Arland! Untung nggak kepergok!

***

Arland tersenyum-senyum. Ini sudah hari ke-5 sejak Seanna mengatakan sedang datang tamu bulanan. Dia hanya perlu menunggu sekitar beberapa hari lagi untuk...

Ya, untuk itu.

Di sebelahnya, Mytha sedang bermain-main dengan Fressia, sementara Frank masih dibiarkan berkeliaran di dalam kamar khusus untuk kedua kucing kesayangan Mytha itu.

"Kok, kak Seanna nggak ikut ke sini?"

"Biasalah, lagi kangen sama papa mamanya," jawab Arland sambil tetap memandang layar ponsel. Seanna baru saja membalas SMS-nya saat dia menanyakan Seanna sedang sibuk apa sekarang.

Lagi bantu Mama masak opor

"Ih, ya ampun. Baca SMS aja udah senyam-senyum gitu, Kak." Ternyata Mytha sempat melihat ke arah ponsel Arland.

"Heh, anak kecil nggak boleh tau urusan orang dewasa." Arland protes, dan langsung menjauhkan posisi duduknya.

"Dasar! Baru pisah sejam doang, rindunya udah kayak nggak ketemu berabad-abad."

Arland hanya melemparkan tatapan tak acuh, dan mengetikkan SMS baru lagi untuk Seanna.

Ternyata Mytha menghitung juga ya?

"Huuu...emang enak dikacangin!" Mytha bersungut-sungut saat bertanya apakah Arland mau menitip es krim karena Mytha mau mengambil cemilan sebagai pengisi waktu sekaligus untuk menambah lemak. Hihihi...

"Eh, eh. Titip deh, Mytha cantik. Cola dingin."

"Hem. Iya. Tunggu bentar." Mytha senyum-senyum digombali kakaknya sendiri. Fressia dibawanya serta masuk ke pantry.

Sesaat setelah Mytha tidak lagi berada di sekitar situ, Arland berhenti sejenak. Seanna tidak akan menjawab SMS dan teleponnya beberapa jam ke depan karena akan sangat sibuk. Belum lagi mama yang sudah menegur kalau Seanna dari tadi terlalu sibuk dengan ponsel.

Ya, kalo sudah begitu, Arland hanya bisa mengiyakan. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini pikirannya selalu tercuri untuk memikirkan Seanna.

Alangkah beruntungnya, karena Seanna juga jadi lebih memperhatikannya.

"Nih, Kak. Cola dinginnya, spesial pake banyak es batu." Mytha kembali dengan nampan berisi segelas cola dan es krim cokelat ukuran satu liter. Fressia sudah masuk kandang lagi, katanya.

"Makasih, Myt." Arland langsung meneguk cola sebelum kembali bersandar nyaman.

Mytha hanya menjawab dengan gumam. Dibukanya tutup es krim dan menyendok ke dalam wadah lonjong tersebut. "Eh, Kak. Nggak jenguk kak Kyra di rumahnya tante Melati? Aku belum pernah jenguk sih, pas di rumahsakit. Kakak sih, pergi jenguk nggak ngajak Mytha."

"Besok deh," jawab Arland.

"Bener ya, besok?"

Arland mengangguk. "Iya, besok."

***

Kali ini, pada saat menjenguk Kyra di rumah tante Melati, Seanna tidak bisa ikut. Bertepatan dengan keperluannya menemani mamanya ke acara arisan di rumah salah satu tetangga dekat rumah.

"Gimana, Ra?"

"Udah mendingan. Tinggal pemulihan aja."

Tadinya Mytha sudah selesai menjenguk Kyra. Jadi sekarang Mytha memilih menunggu saja di luar sementara Arland menemaninya mengobrol sejenak.

Arland memang tidak datang di hari ketika Kyra keluar dari rumahsakit. Tapi Kyra memaklumi karena pada saat itu Arland sedang banyak pekerjaan. Waktu Kyra keluar dari rumahsakit juga bukan pada saat weekend, jadi Arland memang tidak bisa menemani.

"Seanna nggak bisa ikut jenguk. Ada urusan keluarga." Arland hanya sekedar memberitahu sebelum Kyra bertanya.

"Hm." Reaksi Kyra hanya itu.

"Kalo kamu ingin makan sesuatu, telepon aja. Kalau aku ada kesempatan, aku cariin." Arland menawarkan.

"Masih nggak nafsu makan. Nyebelin banget." Kyra mengeluh. Tatapan matanya yang sendu terarah pada Arland. "Kalo kamu yang nyuapin, atau nemenin makan, pasti kasusnya bakal beda."

Arland hanya mengangguk ringan. "Ya udah. Mau disuapin sekarang?"

"Hmm." Kyra menunjuk nampan berisi bubur, sayuran kukus serta telur rebus. "Tuh."

Sekali ini, Arland hanya ingin menyenangkan hati Kyra. Dalam proses pemulihan, yang dibutuhkan seorang pasien adalah perhatian. Paling tidak hanya ini yang bisa diberikannya.

Satu suapan diarahkan Arland ke mulut Kyra. Hm, Seanna saja belum pernah disuapinya.

"Kurangin buburnya. Kebanyakan." Komentar Kyra setelah Arland menyuapkan sesendok penuh bubur yang hanya masuk seperempat bagian ke dalam mulutnya.

"Sayurnya."

"Bisa nggak pake sayur?"

Arland menaikkan alis. "Udah disediakan ya dimakan dong, Ra."

"Ya nggak bisa. Lihatnya aja udah males."

"Nggak usah dilihat. Dibayangin aja rasanya yang enak luar biasa, ngalahin makanan restoran bintang sepuluh."

Kyra tertawa. "Bisaaa aja."

Arland tidak menggubris. "Apa mau aku pake teknik nyuapin anak kecil. Pesawat masuk hanggar dan semacamnya, hm?"

Kyra lagi-lagi tertawa. "So old. Anak jaman sekarang kalo mau disuapin, dikasih gadget dulu."

Kali ini Arland balik tertawa. "Langsung bayangin bisa nyuapin anak sendiri."

Kyra langsung cemberut. "Ya, ya. Terserahmu deh, Land."

Arland menyendokkan bubur kali ini bercampur potongan telur. "Kamu langsung bayangin juga? Makanya abis sembuh ini, kamu langsung nyari calon bapaknya anak-anak."

"Kenapa harus nyari? Kan udah ada di depan mata?"

______________________________________________________________________________



Naaah gimana????

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang