Hey, You!

76.3K 5.1K 135
                                    

Udah libur ngepost selama 4 hari, jadi aku balik lagi membawa chapter baru. Soal judul chapter nggak usah dipikirin ya, kenapa judulnya begitu. Aku juga bingung :D :D

Makasih buat yang masih nungguin, yang baca, ngasih vote, comment, dan lain sebagainya.

Happy Reading ya :)

______________________________________________________________________________

"Apa?"

Kyra menajamkan pendengaran. Bukan berarti pertanyaan Arland tidak kedengaran sama sekali. Tapi pertanyaan Arland itu tidak disangkanya akan didengarkan lagi. Dia mengira Arland sudah enggan membahas hal tersebut.

Demi apapun, Arland hari ini jadi benar-benar mengesalkan.

"Lho kok kamu nanyain soal itu lagi? Nggak penting banget, tau nggak?"

"Jawab aja, Ra."

"Mau jawab apalagi? Kamu tuh, ya. Ngeselin!"

"Kalo kamu ngerasa nggak ngelakuin hal itu, harusnya kamu jawabnya nyantai aja."

Kyra menahan napas sebelum kemarahannya meledak.

"Land, kenapa sih kamu kayak nggak percaya sama aku?" Kali ini Kyra berbalik menyerang Arland melalui pertanyaan yang bisa dibilang ketus.

"Feeling, Ra."

Kyra menggeram pelan.

Jadi ada yang udah jadi tukang ngadu, nih?

"Trus?"

Arland menaikkan alis.

"Trus, gimana maksud kamu?" tanya Arland.

Kyra terdiam. Saat itu dia malah jadi malas mengajak Arland mengobrol kalau Arland nantinya bakal bertanya soal telepon dari Seanna.

Jika dia mengakui, sudah jelas Arland pasti akan marah besar. Pertama, dia sudah berani mengangkat panggilan di ponsel Arland tanpa persetujuan. Kedua, dia sudah menghapus laporan telepon masuk dari Seanna. Dan yang ketiga, dia jelas-jelas sudah berbohong bahwa dia sama sekali tidak pernah menjawab telepon ketika Arland meninggalkan ponselnya tadi.

"Udahlah. Aku mau bantuin tante Indah."

***

Arland tidak sempat membalas karena Kyra telah bergegas pergi dari hadapannya.

Reaksi Kyra sudah cukup memberikan titik terang.

Dia tidak tahu mengapa Seanna menyembunyikan apa yang seharusnya diketahuinya.

Tanpa berpikir panjang, Arland beranjak dari duduk. Kalau Seanna memang benar sudah meneleponnya sore tadi dan Kyra yang mengangkat, maka dia bisa memastikan Kyra juga harus mengakuinya.

Atau kalaupun Kyra tidak mau mengakui, setidaknya feelingnya benar, jadi dia tidak langsung menyimpulkan tanpa alasan yang jelas.

Arland yang kini sudah keluar dari kamar tamu menuju balkon, menunggu sampai Seanna membalas SMS-nya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, SMS balasan Seanna masuk.

Kyra bilang apa?

Hmm.

Arland menekan tombol panggil, karena SMS Seanna barusan malah semakin membuat penasaran.

Setelah saling berbalas salam, Arland langsung menodongkan pertanyaan.

"Jawab aja, Na. Apa susahnya?"

"Tapi..."

"Jadi kamu bohong?"

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang