You, Yes You (1)

36.1K 3K 190
                                    

Heheh...ada bonusan dikiiit... tunggu lanjutannya besok malam yaa :))

Happy Reading :)))

___________________________________________________________________________

Jika melihat dari gestur tubuh Arland, sepertinya dia akan melakukan kontak fisik. Entah sekedar peluk atau malah lebih daripada itu.

"Mau...,"

"Kalo mau...jangan di sini." Seanna mengucapkannya sambil menunduk.

"Tapi aku maunya di sini."

Seanna mendongak, ketika Arland berhenti tepat pada posisi nyaris tidak berjarak dengannya. Arland menunduk, mengikis jarak, dan...

Mengecup keningnya.

Iya...cuma kening. Padahal lebih daripada itupun Seanna tidak keberatan. Selain karena mereka sedang renggang sebelum Arland pergi. Juga karena dua hari mereka tidak bertemu. Ada rasa yang terdefinisikan nyata sebagai rasa rindu yang meledak seperti kembang api saat bisa melihat Arland kembali. Berada di dekatnya.

Meskipun hanya kening, efeknya sudah cukup menghadirkan sensasi meriang dan lutut lemas. Seanna pelan-pelan mencoba menatap Arland. Arland yang kini juga menatapnya, merentangkan kedua tangan untuk mendekapnya. Seanna tersenyum.

"Maafin sikapku yang kemarin," kata Arland setelah dekapannya terurai.

"Nggak. Aku juga yang salah." Seanna lega mendengarnya.

"Aku yang salah. Lekas cemburu." Arland mengangkat telapak tangan kanannya untuk mengelus pipi kiri Seanna. Terhenti di rahangnya.

"Mm, iya deh. Daripada salah-salahan. Aku terima permintaan maaf kamu." Seanna tanpa sadar menggigit bibir ketika Arland kembali mengelus pipinya.

Sentuhan Arland yang lembut seperti ini, sudah cukup membuat sistem metabolisme tubuhnya terganggu. Mendadak dingin, gemetar, padahal sekedar sentuhan biasa. Hanya persentuhan kulit dan kulit. Hanya gesekan lembut kulit telapak tangan Arland di kulit pipinya. Rasanya dia lebih memilih menghilang detik itu juga daripada diserang perasaan tidak karuan begini.

Tapi, kalau dia menghilang, sentuhan yang dirindukannya selama dua hari ini, tidak akan dirasakannya seperti sekarang.

"Aku kangen, Na."

Saat kalimat itu meluncur, Arland sudah mengangkat tangan yang satunya lagi.

Dan dalam satu kedipan mata juga satu tarikan napas, Arland sudah menunduk lagi untuk menyentuhkan bibirnya ke bibir Seanna. Tanpa mempedulikan Surti yang mungkin saja akan memergoki atau sudah memergoki mereka.

"Mmhh..."

Suara gumaman Seanna saat menerima ciuman demi ciumannya terdengar semakin menggoda Arland untuk semakin gencar melancarkan serangan demi serangan.

Seanna tidak perlu bilang iya. Dari respon Seanna menerima dan membalas, rasanya kata-kata tidak diperlukan lagi sebagai pernyataan dan persetujuan. Semua rasa rindu diekspresikan dalam sentuhan tanpa sekat tanpa jarak.

Selesai memberikan gigitan lembut di sudut kanan hingga ke kiri bibir Seanna, Arland melepaskan sejenak ciuman mereka.

Ah, syukurlah. Surti tidak nampak di sana. Kalaupun iya, rasanya mereka tidak mungkin punya waktu memberi penjelasan di tengah gemuruh dan gairah yang semakin menuntut pelampiasan lebih.

"Na, kamar yuk?"

________________________________________________________________________________

Chapter berikutnya dipost abis buka aja ya? Hihik...sengaja dipendek2in biar greget :D

Marriage With Benefits (Terbit Namina Books)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang