Chapter 1

14.7K 590 8
                                    

BPOV

"Babs?" teriakan memekakkan telinga itu begitu akrab di pendengaranku. Tapi mungkin aku salah dengar. Aku mencoba untuk mengabaikannya dan kembali memilih susu anak-anak yang berjejer rapi di depanku, namun suara itu muncul kembali. "Barbara! Holy shit!"

Aku berbalik dengan cepat, dan hatiku melonjak seketika saat lengan ramping itu membungkus bahuku dengan erat.

Deborah Rodriguez. Sial! Apa yang dilakukannya di sini? Bukankah dia dan, umm... saudaranya itu sedang di Boston?

Menahan napas, aku mencoba untuk membalas pelukannya dan berusaha untuk terlihat sesantai mungkin.

"Oh Tuhan, aku tidak percaya kita akan bertemu lagi. Bagaimana Seattle? Kau menyukainya?"

"Darimana kau tahu aku di Seattle?" tanyaku gugup. Kalau dia tahu keberadaanku selama ini, apa dia juga tahu tentang Al?

"Tentu saja dari ayahmu."

"Apa yang dia katakan?" tanyaku waspada.

"Dia bilang kau mengambil kuliah di Seattle."

"Dia hanya mengatakan itu, kan? Dia tidak mengatakan apa pun, kan?" aku tidak sadar kalau suaraku mulai meninggi.

"Umm, tidak," jawabnya ragu-ragu dengan kening berkerut, mungkin dia mulai curiga dengan reaksiku.

Aku melihat sekeliling dengan gugup, bertanya-tanya dimana Mike dan Al berada saat ini.

Beberapa minggu yang lalu aku memutuskan untuk kembali ke Chicago, kota dimana aku lahir dan dibesarkan sekaligus kota dimana aku bertemu untuk pertama kalinya dengan dia. Sewa apartemenku di Seattle telah habis seminggu setelah aku lulus. Ya, aku lulus tepat empat tahun, mustahil memang mengingat kondisiku yang pernah hamil. Tapi aku sangat berterima kasih pada Profesor Betty sekaligus tetangga apartemenku yang selalu membantu dan mendukungku hingga aku bisa lulus tepa waktu. Mungkin jika tidak ada dia, aku pasti akan lulus tahun depan. Dan karena belum mendapatkan pekerjaan, aku memutuskan untuk pulang sampai aku bisa mencari tahu apa yang ingin aku lakukan untuk kedepannya. Tidak lama, mungkin hanya satu bulan saja, karena aku sudah memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar kota mengingat kota ini sangat beresiko untuk Al dan aku.

Ibuku meninggal sejak aku duduk di sekolah dasar, dan karena itulah ayah begitu bersemangat menyambut kedatanganku dengan Al di rumah. Ayah begitu menyayangi Al hingga perasaan bersalah sering timbul dalam benakku karena selalu menjauhkannya dari Al.

Mike adalah sahabatku di Chicago yang tahu tentang keberadaan Al, tapi baru beberapa minggu yang lalu dia bisa bertemu langsung dengannya.

Aku berdehem kecil karena tenggorokanku mulai kering. "Umm, jadi apa yang kau lakukan di sini, Debbie?" aku mulai mengalihkan pembicaraan. Tapi itu bukan pertanyaan bodoh, kan? Maksudku, aku tahu Debbie tinggal di kota ini, tapi dari sekian banyak tempat, kenapa aku harus bertemu dengan dia di sini, sih? Aku tidak pernah berharap untuk bertemu dengan Rodriguez lagi di sini atau dimana pun. Karena memang aku tidak berniat untuk mengenal mereka lagi. Dan kemunculan Debbie yang tiba-tiba ini begitu mengejutkanku.

Dia mengerutkan alisnya, memajukan bibir bawahnya untuk menunjukkan kalau dia tidak suka dengan pertanyaanku barusan. Oke, aku sadar kalau pertanyaanku tadi terdengar sedikit ketus. Tapi aku tidak melakukannya dengan sengaja. Ini semua karena kegugupan dan perasaan was-was bagaimana jika Al tiba-tiba muncul dan menghancurkan semuanya. Aku tidak ingin Debbie tahu tentang Al. Aku tidak ingin siapa pun dari keluarga Rodriguez tahu tentang keberadaan putraku.

"Well, it's good to see you too, Babs," sindirnya.

"Aku... aku tidak bermaksud seperti itu, Debbie. Aku hanya tidak menyangka kita bisa bertemu di tempat ini."

THE UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang