Bab 20

15.7K 1K 103
                                    

"A kiss is a lovely trick designed by nature to stop speech when words become superfluous

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A kiss is a lovely trick designed by nature to stop speech when words become superfluous."— Ingrid Bergman

"Ciuman adalah trik indah yang dirancang oleh alam untuk menghentikan ucapan ketika kata-kata menjadi berlebihan."

Erin Pov

Suara alarm membuka paksa mataku dari tidur yang nyenyak. Aku mengerjapkan mata beberapa kali sembari memandang langit-langit kamar yang terasa asing. Hembusan udara hangat di pipi kanan membuatku tersadar kalau aku tak sendirian di kamar ini. Perlahan kumiringkan kepalaku ke arah kanan. Ema? Oh iya, aku sedang menginap di rumahnya.

Kucoba mengingat-ingat hal - hal konyol yang dilakukan Ema tadi malam. Meski pun terlihat konyol, setidaknya itu cukup membantu. Kondisi tubuhku sepertinya sudah membaik. Ema masih tidur dengan lelap. Wajahnya terlihat lebih polos saat sedang tidur. Jauh dari kesan barbar. Berbeda lagi ceritanya saat dia sudah sadar.

"Hei...bangun!" Kutepuk pipinya perlahan. Tidak ada reaksi. Kutepuk beberapa kali lagi." Hei..bangun!"

"Berisik! Aku masih ingin tidur," balasnya masih dengan mata terpejam. Pastinya Ema tidak ingat kalau hari ini dia harus bekerja lebih pagi. Kurasa dia juga lupa jika aku tidur di kamarnya.

"Tidurlah kalau kau mau membuat kita berdua terlambat!" Perlahan kelopak matanya terbuka. Matanya membesar saat menyadari kehadiranku di sebelahnya.

"Eh...kenapa kau ada di sini? Ini pasti mimpi," gumamnya sambil mencubit pipinya sendiri. "Aw..ini bukan mimpi. Astaga...kenapa aku bisa lupa kalau kau menginap di kamarku. Bagaimana demammu?" Tanpa permisi dia meletakkan tangannya di dahiku.

"Sudah tidak panas lagi. Obatnya bekerja dengan baik. Aduh..jam berapa ini? Bukankah kita harus ke kantor pagi ini?" tanyanya panik.

"Makanya, aku membangunkanmu. Mandilah!"

"Kau sendiri bagaimana?"

"Kita singgah ke apartemenku dulu. Nanti aku mandi di sana saja, sekalian sarapan. Lagi pula aku tidak membawa baju ganti."

"Bagaimana kalau kita terlambat?"

"Apa kau lupa? Aku bos di perusahaan itu. Tak masalah jika aku datang terlambat. Aku hanya tidak ingin terjebak macet," balasku.

"Ya sudah, aku mandi dulu." Ema beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar tidur.

Aku sibuk menghubungi orang-orang yang harus kuhubungi pagi ini melalui telpon. Saking sibuknya, aku tidak menyadari kalau Ema sudah kembali ke kamar hanya berbalutkan handuk. Wangi sabun dari tubuhnya tercium dengan jelas oleh hidungku. Aku menelan ludahku saat timbul sebuah hasrat dari dalam diriku untuk mendekat ke arahnya. Untungnya aku masih bisa menahan diri dan hanya menatapnya yang berdiri sekitar tiga langkah dariku.

"Sampai kapan kau mau memandangiku seperti itu?" Pertanyaannya menyadarkanku.

"Eh..siapa yang memandangimu?"

Pancake Stroberi ( Girl x Girl )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang