Bab 17

14.4K 941 87
                                    

Note : Terima kasih yang teramat dalam saya ucapkan  pada seorang sahabat  yang selalu mendukung saya. Chen, You safe my life. Begitu juga dengan doa dari teman-teman dan pembaca di wattpad ini. Terima kasih atas doa dan semangat yang kalian berikan. Itu sangat berarti untuk saya. Sebisa mungkin saya akan berusaha melanjutkan cerita ini. Terlepas dari semua kekurangan yang ada pada cerita ini, saya ucapkan selamat berakhir pekan dan selamat membaca.


"Its doesn't matter what religion you practice, what your background is, where you stand in life, or what your orientation is. The only real failure in life is not to be true to your self. Do whatever what makes you happy as long as do not harm your self or other beings"— Unknown

Tidak peduli agama apa yang anda anut, apa latar belakang anda, di mana anda berdiri, atau apa pun orientasi anda. Kegagalan nyata dalam hidup adalah tidak bisa jujur pada diri anda sendiri. Lakukan apa pun yang membuat anda bahagia sepanjang hal itu tidak merugikan diri anda atau mahluk lainnya

Ema Pov

Tadi itu benar-benar memalukan. Dalam hatinya, Erin pasti mentertawakan sikapku tadi.. Aku tahu kalau otakku berfantasi terlalu jauh. Kupikir dia akan menciumku, ternyata tidak. Dia hanya menyelidik ke dalam mataku dan bertanya apakah kami pernah bertemu sebelumnya. Ya Tuhan, aku sungguh malu jika mengingat hal itu.

Ah...sudahlah! Barangkali ini hanya pikiranku saja. Lain kali, aku tidak boleh bertindak bodoh seperti itu lagi. Meski harus kuakui, sikap hangatnya belakangan ini membuatku hatiku sedikit meleleh. Tak pernah kusangka kalau dia bisa bersikap semanis itu.

Entah hanya perasaanku saja atau ini memang terjadi. Sepertinya, kami mulai memahami satu sama lain dan aku merasa nyaman berada di dekatnya. Tak peduli dengan sikap arogannya yang sesekali waktu masih saja keluar. Itu tak mengurangi kekagumanku padanya.

Erin adalah orang pertama yang mampu membuatku lupa pada sosok Jenny. Lupa akan semua rasa sakit dan harapan palsu yang pernah diberikan Jenny padaku. Doaku hanya satu, semoga Jenny tidak pernah muncul lagi dalam kehidupanku. Demi Tuhan, aku tak ingin lagi bertemu dengannya. Well, setidaknya setelah semua hal menyakitkan yang dia berikan padaku.

Aku hanya ingin melupakan masa lalu yang kadang masih saja berhasil membuatku meneteskan air mata. Untunglah Erin datang dan memberiku banyak pelajaran tentang hidup. Dia adalah orang yang penuh dengan kejutan. Kalian tidak akan bisa mengerti atau menebak apa yang akan dilakukannya. Erin melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri.

Erin ibarat mutiara indah dan langka yang berada di dasar lautan. Kalian harus menyelami lautan yang dalam untuk bisa menemukannya. Dia bisa dicintai, tapi tidak bisa dimengerti. Kurasa aku harus berhenti memujinya dan memejamkan mata karena besok aku harus kembali bekerja.

"Dug dug dug...Ema, sudah siang." Terdengar suara mama menggedor pintu kamarku. Ah...rasanya baru tertidur beberapa menit tapi hari sudah berganti. "Ya ma, aku bangun,"teriakku. Aku menyingkirkan selimut yang menutupi kakiku.

Erin terlihat sibuk merapikan beberapa barangnya di ruang tengah. Aku ingin membantunya, tapi dia melarangku. Katanya dia bisa melakukannya sendiri. Ya sih, barangnya tidak terlalu banyak. Tiba-tiba Mely muncul dari kamarnya sambil mengenakan sebuah topi. Bukankah topi itu milik Erin?

"Kakak, aku keren kan?" tanya Mely saat berada di hadapanku.

"Tentu saja. Kau adik terkeren yang pernah kakak punya." Aku mengusap kepala adik semata wayangku dengan lembut.

"Dan semakin keren setelah memakai topi ini," ucapnya bangga.

"Hahahaha..ya ya ya. Ngomong-ngomong, dari mana kau mendapat topi itu?" Aku pura-pura tidak tahu.

Pancake Stroberi ( Girl x Girl )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang