PROLOG

19.1K 814 8
                                    

Di sebuah rooftop rumah mewah, seorang gadis duduk sambil menengadah ke langit malam. Dilihatnya jutaan bintang berkelap-kelip indah, berusaha menjadi yang paling berguna menerangi jagat raya.

Gadis tersebut terpekur selama beberapa menit. Kemudian tangannya mengambil handycam yang sudah sedari tadi ia diamkan. Ia mengelus permukaan handycam tersebut sambil tersenyum kecil. Handycam yang sudah menemani hidupnya selama 5 tahun. Namun sudah tidak digunakannya lagi 4 tahun terakhir ini.

Tangan gadis tersebut meraba lantai, ia mengambil sebuah kaset yang sudah sedikit usang. Jemari-jemarinya yang lentik dengan lihai menyetel kaset tersebut di handycam.

DOR!

Terdengar suara letusan balon dari video yang sedang diputar pada layar handycam. Gadis tersebut hanya mendengar suara-suara bising yang keluar dari handycam tersebut. Ia merasa belum mampu melihat peristiwa yang ada dalam handycam itu.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Ana! Yeay ..." Nyanyian itu membuat gadis tersebut tersenyum getir. Dimatikannya handycam tersebut dalam sekali sentakan.

"Ternyata gue belum bisa," gumam gadis tersebut sambil tersenyum lesu.

Ia merogoh kantung celananya, yang ternyata berisi sebatang rokok dan korek api. Gadis tersebut menyelipkan rokok tersebut di sela-sela bibirnya. Dan membakar ujung rokok tersebut menggunakan korek api. Ia menghisap rokok tersebut dalam-dalam, berusaha menghapus segala sesak dalam dada-nya kini. Namun, bukannya meredakan sesak, gadis tersebut malah terbatuk-batuk heboh.

"Si .. sial! Udah 2 tahun nyoba, tapi masih belum terbiasa!" Gadis tersebut tidak mencoba mencari air untuk minum, ia malah menikmati rasa nyeri pada dada-nya. Seolah rasa nyeri tersebut dapat mengobati rasa nyeri yang lain dalam dada-nya. Setelah batuknya reda, ia tertawa. Tawa yang sangat dibuat-buat, seolah ia menertawakan dirinya sendiri.

"Bodoh, lo naif, Na!" rutuk gadis tersebut sambil membuang puntung rokok baru sekali dihisapnya. Ia memandang ke langit malam untuk kesekian kalinya.

"Sampai kapan gue hidup kayak gini? Lo engga adil! Engga adil!" Gadis tersebut berdiri, kemudian meninggalkan rooftop tersebut dalam kesunyian.

Seperti membuka luka lama, handycam tersebut menjadi saksi bisu kehidupannya. Saat ia berada di atas, dan saat ia terjatuh ke jurang yang paling dalam. Tidak ada yang mengulurkan tangan untuknya. Ia bangkit dengan caranya sendiri. Berusaha maju dengan langkah tertatih-tatih.

Namun pada kenyataannya, dia tetap di tempat yang sama. Membiarkan luka itu menusuknya perlahan-lahan. Dan entah sampai kapan, ia bisa bertahan, menanggung segala derita. Sendirian, di dunia yang fana.

***

hope you enjoy it ! 😀

Lope lope,

oryzena

DesgraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang