Hiperbola

24 1 0
                                    

16 Oktober 2015

Hari ini aku tidak memiliki pengalaman yang berkesan selama jalannya pertandingan. Semuanya berjalan seperti biasanya. Aku menjadi pencatat skor takraw dan ia menjadi wasit futsal.

Seperti biasa dilapangan volley sedang mengalami masalah. aku tak lansung pulang dulu. Aku menunggu teman seposkoku pulang bersama. Sekalian ingin melihat bagaimana cara teman-teman menyelesaikan masalah mereka. Pas tiba azan magrib,aku tak buru-buru pulang ke posko, toh hari itu aku juga tidak sholat. "Azan magrib.....???, bagaimana teman-teman menanggapinya. Kutunggu sampai iqamah, tak ada satupun teman yang bergegas menuju mesjid." Batinku ketika kuabsen satu persatu temanku yang tengah sibuk dilapangan. Ada sedikit rasa kecewa.

"nis, ayo kita pulang." Ajak ayu ketika masalah volley sudah selesai.

"iya." Jawabku."btw singgaki nanti dimesjid nah. Mauka cuci tangan" lanjutku. Ia tidak menjawab. Diam berarti iya.

Dalam perjalanan pulang kami potong kompas, jadi kami lewati mesjid seperti yang kubilang tadi. Jamaah yang sedang khusyuk shalat sudah bisa terlihat dari luar mesjid. Seseorang memakai almamater kebanggaan kami menjadi salah satu ma'mum shalat magrib saat Itu. Dilihat dari kejauhan aku sudah hapal pemilik postur tubug yang medium itu. Dia adalah Izam.

17 Oktober 2015

Hari itu aku menemani kordesku untuk memasang kertas pengumuman pertandingan, semenjak hari itu aku memutuskan untuk aktif membantu kordesku untuk mengatur jalannya pertandingan. Bukannya sok baik, tapi daripada g ada kerjaan.

"pernah ki ikut DAD...?" Tanya Inas membantu kami yang tengah menempelkan jadwal pertandingan didinding pondasi bawah baruga. Aku dan kordes sedang jongkok karena dinding baruga itu pendek sedangkan dia duduk di baruga.

"DAD....apa itu DAD...? Tanyaku balik.

"itu acara Muhammadiyah." Jawabnya.

"tidak." aku menjawab pertanyaan awalnya. Ku berdiri kearahnya yang masih duduk, entah aku mendapat keberanian darimana sehingga aku berani menatapnya lekat dengan jarak yang sangat dekat. Di Posisi itu aku bisa menatap wajahnya. Bagian wajahnya yang kuliat jelas adalah bibirnya yang merah dan itu membuatnya kikuk, Ia terlihat kaget, segera ia menundukkan pandangannya. Jiwa bajinganku nyengir.

"ohhh..... anak muhammadiyah ki'..?" Tanyaku menyimpulkan.

"ahh...bukan..bukan..." tepisnya dengan nada yang agak menolak untuk kujugje sebagai muhammadiyah.

"ada temanku yang kebetulan sudah seperti kita sepulang dari DAD" lanjutnya.

"ooooo"

Pertandingan takraw hari itu posisi izam sebagai wasit digantikan oleh kordes, sedangkan aku tidak terganti mencatat skor.

"begini sepertinya lebih baik" gumamku. Kurasa ini posisi baik yang ditentukan Allah untukku. Mengingat semua curhatku tentang dia dalam setiap doaku.

***

I Have Fallen For YouWhere stories live. Discover now