Chapter 24

1.3K 81 0
                                    

Ketika sesuatu yang berkenaan dengan masa lalu, – terlebih itu adalah sesuatu yang tidak diharapkan – tentu semuanya akan terasa sulit. Namun, tidak ada kemustahilan untuk memperbaiki dan mengatur ulang semuanya. Tiggalkan ego dan bersihkan hati untuk sementara waktu. Fikirkan semua hal yang positif maka ketenangan itu akan menghampiri. Ku harap Justin melakukannya. Dia benar-benar membutuhkan sebuah energi postif untuk membantunya melewati semua ini. Tapi yang disayangkan adalah, hanya dirinya sendiri yang dapat mendatangkannya. Semua keputusan ada di tangannya dan dia memiliki gaya pemikiran keras yang membuatku khawatir atas keputusan yang akan ia ambil. Ibunya telah dengan bijaksana menekan ego-nya dan mencoba memperbaiki jarak yang selama ini memisahkan mereka. Dia sadar bahwa sudah saatnya untuk memulai sesuatu yang baru. Sesuatu yang lebih baik bersama orang-orang yang seharusnya ia rangkul bersama sejak dulu. Bagaimana aku tahu? Itu karena jika ibunya tidak memiliki kepedulian dan tidak menginginkan perdamaian, tentu dia tidak akan berada di tempat ini sekarang.

Satu detik terasa seperti satu jam di saat yang menegangkan seperti ini. Pandanganku tidak pernah lepas dari Justin. Pria itu masih bertahan di sana. Berdiri tegak dengan rahang yang mengejang. Ini buruk tentu saja. Dia seperti tidak memandang adanya hal positif dari kedatangan ibunya. Mata itu sama sekali tidak bisa melihat sesuatu yang sangat bernilai tentang sebuah pengharapan yang dibawanya. Aku tidak terlalu yakin dengan pemikiranku sendiri, namun aku tahu bahwa Justin mengharapkan sesuatu dari ini. Hanya saja, dia menyembunyikan harapan tersebut begitu dalam. Dia mencintai ibunya. Itulah kenyataan yang terjadi. Tapi ada hal yang masih menjerat dan menahannya sebelum dia melangkah ke umpan positif yang diberikan ibunya saat ini.

Aku melihat genggaman tangannya yang seperti batu tersebut mengendur kemudian mereka terlepas. Pandangannya masih terjatuh pada wajah ibunya. Selanjutnya dia berbalik dan berjalan pelan menuju pintu di samping ruangan. Seketika harapan positif yang tumbuh dalam diriku sirna. Tidak akan semudah itu.

"Justin." Satu kata yang keluar dari mulut ibu Justin membuat pria itu berhenti melangkah. Aku tahu benar bahwa selama ini wanita itu tidak pernah memanggil namanya. Sangat nyata terlihat ketika perbincangan panjangku dengannya di restoran kala itu.

Justin kembali berbalik. Masih belum menghilangkan ekspresi dingin dari wajahnya. Wanita di sampingku mengambil satu langkah ke depan dari kakinya. "Kita bisa memperbaikinya." Ucapnya dengan perlahan dan hati-hati.

Benar. Dan itu berarti mereka membutuhkan waktu berdua untuk bersama. Aku mengamati Justin serta ibunya sekali lagi sebelum mengeluarkan suaraku.

"Aku akan membuatkan teh untuk semuanya." Kataku menoleh pada ibu Justin. Dia memandangku. Tersenyum manis padanya, aku mengangguk kemudian mulai berjalan meninggalkan garasi.

Namun, ketika melewati tubuh Justin, pria itu meraih tanganku. Kepalaku mendongak untuk memandangnya. "Aku membutuhkanmu di sini." Ucapnya perlahan. Pancaran matanya yang seperti tersesat itu membuatku tidak bisa menahan diri. Dia memang membutuhkanku. Dan jika dia mengatakan yang demikian, maka aku akan berada di sini bersamanya.

Aku mengangguk dan menurunkan tanganku untuk menempatkan jari-jariku pada sela jari-jarinya. Kemudian berbalik kepada ibu Justin.

"Lebih baik kita masuk terlebih dahulu." Nic membuka suara. Aku mengangguk menyetujui usulannya.

Justin menarik tanganku dan membawaku memasuki area dapur. Dia berhenti untuk sejenak. Berfikir ku rasa. Tapi aku tidak akan membiarkannya berfikir. Sebelum dia memikirkan sesuatu yang buruk, ku tarik lembut tangannya dan mengarahkannya untuk duduk di salah satu kursi dapur. Tanganku terus terikat dengan tangannya. Dan aku tahu, dia tidak akan membiarkan tanganku terlepas dari miliknya walau hanya untuk satu detik. Tidak sebelum semuanya membaik. Aku menaruh tangan kami di pahanya dan menggenggam tangan itu dengan kedua tanganku.

Do Not Compare (by Aulia Delova)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang