Chapter 9

1.3K 102 0
                                    

Sungguh, aku merasa seperti sebuah boneka yang sedang terombang-ambing di tengah samudra. Belum pernah aku merasa yang seperti ini sebelumnya. Ini adalah sebuah perasaan aneh dan asing yang membuatku heran sendiri. Sebuah perasaan yang untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasakan sebuah kehambaan. Layaknya terdapat sebuah lubang hitam menganga di dalam hatiku. Hampa dan menyakitkan.

Aku tidak menangis. Tapi aku bersedih. Kesedihan yang begitu dalam hingga membuatku seperti lupa cara untuk hidup. Semua duniaku teralihkan dengan sendirinya. Semua berjalan begitu lambat dan menyakitkan. Aku benci merasakan ini, tapi aku tak bisa menghindarinya. Mereka datang dengan sendirinya meskipun aku menolak. Menguasai seluruh isi hatiku dan membuatku tak mampu berbuat apapun lagi. Aku mencoba untuk membuang mereka, tapi mereka bertahan. Seperti telah mengakar dalam hatiku dan mustahil untuk ku cabut.

Tenggelam dan menyelam. Aku melakukannya lagi. Menyedihkan. Sudah lima hari aku melakukannya. Menikmati kegundahan yang begitu menyiksa dan membuat diriku sendiri merasa begitu bodoh. Aku benci mengetahui bahwa aku tak dapat berbuat apapun untuk menolak perasaan itu.

Ayolah Ann. Kau bukan lagi seorang remaja. Seharusnya kau bisa mengendalikan perasaanmu.

Benar. Aku telah mencoba, bahkan sangat keras. Tapi ..... tak berbuah sesuai harapanku.

Sungguh menyebalkan. Aku tidak menyangka bahwa Justin akan sangat berpengaruh dalam hidupku seperti ini. Ku pikir dengan meninggalkannya waktu itu dan mencoba melupakan semua yang kita miliki bersama – meskipun hanya segelintir – aku dapat dengan mudah membuang perasaan tertarikku padanya. Namun kenyataannya adalah aku sama sekali tak berdaya. Justin memenuhi kepalaku selama lima hari terakhir. Tidak peduli siang maupun malam. Tidak peduli aku sedang makan maupun bekerja. Dia menguasai otak dan hatiku. Aku merasa begitu lemah dan aku membenci perasaan ini.

Rasanya aku begitu dipermainkan. Belum pernah ada yang membuatku merasa seperti ini. Terry? Bahkan pria itu tak sepenuhnya berarti. Ada perbedaan yang sangat besar pada perasaanku untuk Terry dan Justin. Aku tidak pernah merasa segundah ini ketika Terry berada jauh dariku. Tapi Justin ...... Tuhan, pria itu bahkan tidak pernah pergi dari hatiku untuk sedetik....

"Ayolah, sampai kapan kau akan memikirkannya?"

Aku menoleh dan mendapatkan Lottie menempatkan dirinya di sampingku. Tangannya menyerahkan satu piring berisi sosis dan udang panggang padaku.

"Dia benar-benar sedang berada dalam kegundahan." Pete menyahut dari tempatnya berdiri. Dia sedang memanggang sosis untuk kami. Aku memandangnya dan dia tersenyum kecil untukku.

Aku mendesah. "Kalian tak mengerti." Ungkapku.

"Kami mengerti." Lottie meletakkan piring di pangkuanku ketika aku tidak segera mengambil piring tersebut dari tangannya. "Kau jatuh cinta padanya." Dia berkata dengan begitu mudah lalu menggigit sosis yang ia tusukkan pada garpunys.

Aku memandangnya tak percaya. Bagaimana dia bisa berkata demikian? "Aku tidak jatuh cinta padanya. Dan berhentilah berfikir konyol seperti itu." Aku tidak akan pernah menerima orang yang mengatakan bahwa aku jatuh cinta pada Justin, karena itu sungguh tidak benar. Aku tidak mungkin mencintainya.

"Kau hanya menghindari perasaanmu sendiri." Pete berkata.

Aku memandang tak suka padanya. "Aku tidak seperti itu. Aku hanya tahu dirinya selama dua hari. Tak mungkin aku mencintainya. Hal bodoh macam apa itu?" Aku sama sekali tidak akan pernah menerima pernyataan tersebut.

Pandanganku beralih pada pemandangan malam di depanku. Aku selalu merasa beruntung ketika memandang pemandang malam kota New York. Sungguh menakjubkan. Seperti berada di surga lampu yang mempesona.

Do Not Compare (by Aulia Delova)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang