Sebenarnya, Yunho sudah bangun dari tadi. Ia juga sadar akan posisinya yang memeluk Jaejoong. Tentang semalam bahkan kegiatannya setelah bangun; mengamati wajah cantik tersebut dan mengeratkan pelukan. Yunho memejamkan matanya lagi, pura-pura tidur.

~xXXx~


"Aku menemukannya!" seru namja bersuara husky kencang sembari masuk ke dalam ruang wakil direktur tanpa permisi. Kali ini wajahnya sangat cerah. Senyum lebar terkembang di bibirnya. "Aku menemukannya!" jeritnya lagi-menggebu-gebu.

Jung bujangnim mendelik pada namja di depannya. Untung dia tak kena serangan jantung mendadak. "Ya! Park Yoochun! Kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?!"

"Ah, jweisonghamnida." Ujar Yoochun menyengir lalu membungkukkan badan hormat. Ia duduk di kursi sembari menyerahkan sebuah map pada sang atasan. "Aku menemukan pabrik yang bisa membantu kita memasok bahan-bahan makanan untuk proyek kali ini." Katanya gembira.

"Jeongmalyo?" tanya Yunho yang turut senang sambil mengambil map kemudian membukanya. Membaca kalimat-kalimat yang tertera di sana.

"Ne!" jawab Yoochun semangat, "aku tak sengaja bertemu salah satu karyawan di sana. Mereka adalah pemasok sayur, buah-buahan dan makanan lain untuk pasar. Aku sudah mengajukan kerja sama dan mereka menerimanya." Jelas namja berjidat lebar ini panjang lebar dalam satu tarikan napas.

Senyum Jung bujangnim merekah, mata sipit bersorot tajam itu berbinar menunjukkan kesenangan. Ya, ini kabar menggembirakan! Setelah dua minggu lebih drop karena masalah bahan makanan, sekarang mereka menemukan pabrik yang dapat membantu. Yunho menatap Yoochun dengan ekspresi bahagia. Dia berdiri dari kursinya kemudian menghambur memeluk sahabat sekaligus bahawannya tersebut.

Keduanya tertawa-tawa sambil menepuk punggung masing-masing seolah memenangkan tender besar.

"Aku tak menyangka ini terjadi. Kita sudah putus asa. Hah.. terima kasih, Tuhan." Ujar Yunho masih memeluk Yoochun. Ia benar-benar tak dapat menyembunyikan rasa senangnya. Proyek yang dikepalai olehnya, maka dari itu mati-matian memproduksi.

"Ne, hyung. Ini keajaiban." Balas Yoochun tak kalah senang.

Selang beberapa menit mereka berpisah. Jung bujangnim mengambil telepon di atas meja lalu memencet nomor panggilan cepat untuk sekretarisnya. "Apa surat laporan penundaan sudah diberikan pada sajangnim? Ah, geurae. Buang saja. Kita tak memerlukannya."

.

.

.

Rasa senang yang dirasakan si tampan Jung Yunho belum hilang hingga sore tiba. Di dalam hatinya bunga-bunga cantik masih ingin bermekaran. Karena sedang bahagia, ia berniat membaginya dengan orang-orang di rumah. Jadi sengaja membawa oleh-oleh beberapa bungkus sate ikan yang dibeli saat pulang. Jam menunjukkan pukul lima sore, ia terlalu cepat sampai.

Meletakkan bungkusan sate ikan di atas meja dapur. Senyumnya mengembang membayangkan reaksi dari Mr dan Mrs. Jung kemudian Jaejoong. Sebelum-sebelumnya ia tak pernah begini. Kalau senang pasti menraktir teman-temannya. Tapi, kali ini dia mau sesuatu yang berbeda.

Bagaimana rasanya membagi kebahagiaan bersama keluarga? Walau terlihat sederhana, ia tetap ingin melakukannya.

"Ne, nado joha. Jaejoong duronim neomu-neomu meositta!" (ya, aku juga suka. Tuan muda Jaejoong benar-benar keren)

Eh? Jaejoong? Yunho menoleh mencari sumber suara yang menyebutkan nama 'istri' cantiknya. Dua orang maid tampak berjalan memasuki dapur sambil mengobrol tanpa menyadari kehadiran tuan muda Jung di sana.

HEARTWhere stories live. Discover now