SH-2

11.5K 630 28
                                    

•Sean•

Sembari melompat-lompat kecil dan berputar layaknya seorang penari balet di sepanjang lorong hotel, aku terus membayangkan wajah Amy yang sampai sekarang belum bisa lepas dari kepalaku.

"Mikage, baby, aku jatuh cinta~"

Aku menerobos masuk ke dalam kamar yang Mikage tempati dan berniat untuk membagikan kebahagiaanku padanya. Namun sialnya, aku menemukan seorang pria tak dikenal tanpa busana tengah berdiri di tepian ranjang.

Pria itu menjerit kaget saat dia melihatku, kemudian menarik selimut yang digunakan oleh Mikage. Dan sialnya lagi, langsung memberikanku pemandangan bokong Mikage yang bulat. Ugh, menjijikkan.

Aku memutar bola mataku malas. Dia tak perlu bereaksi seperti itu kan? Aku tak tertarik pada pria, aku tak gay seperti Mikage.

Tunggu, tapi aku menyukai Amy. Mungkin aku gay.

Aku menoleh pada pria tak dikenal itu yang kini tengah mencoba untuk membangunkan Mikage.

Aku mendekatinya kemudian menarik lepas selimutnya, memfokuskan mataku pada batangannya yang tengah tertidur.

Hmm, sudah kuduga. Aku tak bereaksi apapun saat melihat penisnya. Namun saat aku membayangkan milik Amy, wajahku tiba-tiba saja terasa panas.

Pria di hadapanku itu menjerit, kali ini dengan begitu kuat hingga Mikage terbangun dan beberapa pelayan mulai bermunculan di pintu; menanyakan apa yang terjadi.

"Bodoh, apa yang kau lakukan?" Suara serak Mikage memenuhi indera pendengarkanku, yang diikuti oleh lemparan sebuah bantal tepat di kepalaku.

Dengan jijik dan kesal, aku melempar kembali bantal itu kepadanya. Baiklah, bagaimana aku bisa tidak jijik? Jelas-jelas ada noda semen di bantal itu dan Mikage dengan polosnya melempar benda itu padaku.

Aku kembali menoleh pada pria tak dikenal yang kini telah mengenakan pakaiannya kembali, kemudian memberikan tatapan bingung pada Mikage. "Apa yang terjadi dengan pria yang semalam?"

Ingat dengan pria yang tertidur pulas di atas meja bar itu? Pria yang berdiri di hadapanku itu bukan lagi pria yang sama.

Mikage menghela nafasnya kemudian mengacak rambutnya dengan wajah malas.
"Mika muncul semalam untuk berbicara padaku, namun malah tertarik dengan pria itu. Aku, lebih tepatnya kami berdua, frustasi secara seksual dan akhirnya berdebat, Mika mengalah dan aku berhasil mengusirnya."

Untuk pengetahuan kalian, Mika adalah adik kembar identik Mikage yang sangat dimanjakannya. Tapi terkadang Mikage bisa sangat keras kepala, meski itu tak pernah mengurangi rasa sayangnya pada Mika.

"Namun pria itu terlanjur mabuk dan aku membiarkannya lepas, dia ada di kamar depan." Mikage mengedikkan dagunya pada pintu kamar tertutup yang ada di depan kamarnya.

"Apa?"

Aku menoleh saat mendengar suara. Aku membalikkan tubuh, kemudian menyadari pria tak dikenal itu menatap Mikage dengan wajah tak percaya.

Uggh, apa dia tak bisa membaca suasana dan keluar dari ruangan ini?

"Huh?" Mikage membalasnya dengan tatapan kesal.

"Kau.. kau memanggilku sebagai pengganti pria lain?"

Dengan spontan kedua mataku membulat dan aku menoleh pada Mikage sambil menahan tawaku yang hampir meledak.

Mikage memberikan pria itu pandangan jijik, kemudian meraih dompet di sakunya dan melemparkan beberapa lembar 100 dollar padanya. "Keluar."

Pria itu mengenakan pakaiannya dengan cepat, meraih uang Mikage yang bertaburan di lantai dan keluar sembari membanting pintu.

Sexual HarassmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang