BAGIAN DELAPAN

1.5K 172 12
                                    

BAGIAN DELAPAN

Aku sudah lihat bagaimana kau terus membentakku. Aku juga sudah liat keangkuhanmu yang begitu pilu.

---


   SAAT ngeliat kamu untuk pertama kalinya, mama langsung suka banget sama kamu.

   Ucapan mamanya semalam memenuhi kepalanya sekarang. Yora yakin ada rahasia di balik kalimat itu. Kenapa mamanya harus mengatakan hal itu? Maksud Yora, kalimat itu terdengar seperti perkataan seorang wanita yang pertama kali melihat seorang bayi yang akan ia angkat menjadi anaknya. Ia menggelengkan kepala, mengusir segala asumsi aneh di otaknya.

   Yora menyandarkan punggungnya di pintu mobil, pikirannya kacau. Ia tidak mengharapkan apa yang terjadi hari ini. Ia tidak mengharapkan ada hal lain yang mengusik hidupnya. Rumor apa itu? Kenapa ia tidak tahu apa-apa? Yora menyugar rambutnya sembari menghela napas dengan gusar. Ia mencoba menenangkan dirinya dan berniat masuk ke dalam mobilnya. Gerakannya terhenti karena ponselnya berdering. Setelah melihat caller id yang tertera di layar ponselnya, Yora menghela napas pelan.

   “Ya?”
  
   “Non Yora disuruh pulang sekarang sama Nyonya, Non. Kata Nyonya, dia perlu bicara penting.” suara Bi Inem terdengar dari balik sana, mendengar itu Yora lantas memegang dadanya yang tiba-tiba sesak. Ia memang butuh penjelasan, namun saat ini ia juga butuh ketenangan. Yora perlu menjauh dari semua ini, ia tidak bisa dipaksa berada di dalam lingkaran setan ini.

   Ia mematikan panggilan itu secara sepihak tanpa memberikan respons apapun. Tangannya mengepal, ia merasa tidak terima dengan apa yang terus terjadi dalam hidupnya. Ia merasa gamang untuk mengendarai mobil dalam keadaan seperti ini. Tak ada yang tahu apa yang bisa saja terjadi. Namun apa boleh buat, Yora tetap berbalik dan membuka pintu mobilnya.

   “Boleh gue anterin pulang?”

   Yora menoleh. Di sampingnya Daffin berdiri dengan tatapan yang teduh. Tatapan yang tak pernah Yora harapkan akan sebegitu sama dengan tatapan yang dulu pernah Mike berikan padanya. Ia tersentak, secara tidak sadar telah menatap Daffin selama itu. “Nggak perlu.”

   “Lo boleh bicara sama gue.” Daffin tak menyerah begitu saja.

   Yora mendengus. “Lo ngerti nggak sih gue ngomong apa?”

   Lelaki itu menunduk lalu tersenyum. Sama sekali tidak memperlihatkan raut wajah kecewa karena Yora menolaknya. Namun mendadak saja Daffin menggenggam tangan Yora dan membawanya ke bangku penumpang di samping kemudi. Yora yang masih terkejut dengan aksi tiba-tiba Daffin tak sadar hanya menurut. Setelah duduk di bangku kemudi Daffin menjalankan mobil milik Yora tersebut.

  “Lo apa-apaan, sih?” tanya Yora kesal. “Keluar!”

   Daffin hanya tersenyum tanpa mengindahkan seruan Yora. “Kuncinya mana?”

   “Daffin denger, gue nggak suka sama apa yang lakuin ini,” tegas Yora. Raut wajahnya serius, tak main-main dengan ucapannya. “Lebih baik lo keluar sekarang.”

   “Kak Joan ada urusan penting di ekskul. Gue nggak sengaja dengar kalo dia juga udah nelpon Mike buat nemenin lo, tapi Mike nggak bisa dihubungi dan nggak ada di kelasnya. Gue rasa lo butuh orang buat nemenin lo sampai rumah,” jelas Daffin. “Gue tahu pikiran lo lagi kacau. Sebagai teman gue merasa punya kewajiban buat nolongin lo.”

   Kernyitan di dahi Yora perlahan menghilang. Ia mendengus dengan keras.

   “Apapun alasan lo, lebih baik lo keluar,” titahnya lagi. Bukan Daffin namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia balik memandang Yora yang menyorotnya tajam. “Daffin gue mohon.” Suara Yora tiba-tiba melunak, Daffin bisa melihat Yora sudah sangat lelah. Meskipun keangkuhannya membuat ia masih bersikeras menutupi semua lelah dan beban yang ia punya.

If You Know Me [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang