BAGIAN LIMA

2.3K 181 43
                                    

BAGIAN LIMA

Tak apa, kali ini biarkan aku terluka. Jika lukaku dapat membuatmu sekhawatir itu, aku rela terluka setiap waktu.

---

   YORA tak pernah berniat untuk membalas sapaan yang teman-teman, kakak kelas, atau adik kelas lontarkan padanya. Setiap hari ia akan mencoba berpura-pura tuli dan buta. Hal itu membuatnya semakin merasa bahwa semua orang itu munafik. Mau berteman dengannya karena ia populer dan pintar, mau menjadi kekasihnya karena ia cantik, mau menyapanya supaya ia anggap baik. Manusia kadang memiliki alasan yang terkadang tidak bisa diterima untuk menjalin hubungan dengan kita. Karena sejatinya pasti ada alasan untuk setiap hal yang tidak beralasan di dunia ini.

  Setelah sampai di kelas, Yora segera beralih menuju kursi miliknya dan meletakkan tasnya di atas meja. Ia menyambungkan earphone ke ponselnya lalu menyangkutkan benda itu ke telinganya. Dan ia pun kembali melanjutkan menonton film yang sempat tertunda karena semalam ia ketiduran.

  Audrey, perempuan cantik yang dari dulu ingin bersahabat dengan Yora, langsung menarik kursinya mendekati Yora. “Lo nonton film Miss Peregrine's Home for Peculiar Children juga? Gila sih Jake ganteng banget,” jerit Audrey membuat Yora mendengus dan membesarkan volume ponselnya.

  “Eh iya, tumben lo telat? Biasanya dateng pagi-pagi terus,” tanya Audrey mencoba mengakrabkan diri saat Yora tak menanggapi seruannya.

   “Ketiduran,” jawab Yora singkat tanpa memalingkan wajah dari ponselnya.

   “Lo nggak sarapan pasti, kantin aja yuk. Mumpung jam-nya Bu Reren, Ms. Right pasti telat, gue jamin,” kata Audrey percaya diri dengan tebakannya. Bukan sekedar tebakan, hal itu bahkan sudah menjadi kebiasaan seorang guru yang bernama Reren. Guru muda dan cantik itu pasti akan terlambat untuk kesekian kalinya saat jam pertama. Dengan alasan rumahnya jauh dari sekolah.

   Yora mengangguk lalu mematikan ponselnya dan beralih menuju kantin bersama Audrey.

   Di kantin, Daffin dan teman-temannya masih duduk dengan santai tanpa memedulikan bel masuk sudah berbunyi sejak tadi. Mereka tahu bahwa guru yang mengajar mereka pagi ini izin karena ada acara keluarga. Mereka hanya diberi tugas dan hal itu bukan masalah besar selagi Daffin bersama mereka. Daffin adalah harta. Bagi teman-temannya, Daffin akan sangat berguna jika ada latihan dah ujian. Namun teman-teman Daffin bukan teman yang hanya ingin memanfaatkan kepintarannya saja, mereka juga saling membantu jika ada salah satu dari mereka yang menghadapi kesulitan.

   "Fin," Adry menyenggol bahu Daffin—mengisyaratkan bahwa ada seseorang yang harus ia lihat. Daffin pun mengangkat kepala, saat itu Yora juga tak sengaja meliriknya. Tatapan mereka bertemu sesaat. Daffin benar-benar merasa sesuatu tengah terjadi di hatinya.

   Ia merasakan perasaan itu.

   Daffin menyukai Yora. Ia mengakui hal itu. Teman-temannya pun tahu. Daffin merasa bahwa ia harus bergerak untuk mendapatkan Yora. Namun di sisi lain, bayangan Yora dan Mike yang sedang berpelukan kembali menggerogoti pikirannya. Namun, karena kejadian beberapa hari belakangan yang melibatkannya dan Yora, Daffin merasa ia harus meminta maaf dengan benar. Ia tidak ingin dianggap buruk oleh perempuan yang ia suka.

   Teman-teman Daffin yang dari tadi menyuruhnya untuk mendekati Yora pun melirik Yora dan dirinya secara bergantian. Mengisyaratkan bahwa waktunya Daffin menghampiri gadis itu.

If You Know Me [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang