“Kalo lo serius, pepet dia terus. Cewek-cewek modelan Yora nggak akan jatuh cinta duluan. Dia tuh dikejar dulu, nanti seiring kalian dekat, baru dua bakal suka sama lo. Ingat istilahnya, cinta datang karena terbiasa.” Daffin terus mengingat perkataan Farid yang notabene-nya adalah seorang lelaki yang sudah melalang buana di dunia percintaan. Memiliki mantan pacar lebih banyak daripada banyaknya mantan presiden Indonesia.

   Setelah benar-benar yakin, Daffin bangkit dari kursi lalu berjalan mendekati Yora, melihat hal itu teman-temannya lantas menatap punggung Daffin dengan bangga. Seakan Daffin akan melakukan sesuatu yang akan menyelamatkan dunia.


   Sekarang Daffin berada satu meter di belakang Yora, ia menghela napas lalu melangkah mendekat. Sampai ia tidak menyadari bahwa Yora juga berbalik, dan seketika jarak yang membatasi mereka sedikit terbunuh.

  Melihat Daffin tepat di depan tubuhnya, Yora lantas mengerutkan kening. Tentu saja ia ingat dengan lelaki ini. Tapi hari ini ia tidak dalam mood ingin memaki orang lain. Yora menatap Daffin yang juga memandangnya. "Sorry?" kata Yora, mengisyaratkan sebuah kalimat menyuruh Daffin pergi dari hadapannya.

   Daffin yang sadar bahwa ia menghalangi langkah Yora lantas menyeret kakinya ke samping. Melihat yang dilakukan Daffin, lantas teman-temannya menepuk jidat. “Daffin, Daffin,” kata mereka serempak, maklum.

  Karena telah diberi jalan, Yora segera melangkah diiringi Audrey yang tersenyum canggung melihat tingkah Daffin terhadap Yora. Seketika ide busuk meluncur di pikiran Audrey, sehingga dengan cepat tanpa pikir panjang ia menyenggol lengan Yora yang sedang memegang semangkuk bakso. Secepat senggolan yang diberikan Audrey, secepat itu pula bakso yang dipegang Yora tumpah ke samping, tepat di depan Daffin dan mengenai telapak tangan dan tubuhnya.

  Maksud Audrey hanya membuat Yora dan lelaki itu bersentuhan, namun yang dilakukannya malah lebih buruk daripada itu. Mereka semua kaget bukan main. Daffin memundurkan langkah sambil meringis kepanasan. Tangannya dikibas-kibaskan di udara, seragamnya kotor dan tangannya mulai memerah.

   Yora tak menghirau pecahan mangkok yang berserakan di lantai kantin, perhatiannya teralihkan oleh Daffin yang meringis menahan perih karena tertumpah kuah bakso yang ia pegang tadi. Perempuan itu dengan cepat meraih lengan Daffin dan menariknya berlari menuju toilet.

  Teman-teman Daffin sudah berdiri—berniat menolong lelaki itu—namun karena melihat Yora sudah bergerak lebih dahulu, mereka lantas mengurungkan niat. Sepersekian detik kemudian, suara salah satu guru piket membuat seluruh murid yang ada di kantin kocar-kacir. Pria berusia empat puluh tiga tahun itu menghampiri kantin dengan tampang ganas. Jika bertemu dengannya, bisa dipastikan destinasi selanjutnya adalah ruang BK dan dihadiahi surat panggilan orang tua.

   Mereka dengan cepat meninggalkan kantin tanpa menghiraukan panggilan penjaga kantin karena makanan yang belum dibayar.

  Audrey yang melihat semua orang berlari meninggalkan kantin lantas ikut berlari, sebelum itu ia berbalik dan berteriak ke penjaga kantin.

  “Entar saya bayar, Mas. Inget aja muka imut saya.” Mendengarnya Mas Jono lantas menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas pasrah.

  Di tempat lain dengan Yora menarik tangan Daffin, hal itu membuat perih yang menjalari tangannya berkurang, sentuhan yang tak pernah Daffin bayangkan akan terjadi. Di depan ia melihat wajah panik seorang Yora sambil terus berjalan tergesa menuju toilet. Dan sesampainya di depan toilet, Yora malah berhenti. Mata gadis itu mengamati tanda yang ada di atas pintu, menandakan bahwa itu adalah toilet perempuan. Daffin terkesiap, ia melirik Yora yang kini juga meliriknya, seakan mengisyaratkan nggak pa-pa, ya? Daffin menggeleng patah-patah, melihat respons Daffin Yora melotot lalu menarik tangan lelaki itu secara paksa tanpa mengindahkan protes yang dilontarkan Daffin. “Seriously?”

  “Kalo ada orang gimana?“ tanya Daffin panik, sebelah tangannya masih memegang daun pintu dengan erat, enggan untuk masuk lebih dalam.

  “Anyone here?” teriak Yora, tapi tidak ada seorang pun yang menyahutinya. “Look, nggak ada orang, jangan parno. Tangan lo perlu disiram air, sini!” Yora kembali menarik tangan Daffin untuk masuk, dengan pasrah Daffin melangkahkan kaki ke tempat keramat bagi lelaki ini.

   Lalu ia membiarkan Yora menyiram tangannya dengan air di wastafel. Ada guratan cemas saat Yora melihat tangan Daffin, hal itu malah membuat Daffin tersenyum kecil. “Gue nggak sengaja.” Daffin menoleh, lalu mengangguk.

  Setelah mengaliri tangan Daffin dengan air, Yora menghela napas. “Lo perlu ke UKS, tapi sebelum itu lo ganti baju,” ucap Yora, ia melangkah keluar diikuti oleh Daffin di belakangnya.

  “Lo balik aja ke kelas, gue bisa sendiri kok.” Daffin tersenyum, melihat senyum itu lantas Yora mengalihkan pandangan.

  “Ini salah gue,” Yora berkata. “Udah ayo!” ajak Yora sembari melirik Daffin yang berada di sampingnya. Yora benar-benar merasa bersalah, ia tidak tahu apakah Audrey melakukan hal itu dengan sengaja atau tidak. Tapi mengobati Daffin adalah tanggungjawabnya.

   “Yora.”

  Mendengar namanya dipanggil, Yora berhenti melangkah. Ia berbalik lalu mengernyitkan dahi. “Kenapa?”

  Daffin menunduk, lalu mengangkat kepala kembali. “Makasih, gue bisa sendiri.”

  Yora menatapnya bingung, tapi akhirnya Yora mengangguk ragu. Ia bukan tipe orang yang akan memaksa jika orang itu tidak menginginkan apa yang ingin ia lakukan. “Sekali lagi, maaf.”

  Daffin tersenyum mendengarnya, melihat senyuman itu Yora jadi sedikit terbius. Jika dilihat-lihat, Daffin sangat manis jika sedang tersenyum.

   Apa tadi Yora memuji Daffin?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Apa tadi Yora memuji Daffin?

   Ah, apa-apaan itu.

  “Anggap aja itu balasan karena gue udah numpahin jus jeruk ke seragam lo,” Daffin kembali tersenyum. “Walau kelihatannya nggak adil.”

  Yora meringis, ia pamit untuk duluan pada Dafin. Lelaki itu lantas tersenyum dan mengangguk. Ia terus tersenyum, mengingat perempuan yang ia sukai sangat mengkhawatirkannya, walaupun tidak terlihat secara nyata.

  Tapi kenapa Daffin menolak Yora mengobatinya? Itu akan jadi sangat romantis, seperti di drama Korea tontonan adiknya.

   Sial. Daffin salah langkah!


🐾🐾🐾

If You Know Me [ TELAH TERBIT ]Where stories live. Discover now