Part IX

6.1K 442 68
                                    

--- Rival


Dia menatap dibalik gelap dengan pedang terhunus dan emosi meluap. Entah bagaimana dia bisa masuk kesana. Cahaya kebencian seolah telah memenuhi otaknya.

" Aku harus membunuhmu!" Ucapnya lirih mengayunkan pedangnya diudara. Dan...

" Crashh." wajahnya berubah menjadi pucat.

" Bagaimana bisa?" Cekatnya saat menyadari korban yang hendak ia tebas berhasil menahan pedangnya. Padahal beberapa detik yang lalu ia sangat yakin, Pangeran Mikaila masih tertidur lelap. Bagaimana bisa dia begitu cepat menggapai pedangnya dan menangkis serangan seperti itu?

" Saat kau belajar mengayuh pedangmu aku sudah membunuh ratusan orang sepertimu Pangeran Zollaries." Ucapnya membuka mata.

Benar, Zolla yang tengah emosi berusaha membunuh Mika dalam tidurnya. Namun.. kita lihat apa yang terjadi

" Kletak" Pedangnya terhempas ke lantai.
Mika berusaha duduk lalu kembali menyarungkan pedangnya. Pemuda itu tersenyum dalam gelap.

" Apa yang membuatmu begitu ingin membunuhku hmm?" Ucapnya tenang seraya mengusap rambut gelapnya santai

Sementara itu..


Pangeran Zolla menyeka keringatnya.

" Klek" Lampu menyala.

Dalam sekejab, Mika telah berada disisi pintu menyalakan lampu.

Bagaimana mungkin??
Secepat ini?

" Kenapa pangeran?" Senyum Mika tenang seolah tanpa dosa.

Zolla menarik napas panjang.

" Karna aku membencimu. Aku ingin kau mati. Siapapun yang menjadi penghalangku harus mati" Tekannya emosi.

" Hahaha!" Mika tertawa sembari bertepuk tangan seolah ucapan Zollaries adalah lelucon baginya. Membuat Zolla semakin memicingkan mata birunya kesal.

"Apa tujuanmu sebenarnya Iblis? Aku tidak tahu apa yang kau lakukan pada Alice. tapi, jika ada yang akan dia pilih untuk menjadi raja disini. Maka itu adalah Aku!!" Pangeran Zolla mengeraskan rahangnya.
Terlihat jelas dari leher putihnya, otot ototnya menegang

" Ckckck pangeran. Kau salah memilih musuh, kalau aku mau. Aku bisa membunuhmu sekarang juga dengan satu tangan!" Ucap Mika membuat Zolla naik pitam.

" Brengsek!" Kesalnya meraih pedangnya kemudian hendak berlari menghunuskannya pada Mika.

Namun..

Deg

Deg

Deg

" Sebaiknya kau pulang dan tidurlah dengan nyenyak pangeran." Bisiknya.

Zolla tersentak, pedang yang ia pegang terhempas seketika. Lututnya gemetar, bagaimana mungkin..??
Dia bisa begitu saja berada dibelakang Zolla dan entah sejak kapan mengalunginya dengan ujung tajam pedangnya dileher sang pangeran yang sudah mulai ketakutan itu.

Zolla berkeringat dingin.

" Dengar baik baik. Aku, Mikaila Alexsander bukan seperti apa yang kau pikirkan diotak kecilmu itu. Saat usiaku 17 tahun. Aku membunuh ayahku sendiri atas perintah kakakku, aku datang kesini hanya untuk menjadi raja dan membuat Alicemu menderita. Apa kau pikir aku mencintainya? Hahahahaha bagiku dia hanyalah batu loncatan. Dan dengar baik baik, jika kau berani mengangkat pedangmu lagi padaku. Aku janjikan, kematian yang lebih keji padamu. Aku akan memberimu kesempatan hidup Zollaries, agar kau bisa melihat pernikahanku besok dan mengubur mimpimu dalam dalam." Tekan Mika lalu perlahan menggores sedikit kulit leher Zolla membuat pemuda itu tercekat menelan ludahnya

The Black Shadow (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang