Part VI

6.8K 410 28
                                    

Bising---

Langkahnya terhenti didepan taman. Hiruk pikuk kematian perdana menteri pagi itu menghebohkan istana Armagius. Bagaimana bisa perdana menteri yang menjabat selama 17 tahun disana dengan banyak prestasi membunuh dirinya sendiri tanpa sebab?
Suasana gaduh dimulai saat pelayan pribadi sang perdana menteri menemukan mayat tuannya dengan lidah menjulur tergantung dilampu kristal ruangannya. Apakah dia stress? Atau terlalu mabuk?

Namun, sebuah suara lain yang membuat langkahnya terhenti, bukanlah kegaduhan itu. Melainkan...

Tatapan ambernya terarah pada sosok yang menangis di sudut taman sana. Perlahan, dia, Mika... melangkahkan kakinya kesana. Seorang anak kecil dengan tubuh kotor dan lutut berdarah terduduk seraya menangis. Anak itu menatapnya sekilas lalu kembali menangis. Vallen bisa melihat lututnya berdarah dan ada bekas cakaran dibeberapa bagian tubuhnya.

" Kau kenapa?" Tanya Mika dengan raut tak suka. Anak itu hanya menangis tak perduli

" Kenapa anak sekotor dirimu menangis ditempat ini? Apa kau tersesat?"
Sekali lagi anak itu menatapnya

" Hati hati kalau bicara, kelak aku akan menjadi raja!!" Celetuk anak itu membuat Mika mengangkat alisnya.

" Siapa kau?" Tekan Mika

" Anthonius, aku adik dari prajurit hebat disini!! Albertus!! Dan kau paman .. antarkan aku kesana! Kau lihat kan kakiku terluka!! Saat aku bermain ada anjing yang mengejarku sampai aku terjatuh!" Oceh anak itu membuat Mika menarik napas.

" Kau terlalu kotor. Aku tak akan menyentuhmu!" Senyum Mika sinis lalu berdiri. Namun...

" Paman!!" Anak itu menarik tangannya membuat alis Mika
berkedut. Pemuda itu menoleh hendak menghempas tangan kotor Anthonius. Namun..

" Tolong aku.. aku lapar!" Air mata anak itu meleleh turun. Sejenak wajah memelas anak kecil didepannya membuat Mikaila terdiam kaku. Hingga..

" Naiklah!"

" Eh??" Anak itu tercekat saat paman songong didepannya tiba tiba memutar badannya dan berjongkok didepannya. Meminta anak itu naik kepunggungnya.

" Cepat. Aku akan mengantarmu pada ibu dan kakakmu, naiklah!" Ucap Mika sangat berbeda dengan ketegasan yang ia tunjukkan tadi. Wajah Anthonius langsung berbinar, anak itu bergegas menaiki punggung Mika dan mengalungkan tangan kotornya keleher pangeran ke II Kerajaan Albus itu.



***

" Ratu, tenanglah.. entah apa yang ada dipikiran perdana menteri. Tapi yakinlah semua ini akan berakhir." Hibur bibi Helen mengusap punggung tangan Ravega yang masih mematung diruangannya. Albertus yang berada disana pun merasa prihatin.

" Apakah kejadian di Aula membuatnya sakit hati bi? Aku sangat menyesal telah melontarkan nada keras padanya. Selama ini dia sudah membimbingku." Lagi lagi air mata Ravega menetes

" Yang mulia tenanglah... mungkin perdana menteri tengah mendapat tekanan lain. Atau mungkin..." Ucapan Albertus terhenti. Apakah ini saat yang tepat membuat Ravega sadar kalau Vallennyalah yang membunuh Perdana menteri.
Melihat kebungkaman Albertus, Ravega mengernyitkan alisnya

" Mungkin apa Albertus? Katakanlah!!" Ucapnya sedih. Albertus menarik napas panjang lalu menatap wajah cantik Ratunya.

" Mungkin saja ada yang sengaja melalukan ini pada Perdana Menteri." Lanjut pemuda berambut pirang itu membuat Ravega tercekat.

The Black Shadow (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang