11. Buta

2K 166 4
                                    

Padahal, saat ini kebahagian yang aku cari, bukan rasa sakit hati dan bersalah. Aku tahu, jika kamu kamu masih mencintai orang yang berada dimasa lalumu itu, tapi sadarkan kamu? Jika orang itu adalah diriku.

-Rianli Nathan

...

Pandangan Ali tak lepas dari pintu ruang UGD. Sekali-kali ia mengacak rambut karena frutasi. Silla, sang ibunda Prilly sekali-kali menatap ke Ali dengan tatapan iba.

"Semua ini gara-gara gue!" Petik Ali membuat Silla yang tadinya menunduk sibuk berdoa, segera menoleh kearahnya.

Tangan Silla kini mengelus punggung anak muda itu dengan penuh kasih sayang. "Ini bukan salah kamu, Li. Ini adalah takdir"

"Di sini tidak yang salah, sebagai manusia kita hanya bisa menjalani hidup kita layaknya air terjun, yang mengalir deras. Kita hanya tinggal menunggu takdir yang akan mendatang.

Dan bunda harap, Prilly akan segera peka denganmu. Prilly saja yang selalu memikirkan masa lalunya, sampai-sampai ia tak menyadari orang yang sekitarnya adalah bagian dari masa lalunya.

Bunda yakin jika suatu saat nanti Prilly akan menyadari siapa dirimu sebenarnya." Jelas Silla.

Beberapa menit setelah Silla berucap pintu IGD terbuka. Refleks, Ali maupun Sila segera berdiri dan menghampiri dokter yang memeriksa Prilly.

Raut wajah Firman, tampak sangat bersedih. Ali yang melihat raut wajah itu, seketika firasatnya tak enak. Ternyata bukan hanya Ali tapi Silla pun juga begitu.

Firman menghembuskan nafas dengan kasar, ia tak sanggup mengatahkan sebenarnya pada sang kakak ipar. "Mata kiri Prilly mengalami kerusakan sangat parah akibat tertusuk beda tajam dari bagian depan truk. Kita harus melakukan operasi secepatnya agar mata kanannya tak ikut rusak. Jadi apa kakak, bersedia melakukan operasi?"

Ali terkejut mendengar kabar tersebut. Punggungnya ia sandarkan di tembok, ia mengacak rambutnya. Ia semaki tambah frutasi.

Sedangkan Silla, tak bisa menyembunyikan terkejutnya. Dengan masih dalam kepanikkan, Silla menganggukkan kepalanya. "Lakukan secepatnya, Fir!" Tegasnya.

...

Ali mengenggam tangan kanan Prilly. Sudah sehari ia berada di rumah sakit. Ia bahkan belum sama sekali menganti pakaian semalam. Ia terlalu sibuk memikirkan Prilly.

Ali memegang tangan kanan Prilly dengan kedua tangannya. Sekali-kali is mengecup tangan Prilly. "Maaf, maaf"

Ali menundukkan kepalanya, ia tak berani menatap wajah Prilly. Jika ia menatap wajah itu apa lagi bagian matanya yang tertutup oleh perban, pasti perasaan bersalahnya akan bertambah.

"Nathan..." Kata seseorang dengan khas suara orang baru sadar. Refleks, Ali mengangkat kepalanya, matanya fokus kearah suara itu.

Baru saja Ali ingin berucap, Prillt memotongnya, "Nat, kok gelap, sih? Oh pasti kamu mau kasih surprise buat aku."

Ali kembali menundukkan kepalanya, ia tak mampu berucap. Ia hanya bisa menangis dengan diam-diam.

"Nat, kok kamu diem aja? Kira-kira tempat surprisenya masih jauh?"

Bahkan gadis itu tak menyadari jika dirinya baru sadar dari operasi.

Klek

Pintu terbuka.

Silla memasuki ruang inap Prilly dengan membawa bungkus makanan. Namun, tiba-tiba saja bungkus itu terjatuh ke lantai saat mata Silla melihat, sang putri telah sadar.

"ASTAGA! Prilly! Kamu udah bangun?!" Silla berlari mendekati Prilly. Silla berdiri disamping Ali. Tangannya mengelus rambut sang putri.

Sedangkan Prilly, ia masih sibuk mencari keberadaan sang bunda. "Bun, bunda dimana?"

Deg.

Seketika Silla teringat sesuatu. Mata Prilly tertutup oleh perban. Dan kemungkinan putrinya itu akan buta.

Silla memecet tombol darurat yang berada di tembok dekat ranjang Prilly "Prilly, diam aja. Jangan banyak bergerak. Tunggu om Firman datang"

Prilly pun menuruti permintaan sang bunda, walaupu ia sebetulnyabingung apa yang sebenarnya terjadinya. Bukannya Nathan sedang menyediahkan surprise buat dirinya, Pikir Prilly.

Tak lama kemudian. Firman datang bersama seorang suster. Firman berdiri disamping kiri Prilly. Ia menatap iba kepada sang keponakkan. "Prilly"

Dengan indra pendengarnya. Prilly dapat tau jika om-nya itu berada di samping kirinya. Prilly menoleh ke kiri. "Om Firman" Panggil Prilly.

Firman hanya mampu memberikan senyuman paksanya. Matanya telah berkaca akibat menahan air matanya. "Prilly, kamu tau apa yang terjadi dengan kamu?"

Prilly menganggukkan kepalanya. "Prilly 'kan, lagi dikasih surprise sama Nathan."

"Prill, kamu buta" Ujar Firman to the point.

Prilly yang mendengar ucapan Firman, segera menggelengkan kepalanya. Ia berharap jika dirinya salah mendengar.

"Enggak om pasti bohong!"

Prilly merain tangannya mencoba mencari seseorang, "Nat, kamu lagi kasih surprise buat aku 'kan? Ini pasti dari bagian skenario kejutan dari kamu?"

Tak butuh waktu lama, Ali segera memeluk Prilly. Ia berusaha menenangkan Prilly. Ia tau, jika saat ini, Prilly membutuhkan pelukan darinya.

Prilly membalas pelukkan Ali.

"Nat, jawab aku"

Akhirnya dengan terpaksa Ali menjawab, "Kita enggak ada membuat surprise sama sekali. Ini semua adalah, kenyataan. Dan aku-- sebenarnya bukanlah Nathan. Aku Ali"

Prilly terdiam. Kemudian ia mendorong tubuh Ali dengan kasar. "KALIAN SEMUA BOHONG!"

"Prill"

"TINGGALKAN AKU SENDIRI!"

...

Halo ani kembali...
Maaf kalau feel nya enggak dpt. Soalnya, ani udah ketik tadi malam sampe tengah malam lagi., tapi pas tadi di buka, Malah ke hapus filenya. Wattpadnya memang lagi error.

Oke jangan lupa vote. Enggak bakal buat kuota habis. Oke kalau ada typo. Maaf. Ani ketiknya cepat. Satu jam baru selesai diketik.

Oke ani pamit dulu. Bye...

Salam

Mrs. Lupa ingatan

Palu, 19 Mei 2016

One Year LaterWhere stories live. Discover now