19. Digerogoti Cemburu

67.2K 3.7K 171
                                    

marvin on mulmed

****

Panas terik menghantam kulit Rachel dan Marvin. Kini mereka baru saja berangkat menuju Starbucks dengan motor milik Marvin, dan Evan baru saja masuk ke sekolah Rachel. Rachel tak sadar dengan motor besar Evan yang melaju melewati dirinya. Alis Evan bertautan, itu Rachel sama siapa?

Hatinya mulai memanas. Ia memberhentikan motornya dan memanggil salah satu cowok SMA dengan kaca mata bulat, berpenampilan culun. Cowok itu dengan takut menghampiri Evan yang berpenampilan seperti tukang begal--jaket kulit hitam, motor besar hitam, helm hitam, badan berotot.

Evan membuka kaca helm nya, menampilkan mata tajam beraura marah, "Lo tau siapa dia?" Evan menunjuk motor milik Marvin yang belum jauh dari sana, "He em, kenapa mas?"

"Siapa namanya?" tanya Evan senga.

"I-itu yang nyetir namanya Marvin, kalo cewek namanya Rachel. Ke-kenapa mas?" tanya cowok itu takut-takut.

"Bukan urusan lo." Evan menutup helm nya, ia ingin mengegas motornya namun terhenti saat cowok itu terlihat ingin berbicara, "Mas, tolong jangan begal mereka ya, kasian mereka! Apa lagi si Rachel itu, anaknya polos banget, jangan diapa-apain ya mas!"

Ini anak gila ya? Pikir Evan "Heh, siapa yang mau begal mereka? Minggir lo." Cowok itu langsung mengatupkan mulutnya dan minggir dari hadapan Evan. Evan pun langsung melaju cepat.

Sesampainya di Starbucks, Evan tak langsung memarkirkan motornya di sana. Sengaja, agar Rachel tak segera mengenalnya. Begitu Rachel dan Marvin masuk, Evan pun memarkirkan motornya.

Setelah memesan minuman dan sebagainya, Rachel dan Marvin memilih tempat duduk yang nyaman untuk belajar. Segera Marvin dan Rachel mengeluarkan buku mereka masing-masing.

Sementara Evan memperhatikan mereka dari jauh. Ia duduk di salah satu kursi di sana sambil meremas kertas bon, atau apa saja di sekelilingnya. Untung saja Rachel tidak menyadari kehadirannya. Kecemburuan sudah menggerogoti pikiran dan hatinya. Rasanya ia ingin membentak Marvin dan menghajarnya detik itu juga, namun ia tahan. Emosi tak menyelesaikan segalanya.

"Yang mana yang gak ngerti?" tanya Rachel lalu menyeruput chocolate caramel favoritnya.

Marvin menyengir "Semuanya hehe. Kita belajar dari soal latihan yang dikasih Bu Grace aja ya?"

Rachel terdiam, tampak berpikir, "Hm, jangan deh. Mending kita belajar dari soal-soal latihan yang ada di buku. Nah, nanti malem, lo kerjain soal-soal latihan yang dikasih Bu Grace. Kalo kita belajar soal-soal latihan itu sekarang, lo pasti udah lupa lagi nanti. Gimana?"

Marvin mengangguk menyetujui "Bener juga sih. Tapi kalo nanti malem gue gak ngerti, gimana?"

"Kan lo bisa Line gue." Ujar Rachel lalu tersenyum.

"Oh iya ya hehe." Lumayan buat pendekatan juga, batin Marvin.

"Oh ya, yang lain kemana?" tanya Rachel dengan wajah polosnya. Marvin langsung mengusap tengkuknya, mencari-cari alasan.

"Hmm, anu, tadi pas gue cek Line, mereka baru ngabarin kalo mereka gak jadi ikut. Sorry baru bilang. Gak apa-apa kan kita berdua aja?" tanya Marvin, berharap Rachel tidak marah.

Rachel mengangguk lalu tersenyum "Iya gak apa-apa kok. Ya udah mulai sekarang ya." Marvin pun tersenyum. Sementara tisu yang Evan pegang sudah ia remuk sedari tadi, bahkan beberapa sudah ada yang sobek-sobek. Rasanya jari-jari besarnya ingin ia kepalkan dan daratkan di wajah mulus Marvin. Benar-benar menyebalkan!

Empat puluh lima menit sudah terlewat, Evan masih memandangnya dari jauh. Pandangannya pun menangkap sesuatu, membuatnya semakin geram-Marvin memegang tangan Rachel-segera saja ia berdiri dari tempatnya dan dengan langkah kesal menghampiri meja Rachel.

Meet a PlayboyWhere stories live. Discover now