8

19.1K 1.7K 335
                                    

BAB VIII

Jongin fokus mengemudikan mobilnya dan sesekali ia melirik kearah pria kecil disampingnya yang terlihat senang. Sudut bibir Jongin tertarik membentuk sebuah senyuman. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan saat Jiwon menatapnya. Jiwon adalah putranya bersama Kang Seulgi.

"hey ku perhatikan sejak tadi kau terus tersenyum." Tegur Hyohyeon saat menangkap Gelagat aneh pada Jongin

"maaf." Ucap Jongin .

"kurasa kau benar-benar gila sekarang." Hardik Hyohyeon pada adiknya lagi.

"tidak... bukan seperti itu . Anak itu terus melihat ku dan aku malu." ucap Jongin.

"kau sepertinya benar-benar menyukai Taeoh." Ucap Hyohyeon.

"ya kurasa." Jawab Jongin.

"alasan memanggilmu Appa, karena ia tidak pernah bertemu dengan Appanya." Jelas Hyohyeon.

"ha? Pria Jahat mana yang menterlantarkan anak seperti Taeoh." Ketus Jongin. Sebenarnya Jongin merasa ia sedang mengatai dirinya sendiri. Ia juga telah menterlantarkan seorang anak dulu, atau bisa di di bilang lebih Jahat dari itu, Anak itu terbunuh sia-sia, karena ke bodohan Jongin sendiri.

"Dia datang pada malam hari, dan meminta pekerjaan pada Minseok. Ku pikir ia hanya gadis putus asa yang membutuhkan uang untuk bersenang-senang." Ucap Hyohyeon bercerita.

"Tapi aku salah, esoknya ia datang bersama Taeoh." Tambah Hyohyeon.

"saat itu aku menyadari satu hal, jika anak itu sangat mirip dengan mu, aku ingin mengirimkan fotonya pada mu, tapi kubatalkan." Ucap Hyohyeon

"dan yang teramat membuat hati ku sakit adalah saat ia meninggalkan anaknya di taman depan caffe dan ia bekerja di caffe ku." Hyohyeon mengusap rambut Taeoh.

"aku mengatainya ibu yang tega, dan ia hanya tersenyum."

"dia benar-benar tega telah meninggalkan Taeoh sendirian." Ucap Jongin. Ada perasaan kesal dan ingin marah namun tertahan. Hati Jongin terasa berdenyut.

"kau juga mengatainya tega. Dia hanya tak ada pilihan. Sungguh tak habis pikir bagaimana ada seorang pria menginggalkan wanita dalam keadaan hamil." Ucap Hyohyeon.

Jongin terdiam. Kata-kata kakaknya menancap tepat di jantungnya. Ia tersinggung jelas sekali.

"tapi mungkin saja juga laki-laki itu tidak ada pilihan. Ya selain meninggalkan ibu Taeoh." Ucap Jongin ragu. Sama halnya dengan dirinya dulu yang tak ada pilihan lain .

"seorang laki-laki itu harus tegas pada kehidupannya, bukan tak ada pilihan ia pasti hanya seorang pengecut sialan yang sangat kejam." Hyohyeon seakan terbakar.

Kembali Jongin tercekat parah untuk kesekian kalinya karena ucapan kakaknya sendiri. Seolah kakaknya itu sedang mengatai adiknya.

"jadi, tetap biarkan saja ia memanggil mu Appa. Tak ada salahnya kan? Taeoh sangat manis . Dan ia pasti merindukan Appanya." Jelas Hyohyeon.

"ne, aku tak masalah di panggil Appa olehnya, aku juga sudah terbiasa di panggil Appa. Dan Entah kenapa aku lebih suka saat dia memanggil ku seperti itu." Balas Jongin tersenyum.

Ia merasa suka dan nyaman dengan panggilan itu, jika ia tidak menjadi pria yang kejam mungkin Anaknya akan sebesar Taeoh. Lucu serta meenggemaskan. Terlebih ia takan kehilang wanita tercintanya seperti saat ini.

"nunna, aku sedikit penasaran dengan wanita yang menjadi ibu Taeoh." Ucap Jongin.

"ahh dia sangat cantik. Ku pikir ia seumuran dengan mu." Jelas Hyohyeon.

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang