Section 10 - You Know What?

Zacznij od początku
                                    

For God's sake. Aku mengerang kesal. "Just spill it out, Sherlock."

"Clarissa hamil," jawabnya secepat mungkin.

"What?" tanyaku tidak percaya.

"Clarissa hamil, kak. Pacarku hamil," ujarnya lebih lantang dan jelas, berjalan mendekatiku. "Hamil. Ha – mil. H – A – M – I – L." Dia mengulanginya sekali lagi seolah-olah aku tuli.

"Oke. Aku sudah mendengarnya. Itu kabar baik, oke? Aku turut senang untukmu dan Clarissa, sungguh," ujarku menepuk bahunya pelan. "Tapi... apa kau sudah memberitahu papa dan mama?" tanyaku.

"Ya. Itu kabar buruknya. Aku tidak berani memberitahu mereka berdua sendirian. Kau tahu. Aku sering asal ngomong dan terkadang tidak menggunakan otakku ketika berbicara dengan orang lain."

"Kau pikir aku tidak sepertimu?" tanyaku bingung.

"Yeah, paling tidak kau sudah sering menghadapi orang. Kau tahu, kau sudah tua dan pengalamanmu lebih banyak dariku."

Tua? Apa dia menyebutku tua? Berapa jarak umur kita sih memangnya? "Kau butuh bantuanku untuk memberitahu kabar itu pada mama dan papa?" tanyaku mulai mengerti kenapa Specer memberitahu hal itu padaku.

Dia tersenyum lebar sambil memberikan puppy eyes andalannya padaku.

Oke. Sorry saja. Tidak akan berhasil padaku. Namun sebagai kakak yang baik, bukankah aku seharusnya membantu adikku? Aku menghela nafas panjang. "Oke. Aku akan membantumu memberitahu papa dan mama. Kita cari waktu yang tepat," ujarku sambil memutar mata kesal, segera keluar dari kamarku.

***

Aku hendak masuk kedalam mobilku ketika merasakan ponsel didalam tasku bergetar. Aku mengambil ponselku dan melihat nama Spencer diatas layar. Aku memutar mata pelan, lalu segera masuk kedalam mobil dan menaruh tasku dijok samping. Aku mengangkat panggilan dari adikku itu.

"Kau dimana?" tanya Spencer terdengar gugup.

Aku tersenyum tipis hanya mendengarkan suaranya. Aku bisa membayangkan dia pasti kebingungan setengah mati sekarang. Sebentar lagi, Spencer sudah bukan Spencer yang dulu lagi, kekanak-kanakan dengan semuanya berada di genggaman tangannya. Dia akan tumbuh dewasa. Dia akan menjadi seorang papa. Mungkin sekarang dia ketakutan karena usianya yang masih 20 tahun, namun aku tahu, aku tahu karena Spencer adalah adikku. Dia bisa menghadapi ini semua.

"Savy? Savy? Savannah Parker? Hello from the other side?" ujar Spencer berulang-ulang hingga aku tersadar dari lamunanku.

"Ya. Ya. Aku didalam mobil, oke? Aku sedang dalam perjalanan kerumah," jawabku sambil menyalakan mobilku.

"Cepat berangkat. Aku sudah dalam perjalanan kesana," katanya. Suaranya masih terdengar bergetar.

"Tenang big guy, kita janjian dengan papa dan mama masih 1 jam lagi," kataku sambil memutar mataku kesal. Aku mendengar pintu sampingku dibuka, membuatku langsung menoleh, melihat Jayden Wilson sudah duduk disebalahku. Aku melotot melihatnya.

"Sudah lama aku tidak kerumah, jadi ya, biarkan aku ikut oke?" tanya Jayden santai.

"Siapa itu?" tanya Spencer.

"Kakakmu yang menyebalkan," desisku kesal.

"Mmm... kau?" tanyanya bingung.

Aku memutar mataku kesal. Dia minta bantuanku dan dia menghinaku. Wow. Kau cocok jadi biarawati Savy masih mau membantu bocah tengil ini. "Jayden," jawabku. "Aku matikan telponku oke, aku mau menyetir. Bye!" Aku langsung mematikan ponsleku dan mulai menyetir mobilku.

"Untuk apa hari ini kalian kerumah bibi?" tanya Jayden ketika kami sudah berada ditengah perjalanan.

"Ada hal yang ingin dibicarakan oleh Spencer pada papa dan mama," gumamku pelan, mengigit bibirku. Bagaimana reaksi papa dan mama ketika dia tahu bahwa anaknya itu sudah membuat anak orang hamil?

Wanting My BrotherOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz