#Part 11

7.3K 361 8
                                    

Masih banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam cerita ini, baik dalam segi ejaan, bahasa dan sebagainya. But I hope, you like it. Enjoy..

*****

Lelaki blonde itu tengah berjalan menuju meja yang telah di reservasi keluarga Namikaze.

Orangtuanya terlihat sedang asik bercakap-cakap dengan dua sosok yang membelakanginya, itu kah rekan bisnis penting ayahnya pikir Naruto.

Semakin dekat jarak semakin jelas, ternyata dua orang itu adalah Hinata dan Hiashi Hyuga. Orang yang benar-benar di kenal betul sang pewaris NC tersebut.

"Maaf, aku terlambat" ucap Naruto, mereka pun menoleh memperhatikan lelaki blonde itu yang rapi dengan pakaian semi formalnya tanpa membawa kruk, terlihat wow. Mungkin kakinya sudah membaik.

"Naruto-kun, akhirnya kau datang juga. Duduklah" ujar Kushina, tersenyum hangat.

Dengan santainya Naruto malah menghampiri Hinata yang tengah mengamati lelaki blonde itu malas, ia semakin mendekat dan mendadak begitu saja langsung mengecup dahi gadis bersurai indigo yang mempesona dengan gaun selututnya itu.

Kedua keluarga itupun terkejut akan perlakuan sang putra Namikaze, tak terkecuali dengan Hinata yang mulai merona menahan malu sekaligus kesal.

"Ehem!" gumam Hiashi dengan aura gelap mengelilinginya.

Naruto tidak menghiraukan itu dan segera duduk disebelah gadisnya. Hinata yang jengkel akan kelakuan lelaki itu pun, menendang kecil kaki Naruto yang sebenarnya masih terbalut perban. Lelaki blonde itu hanya terdengar meringis, tak merespon kekesalan Hinata.

"Wah, ternyata gosip itu benar. Berarti sebentar lagi aku memiliki menantu!" teriak Kushina dengan antusias.

"Hiashi sepertinya kita tidak salah menjodohkan mereka" ujar Minato tersenyum penuh makna pada Hiashi.

"Maksud Tou-san?" tanya Naruto, masih kurang paham dengan obrolan para orangtua itu.

"Ya, kami berencana akan menjodohkan kalian. Dan tanpa diduga pula, ternyata kalian telah berhubungan sebelum perjodohan ini berlangsung" jawab Minato berseri-seri.

"Jadi kapan pernikahannya akan dilaksanakan?" ujar Kushina penuh semangat.

"Pe-ern-ni-nikahan?" kaget Hinata, terbelalak tak percaya.

"Ya, semakin cepat semakin baik bukan? Bagaimana jika 3 bulan lagi?" ucap Hiashi tenang.

"Apa itu tidak terlalu cepat Tou-san, a-aku..." iris amethyst itu melirik pada lelaki blonde di sampingnya, seakan berucap 'apa yang harus ku katakan'.

"Bukankah itu tak masalah? apakah ada yang kalian sembunyikan tentang hubungan kalian ini?" selidik Hiashi.

"Tidak masalah, tapi aku dan Hinata masih ingin fokus dengan karir kami" ujar Naruto tenang, meluruskan ucapan Hinata yang terpotong.

"Jika begitu tidak ada yang harus dipermasalahkan bukan, kalian masih bisa berkarir walaupun kalian telah menikah" jawab Hiashi tegas, orangtua Naruto pun mengangguk mengiyakan perkataan sang tuan Hyuga.

"Bagaimana Hinata?" lanjutnya, Hinata hanya bisa mengangguk pasrah tidak tega membantah suruhan ayahnya.

Pasti setelah ini kebebasannya hilang sudah, terjebak dengan pria menyebalkan yang sebenarnya masih ia cintai sejak dulu.

Entahlah, ia bingung harus bersyukur karna doanya terkabul atau malah menyesal. Ah rumit pikir gadis bersurai indigo itu.

"Dan kau Naruto?" tanya Minato begitu serius.

"Baiklah" jawabnya malas.

"Ah Kaa-san sudah tidak sabar, oh iya kapan kalian mengenal satu sama lain?" tanya Kushina penasaran.

"Lalu kenapa kalian menyembunyikan hubungan kalian dari kami?" tambahnya.

"Ya benar, padahal kami juga pasti akan merestui kalian" ujar Minato meminta kejelasan.

"A-anoo, ka-kami.." Hinata panik akan menjawab apa.

"Kami hanya menunggu waktu yang tepat saja, sampai hubungan kami benar-benar pasti " ujar Naruto memotong perkataan Hinata, menatap sekilas wajah gadisnya yang menunduk.

"Oh rupanya begitu, lalu tentang pertemuan awal kalian bagimana?" ucap Hiashi.

"Ya kami bertemu saat di New York" jawab lelaki blonde itu asal.

"Jadi selama setahun ini kau selalu ke NY karna bocah ini?" ujar Hiashi terkesiap.

Hinata yang bingung melirik ke arah Naruto, ia konflik batin harus berbohong atau tidak, Hinata tidak ingin menyakiti hati ayahnya itu.

Memang benar Hinata setahun belakangan ini sering ke NY, tapi hanya untuk refreshing bukan seperti apa yang di tuduhkan tou-sannya.

"Mm, ya begitulah Tou-san" jawabnya agak ragu.

"Ah, dari tadi kita berbincang terus. Lebih baik sekarang kita makan malam" ujar Kushina yang tak henti-hentinya menunjukan wajah bahagianya.

Selesai makan malam, orangtua mereka masih saja asik berbincang. Berbeda dengan Naruto dan Hinata yang hanya saling diam, tidak terlihat keakraban yang di gemborkan di media.

Walaupun begitu, masih saja ada sedikit kemesraan diantara mereka. Terbukti dengan Naruto yang mencoba menggenggam tangan Hinata yang diam di pangkuannya, namun di tepis oleh gadis beriris amethyst itu.

Dengan tampang stoicnya, Naruto hanya berdecih memperhatikan tingkah Hinata yang dalam keadaan mood kurang baik dengan tatapan sebal mengerucutkan bibirnya.

"Sayang, kau seperti ikan kembung" ujar sang lelaki blonde menyeringai. 'Manis, lucu sekali dia. Jika tidak ada para orangtua itu, sudah ku peluk-peluk' lanjutnya dalam hati.

"Yaya, terserahlah" acuhnya meninggalkan Naruto, memilih melangkah menuju sang ayah.

"Tou-san, ojisan, obasan aku tinggal ke toilet dulu" ujar Hinata sopan lalu pergi.

Sekembalinya dari toilet, Hinata merasa ada seseorang yang terus memperhatikannya sedari tadi. Namun ia segera menepis perasaan itu dan mempercepat langkahnya menuju meja.

Beberapa meter lagi ia sampai, terlihat juga Naruto yang sedang memperhatikannya. Mendadak lampu restoran tersebut padam, mulai terdengarlah suara ayahnya yang memanggil dan kegaduhan para pengunjung lainnya.

Hinata yang phobia berusaha melawan rasa takutnya agar tak merepotkan orang lain walaupun tubuhnya sudah gemetar.

Di dalam ketakutannya, tiba-tiba ada seseorang yang membekapnya dari belakang, membawanya dalam sebuah gendongan menjauh dari tempat itu.

Semakintakutlah Hinata, tubuhnya lemas tak bisa melawan dan membendung tangisnya lagi.'Siapa orang ini? Tou-san, Naruto-kun tolong aku' ujarnya dalam hati.

.

.

.

.

.

Thanks, udah sempetin baca ceritanya. See you next part ^^

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang