Part #5

8.7K 469 2
                                    

Masih banyak sekali kesalahan-kesalahan dalam cerita ini, baik dalam segi ejaan, bahasa dan sebagainya. But I hope, you like it.

Punya kuota berlebih? Play video di mulmed biar lebih greget. Enjoy ^^

*****

"Bagaimana Namikaze-san, apakah anda setuju dengan usulan yang saya ajukan?" tanya gadis bersurai indigo itu, setelah menjelaskan pendapatnya mengenai kesepakatan dalam kontrak yang dapat saling menguntungkan kedua belah pihak.

"Baiklah, saya setuju dengan hal tersebut. Senang bisa bekerjasama dengan perusahaan anda, Hyuuga-san" balasnya datar, menjabat tangan sang gadis sebagai tanda sepakat dalam kontrak itu.

"Ya, semoga kerjasama kita berjalan lancar Namikaze-san" balas Hinata suntuk melangkah keluar dari kursinya.

"Dan anda tidak perlu khawatir, kami sangat yakin dapat mengerjakan proyek yg anda beerikan pada kami dengan sangat baik, permisi" sindirnya segera beranjak dari kursi, melangkah keluar cafe tersebut.

Namun baru saja gadis itu hampir mencapai pintu masuk, iris amethystnya menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya harus mengurung niat awalnya untuk langsung pulang ke apartemen.

Kini nampaklah butiran uap air berwarna putih bagaikan kapas yang membeku di udara, dengan teraturnya terus menerus jatuh ke tanah.

Menutupi wilayah sekitar sana, bersamaan suhu yang menjadi semakin dingin seketika.

Keadaan Hinata yang tak membawa sebuah kendaraan hari ini, membuatnya mau tak mau harus berdiam lebih lama lagi di dalam sana, hingga setidaknya salju yang turun lebat itu cukup mereda.

Tak berniat kembali ke tempatnya barusan, Hinata lebih memilih untuk duduk di sudut cafe.

Cukup jauh dengan meja yang dipakai si pemilik iris sapphire itu, yang kini terlihat tengah berbincang dengan dua orang lelaki paruhbaya berjas.

Sebenarnya Hinata cukup penasaran dengan apa yang di perhatikannya sejak tadi, ya tanpa sadar dirinya mengamati si lelaki menyebalkan yang baru ditemuinya tersebut.

Ia heran dengan gerak-gerik para lelaki itu, yang terasa janggal. Tetapi segera di tampiknya, mungkin saja lelaki bersurai blonde ini tengah makan siang dengan client lain.

Lagipula apa urusannya dengan dia, pikir sang gadis sembari menyesap teh yang tersaji di mejanya beberapa menit yang lalu.

Berbeda dengan Hinata yang di landa rasa ingin tau, lelaki pemilik manik sapphire ini tengah menahan gejolak amarah akibat kelakuan dua paruhbaya di hadapannya.

"Namikaze-san, marilah bergabung dengan kami. Saya dengar anda cukup tahu tentang perusahaan Uchiha, sehingga akan menjadi lebih mudah untuk menjatuhkannya" ujar pria berkacamata menyeringai, terus mencoba menghasut Naruto di tengah makan siang mereka.

"Tentunya hal ini akan membuat kita sama-sama menerima keuntungan, selain itu kami pun telah menyiapkan sesuatu yang menarik untuk anda, silahkan dilihat" ucap pria satunya dengan senyum culas, menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat.

"Sorry, I can't do it" jawab Naruto dingin, tetap berkutat dengan makanannya.

"Ayolah, ini pasti akan sangat menguntungkan Namikaze-san" ajaknya, meyakinkan.

"Apa yang dikatakan Zhori-san benar adanya, anda akan mendapatkan lebih dari ini nanti. Terimalah, maka perusahaan mu itu akan semakin meningkat" bual si lelaki paruhbaya berbadan gempal tersebut, menyimpan ampop itu di dekat tangan Naruto

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang