Part 17 - Am I?

20 0 0
                                    

"dih gila senyum-senyum sendiri" seru januar saat melihat vanya cekikikan sendiri memandangi layar laptopnya, entah film apa yang sedang ia tonton.

Vanya menekan tanda spasi pada keyboard laptopnya, saat dirasakannya seseorang sedang memandanginya. Ia pun menoleh ke sebelah kiri dan di dapatinya januar sedang memperhatikannya sambil berkacak pinggang.

"ha?" kata vanya, sambil melepas sebelah earphonennya.

"hoh!" lalu januar mengeloyor pergi begitu saja meninggalkan vanya, sehingga menimbulkan kebingungan pada gadis yang menatap kepergiannya dengan kerutan di kening.

Vanya mengedikan bahunya tak memperdulikan januar yang kini sudah menghilang di balik pintu. Saat vanya kembali melanjutkan kegiataannya tadi yang sempat terhenti dan memasang kembali sebelah earphonenya, Ia mendengar suara gaduh dari arah luar kelas dan membuatnya sedikit penasaran.

Bahkan saat earphonennya dengan anggun menyumbat kedua lubang telinganya, vanya masih dapat mendegar suara gaduh tersebut.

"ciyeeeee! tuh nad nad si bima tuh" vanya mengenal suara perempuan itu, suara itu adalah suara dari salah satu teman sekelasnya. Kemudian ia mendengar lagi seseorang berkata.

"ihh nad, gua beneran tau" kali ini suara laki-laki dan ada sedikit tawa di akhir kalimatnya, vanya hafal betul suara ini, suara dari seseorang yang hampir setiap hari berdebat dengannya. Bima, itu suara bima.

Karena di rundung rasa penasaran gadis itu melepaskan earphonennya dan beringsut bangkit berdiri hendak keluar dari kelas, untuk melihat apa yang sedang terjadi disana. Namun baru saja ia sampai di celah pintu yang terbuka, langkahnya terhenti begitu saja saat dilihatnya bima berdiri tepat di hadapannya dan memegang lengannya kuat-kuat.

Vanya terdiam, dan menatap bima yang saat ini sedang tertawa memandang seorang perempuan yang berdiri di sampingnya.

"Nih kalo gak percaya tanya aja sama si vanya" kata bima kemudian, namun pandangannya terfokus kepada perempuan di sebelahnya. Nadira, dia adalah nadira. Bima terkekeh pelan.

Vanya yang tidak mengerti akan maksud dari pembicaraan bima barusan, mengerenyitkan keningnya dan menatap bima bingung.

"ih bima mah" seru nadira tersipu malu.

"apaan sih?" tanya vanya, celingak-celinguk memandang bima dan nadira secara bergantian. Ia masih belum nyambung.

"Nih tanya aja sama vanya kalo gak percaya, orang gua beneran sayang sama lu" Bima terkekeh, kemudian ia melepaskan genggaman tangannya dari lengan vanya.

Hening.

Dalam waktu sekejap vanya merasa sekujur tubuhnya kaku, ia seperti kehilangan tenaga seketika. Ia merasa kosong, semuanya kosong. Ia merasa semuanya hilang, dan hanya ada dia yang berdiri sendiri di celah pintu. Ia merasa seperti tiba-tiba saja oksigen hilang dari ruangan itu dan membuatnya merasa sesak. Atau mungkin itu hanya perasaannya saja?

Yang ia lakukan kini hanya terdiam mematung, lidahnya terasa sangat kelu. Sehingga ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Aneh satu kalimat, hanya satu kalimat yang di keluarkan dari mulut bima namun bisa membuatnya begitu kehilangan banyak tenaga, seperti ia baru saja lari mengelilingi lapangan bola yang besar.

Vanya sebenarnya sudah tau akhir-akhir ini bima memang sedang mendekati nadira. Lelaki itu memang selalu menceritakannya. Namun rasanya kali ini sangatlah berbeda, dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Bahkan saat bima dekat dengan caca dulu, ia tidak merasakan yang seperti ini.

Hatinya terasa sangat sakit, seperti ada yang berusaha meremas dan menariknya kuat-kuat. Apakah ada yang bisa menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi? Tunggu.................... apakah dia sedang merasakan cemburu saat ini?

UnexplainedWhere stories live. Discover now