Chapter 4 : Love vs Criminal

Comincia dall'inizio
                                    

Yui menelan ludahnya kemudian kembali berkata, "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau mengikutiku? Apa mungkin kau yang mengirim surat itu? Aku benar-benar tak tahu apa salahku. Aku mohon lepaskan aku."

Yui menutup matanya rapat-rapat dan mencoba memeluk dirinya sendiri. Seluruh tubuhnya bergetar karena ketakutan.

"Yui..."

Sebuah suara lembut yang tak asing menggema di telinganya. Saat Yui mendengar suara itu, ia segera menoleh dan mendapati Ryoichi berdiri di sana.

Seketika kakinya kehilangan tenaga untuk berdiri. Ia pasrah dan menjatuhkan dirinya ke tanah.

"Ryoichi..." katanya lemas. "Kau membuatku takut setengah mati," lanjutnya. Butiran bening kemudian mulai mengalir keluar dari matanya dan membasahi pipinya. Ia menundukkan kepalanya, tak ingin Ryoichi melihat wajahnya.

Ryoichi terkejut bukan main. Ia kemudian berlutut di hadapan Yui dan segera memeluknya seerat mungkin. Ia menepuk-nepuk punggung Yui dengan lembut sambil terus berkata, "Maafkan aku."

Setelah keadaan Yui lebih tenang, Ryoichi kemudian mengantar Yui pulang ke apartemennya. Ia masih belum bertanya tentang keadaan Yui, walaupun sebenarnya ia sangat bingung.

"Terima kasih telah mengantarku pulang," kata Yui sambil menyajikan teh hangat di depan Ryoichi, kemudian duduk berhadapan dengannya.

"Aku hanya kebetulan lewat, tidak masalah," jawab Ryoichi.

"Kebetulan lewat?" tanya Yui dengan tatapan curiga.

"I-iya. Aku... aku punya teman yang tinggal di sekitar sini."

"Ryoichi, kau tak bisa membohongi asisten pribadimu. Aku tahu semua temanmu dan aku tahu kalau kau tak punya satupun teman yang tinggal di sekitar sini."

Ryoichi terdiam. Kebohongannya cepat sekali terbongkar. Ia memang berniat untuk datang menemui Yui dan tanpa sengaja melihatnya di jalan.

Sementara itu, Yui yang memperhatikan Ryoichi merasa bingung. Ia tak tahu apa matanya salah melihat atau apa, tapi ia berani bersumpah kalau untuk sesaat ia melihat wajah Ryoichi memerah.

Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti mereka, Ryoichi akhirnya angkat bicara.

"Bagaimana keadaanmu, Yui?" tanyanya.

"Aku baik," Yui berbohong, walaupun ia tahu Ryoichi pasti tak akan percaya.

"Aku tahu kau tak baik. Aku mohon, ceritakan padaku apa yang terjadi padamu. Aku benar-benar khawatir."

Nada ketulusan terasa jelas saat Ryoichi mengucapkan itu. Yui juga dapat merasakan jantungnya mulai melompat. Entah mengapa ia berakhir menceritakan semua yang terjadi padanya begitu saja di depan Ryoichi.

Ryoichi mendengarkan cerita Yui dengan seksama.

"Jadi begitu ya?" ujar Ryoichi saat Yui sudah selesai bercerita. "Sudah berapa lama surat-surat itu datang padamu?"

"Lebih dari seminggu," jawab Yui.

Ryoichi menghela nafas dan memasang wajah serius. Namun tak lama kemudian ia tersenyum dan menggenggam tangan Yui. "Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan selalu bersamamu, jadi jangan takut," katanya.

Melihat senyum yang sudah lama tak dilihatnya, dan merasakan sentuhan hangat di tangannya, Yui merasa yakin kalau semuanya memang akan baik-baik saja. Ia balas tersenyum pada Ryoichi.

"Terima kasih," bisik Yui. "Dan maaf," tambahnya lagi.

Ryoichi terbelalak. "Untuk apa?" tanyanya.

I Hate YouDove le storie prendono vita. Scoprilo ora