Chapter 4 : Love vs Criminal

135 3 0
                                    

Yui membuka pintu apartemennya takut-takut. Sudah lebih dari seminggu ini selalu ada sepucuk surat yang menunggunya di depan pintu. Bukan surat cinta yang romantis atau semacamnya, melainkan surat ancaman.

Kaki Yui kembali terasa lemas saat ia melihat sepucuk surat tergeletak di depan pintunya. Tangannya bergetar, sementara keringat dingin mulai menyeruak keluar membasahi tubuhnya. Ia mengambil surat itu dan membacanya perlahan.

JANGAN HARAP KAU BISA LOLOS DARIKU ATAS APA YANG TELAH KAU LAKUKAN. TUNGGU DAN LIHATLAH!

Begitu bunyi surat itu.

Semua surat-surat sebelumnya dikirim pun sebagian besar isinya sama. Yui seringkali bertanya-tanya, apa kesalahan yang telah dilakukannya sampai-sampai ia mendapat surat ancaman seperti ini? Ia merasa sama sekali tak ada yang salah dengan dirinya.

Sejak datangnya surat-surat ancaman itu, Yui tak bisa tidur. Kalaupun tertidur, ia akan mendapat mimpi buruk. Makanan apapun yang masuk ke mulutnya akan terasa pahit. Tak ada ketenangan dalam hari-harinya.

"Kenapa kau tak lapor polisi saja?" usul Hazuki saat Yui menceritakan hal yang menimpanya.

"Aku tak berani. Surat-surat itu memang berisi ancaman, tapi aku sama sekali tak terluka secara fisik. Para polisi juga tak akan menganggap serius masalah ini, karena mereka semua pasti beranggapan kalau surat-surat seperti ini bisa saja dikirim oleh orang yang jahil."

"Benar juga," Hazuki setuju dengan penuturan Yui.

Yui menghela nafas sambil mengangguk. "Maka itu aku sangat bingung," katanya lagi.

"Apa Ryoichi tahu tentang hal ini?" tanya Hazuki.

Yui terkejut. "Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu?"

Hazuki mengangkat bahunya sambil berkata, "Tidak apa-apa. Hanya saja, dia terlihat begitu peduli dan dekat denganmu. Aku hanya berpikir kalau kau juga harus memberi tahunya."

Biasanya, saat ada masalah seperti ini Yui memang akan menceritakannya pada Ryoichi. Ryoichi juga pasti akan berusaha menghiburnya dan membuatnya tenang. Tapi mengingat hubungannya yang memburuk dengan Ryoichi akhir-akhir ini, Yui memutuskan untuk menyimpan masalah ini sendiri.

Ryoichi sebenarnya sadar betul atas perubahan sikap Yui. Ia merasa khawatir. Yui jadi lebih sering melamun dan tak konsentrasi saat bekerja. Wajahnya selalu pucat dan ia akan melonjak kaget saat ada yang memanggil namanya.

Melihat Yui dengan keadaan seperti itu, ingin sekali Ryoichi memeluk tubuh mungil Yui dan mengatakan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja, walaupun ia tak tahu apa masalahnya. Tapi jangankan memeluknya, bicara padanya saja tampaknya mustahil. Kenyataan ini membuat hatinya teriris. Yui membutuhkannya. Maka itu, ia tahu kalau ia harus segera melakukan sesuatu.

***

Malam itu seperti biasa Yui berjalan menyusuri jalan kecil menuju apartemennya. Malam itu benar-benar sunyi. Ia hanya ditemani oleh sinar bulan dan suara jangkrik yang samar-samar terdengar dari balik pepohonan.

Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki dari belakangnya. Dengan cepat ia menoleh. Anehnya, tak ada seorangpun di sana. Yui berusaha menenangkan dirinya, membuang pikiran-pikiran negatifnya jauh-jauh kemudian kembali berjalan, kali ini lebih cepat.

Saat masih berusaha menghilangkan rasa takutnya, Yui merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya dari belakang. Seketika langkah kakinya terhenti dan seluruh tubuhnya membeku. Ia tak berani menoleh ke belakang. Siapa ini? Apakah ketakutanku menjadi kenyataan? Dengan suara bergetar, Yui memberanikan dirinya untuk berbicara.

"Aku mohon jangan sakiti aku. Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku, tapi aku mohon, biarkan aku pergi," katanya memohon.

Tak ada jawaban.

I Hate YouWhere stories live. Discover now